Mengajar Kelas Bawah

Dwi. K

Tahun ini merupakan tahun yang berbeda dari tahun sebelumnya, khususnya dalam mengajar.

Tahun ini saya ditugaskan untuk mengajar kelas bawah.

Ini pengalaman baru, karena sebelumnya saya selalu ditempatkan di eklas 6. Sebenarnya, setiap guru harus bisa mengajar di kelas manapun- baik kelas bawah atau kelas atas.

Saya terkenal dengan guru tegas, walaupun begitu anak-anak masih saja menempel pada saya. Mereka bisa menceritakan apa saja, baik kenakalan mereka atau masalah di keluarganya. Pada saat istirahat, saya lebih suka diam di kelas. Anak-anakpun biasanya mengikuti kebiasaan saya. Mereka makan di kelas. Terkadang kami berbagi makanan. Saat-saat seperti ini, membuat hubungan kami dekat. Itu memudahkan dialog dengan mereka, bila ada peserta didik yang selalu meminta perhatian lebih (red. Tidak ada yang nakal)

Kali ini saya, mengajar kelas bawah. Luar Biasaa ternyata mengajar kelas bawah itu. Bell berbunyi- itu tanda istirahat. Saya juga menginstruksikan, anak-anak untuk menghentikan aktivitasnya. Saya kembali fokus pada laptop saya.

Beberapa anak mengerti apa yang saya instruksikan, namun kebanyak dari mereka belum paham instruksi saya. Satu orang datang ke meja saya, terus bertanya, “Bu, Istirahat?” –

“Iya, sayang, anak”.

Ada anak yang datang lagi ke meja saya, dan bertanya, “Ibu, istirahat?”, -

Saya jawab lagi. “ Iya, sayang,”. Bukan hanya tiga orang tapi hampir 75 persen menanyakan hal yang sama. satu persatu mereka mendatangi saya. Hanya menanyakan “Bu, istirahat,”

Betul-betul menguras kesabaran, untung saja saya tidak melotot, tapi tetep terseyum.

Hadechhhh ternyata Kelas Bawah Luar Biasa