"Ma aku seru banget sama teman-teman tadi," ujar si bungsu Rafa 5 tahun sepulang sekolah.

"Wah, asyik dong! Ceritain mama lah!" pintaku menanggapinya dengan mata berbinar.

Kusiapkan makan sambil mendengarnya berceloteh riang.

"Aku sama teman-teman minum minuman keras. Ternyata lebih asyik begitu loh, Ma." Rafa bercerita sambil melepas seragam TK putih hijaunya ke gantungan baju yang telah kusiapkan.

Aku terperanjat mendengar ucapannya. Kuhentikan aktivitas lalu memburunya.

"Kamu bilang apa? Siapa yang memberimu minuman keras?" Aku mencecar tanya penuh ketakutan.

"Kok mama aneh? Gak pernah ya minum gituan? Ah, mama nggak keren." Rafa justru meledek.

"Rafa, mama serius. Apa maksudmu? Siapa yang memberimu minumannya?" Kali ini aku berjongkok di hadapan Rafa. Kucengkeram bahu kecilnya tanpa sadar. Kutatap matanya dalam-dalam, supaya bocah itu tahu bahwa aku benar-benar serius.

"Mmm... Rafa beli, Ma. Di bu Supi seperti biasa. Cuma, hari ini kami pilih yang baru keluar dari freezer. Jadinya minumannya keras dan lebih dingin. Kami pesen bu Supi untuk besok dibuatkan minuman keras lagi. Nggak boleh ya, Ma?" Rafa berucap setengah takut melihat ekspresiku.

Kupeluk anak itu penuh lega. Kucium pipinya berulang kali dengan tawa yang tak mampu kutahan. Aku tergelak hingga airmataku merembes keluar.

"Mama apaan sih? Macam orang labil. Tadi marah, sekarang ketawa nggak berhenti." Rafa terluhat bingung dan keheranan.

Aku terus tertawa.