KETULUSAN DAN KESABARAN SEORANG GURU
Seorang wali siswa meneleponku dengan nada marah, “Bu Guru, tolong Ibu saja yang bilang ke anak saya supaya rajin belajar. Saya capek mengingatkannya terus, tapi tidak digubris. Anak saya bandel banget. Silakan Ibu langsung bicara dengan anak saya.”
Salah seorang rekan guru BK bercerita kepadaku tentang kisahnya ketika melakukan home visit ke rumah salah seorang siswa yang tidak pernah mengumpulkan tugas daring selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Beliau bertemu dengan ayah sang siswa.
“Bu Guru, maaf, saya tidak sabar mengajar anak saya. Dia susah sekali diatur. Kalau saya mengajarnya, pasti tangan saya ikut maju,” kata sang ayah.
Di lain kesempatan beberapa wali siswa mengeluh dan curhat kepadaku tentang tidak mudahnya mengajar anak belajar di rumah. Mereka sering marah kepada anak-anak karena susah diajar dan harus beradu mulut terlebih dahulu saat menyuruh mereka belajar atau mengerjakan tugas daring. Mereka semua sangat berharap agar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) segera dilakukan.
Itulah beberapa keluhan hampir semua wali siswa tentang tidak mudahnya mengajar anak sendiri. Peristiwa ini tentu menyadarkan mereka betapa beratnya tugas menjadi seorang guru. Kalau orang tua hanya mengajar satu orang anak saja begitu tidak mudah, apalagi seorang guru yang harus mengajarkan begitu banyak siswa, bahkan hingga tiga puluh dua siswa dalam satu kelas dengan watak yang berbeda-beda.
Ya, itulah kelebihan seorang guru yang mampu mengajar dan mendidik siswa-siswa dengan latar belakang dan sifat yang beragam. Walaupun para siswanya tidak memiliki hubungan darah dan bukan kerabat, namun seorang guru tetap mengajar dan mendidik mereka dengan lemah lembut, tulus, sabar, dan penuh kasih sayang. Dalam diri seorang guru hanya ada satu keinginan yaitu bagaimana mencerdaskan anak bangsa serta membuat para siswa menjadi anak-anak yang pintar dan juga berakhlak mulia.
Kebahagiaan seorang guru adalah saat menyaksikan para siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan dari yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa, dari yang sebelumnya tidak cakap menjadi cakap. Bahkan seorang guru rela mengorbankan waktunya untuk kebahagiaan sang siswa. Beliau rela mengajar ekstra atau lembur demi keberhasilan siswanya.
Ketulusan dan kesabaran dari seorang guru lah yang membuatku terinspirasi dan bercita-cita menjadi seorang guru.
Ketika aku duduk di bangku kelas dua Madrasah Ibtidaiyah (MI), aku memiliki seorang guru yang sangat ramah dan lembut. Beliau juga sangat sederhana dalam berpenampilan serta tanpa make-up, namun tak mengurangi keanggunan dan kecantikan yang dimiliki. Beliau adalah Ustazah Aliyah.
Beliau selalu menyambut kami dengan senyum yang selalu terkembang. Setiap kami akan masuk kelas, kami selalu mencium tangan dan mengucapkan salam kepadanya. Ustazah Aliyah pun akan menjawab salam sambil tersenyum dan mengelus kepala kami.
Selain itu, Ustazah Aliyah juga begitu sabar mengajarkan kami. Guruku itu tidak pernah marah seandainya kami berisik atau tidak mengerti dengan penjelasan beliau, dengan sabar Ustazah Aliyah akan mengulangi penjelasannya.
Beliau selalu menghampiri kursi kami satu-satu dan menanyakan kesulitan yang kami alami. Tutur kata yang lemah lembut dan perhatian yang tulus begitu menyentuh hati seorang gadis kecil penakut seperti diriku. Aku merasa tenang dan nyaman jika bersamanya. Sehingga terbersit di hati ini, jika besar nanti, aku bermimpi ingin menjadi seorang guru seperti Ustazah Aliyah.
Kenangan indah bersama Ustazah Aliyah begitu melekat di hati dan pikiranku, sehingga terbawa ke alam bawah sadar hingga saat ini. Wajah, senyum, cara berpakaian, cara mengajar dan cara beliau bicara sungguh tidak bisa aku lupakan. Semua masih terbayang jelas di mata dan otakku. Beliau adalah sosok guru yang telah membuatku terhipnotis dan menjadikannya sebagai teladan.
Terima kasih Ustazah Aliyah. Engkau telah menginspirasiku menjadi seorang guru. Mohon maaf aku belum bisa menjadi seorang guru yang sesabar dan selembut dirimu. Semoga Allah selalu merahmati dan meridaimu dan keluarga. Semoga Allah menjadikan segala amal baikmu menjadi pahala jariyah yang selalu mengalir. Amin.
BIONARASI
Dwi Juliastuti, lahir di Kebumen empat puluh tiga tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 27 Juli. Berprofesi sebagai guru bahasa Inggris di SMP Negeri 5 Kebumen. Ia biasa dipanggil Miss Dwi oleh para siswanya. Hobi penulis adalah membaca dan menulis.
Bagi sahabat yang ingin menyapa penulis dan ingin diskusi serta berkomunikasi dengannya, dapat melalui media berikut:
E-mail : [email protected]
WA : 082137479475
Facebook : Misis Dwi Juli
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Semoga sukses
Amin. Terima kasih untuk doa dan supportnya
Keren, Bu. Semoga sukses...
Amin. Terima kasih untuk doa dan supportnya
Keren bu. Semoga sukses dalam lombanya... Aamiin
Amin. Terima kasih untuk doa dan supportnya
Keren Miss Dwi....semoga sukses
Amin. Terima kasih untuk doa dan supportnya. Doa yang sama untuk Ibu Nurhasanah