DWI KUMALASARI, S.Pd.I

Lahir di Purwosari (Simalungun) pada 22 Oktobet1970. Saat ini bertugas di SDN 016516 Pulau Sejuk, Batu Bara, Sumatra Utara. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Peduli dan Tidak Peduli

Peduli dan Tidak Peduli

Bu Roro sedang prihatin. Dia sedang memikirkan sikap anaknya yang beranjak remaja itu. Pada pada suatu sore tetangganya ada yang mengalami suatu kejadian. Di rumahnya terlihat ramai orang. Bu Roro dan suaminya tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi. Untuk mengetahui kebenarannya, suami Bu Roro pergi melihat lebih dekat. Hal tersebut diketahui oleh anaknya.

“ Bapak tadi mau kemana, Bu?” tanya si anak pada Bu Roro, ibunya.

“ Oo, Itu, ada sesuatu terjadi dengan tetangga kita. Tapi tidak tahu apa masalahnya” jawab Bu Roro. “ Untuk memastikannya, Bapak pergi ke sana. Siapa tahu ada yang bisa dibantu,” jelas Bu Roro kemudian.

Tanpa disangka oleh Bu Roro, si anak menjawab,” Untuk apa peduli dengan orang lain. Orang itu saja tidak peduli pada kita.”

“ Sebagai sesama manusia kita harus peduli terhadap orang lain. Apa lagi terhadap tetangga,” kata Bu Roro memberi penjelasan kepada anaknya.

“ Kan, Bapak dan Ibu yang bilang, kalau kita tak usah peduli pada orang lain,” lanjut si anak lagi.

“ Mana mungkin lah, Nak. Kami selalu mengajarkan kalian agar peuli terhadap kesulitan orang lain,” Bu Roro tetap berusaha memberi pengertian pada anaknya.

“ Ga. Ibu yang bilang kalau tak usah pedulikan orang,” si anak tetap berkeras.

Deg. Bu Roro terdiam. Kok dia dan suaminya yang disalahkan. Bu Roro berpikir, mana ada sih orang tua yang mengajari anaknya berbuat yang tidak baik? Mengajari anak untuk egois, mementingkan diri sendiri. Mengajari anak tidak peduli terhadap lingkungannya. Apakah ada? Dia mengingat-ingat. Apa benar ada mengatakan kepada anaknya agar tidak peduli terhadap orang lain.

Setelah beberapa lama Bu Roro baru ingat. Anaknya adalah orang yang pemalu. Ia kurang percaya diri ketika tampil di hadapan orang ramai. Jadi, untuk menyemangati si anak, ia mengatakan,” Jangan pedulikan orang lain.” Maksud ucapan tersebut tentu saja agar si anak tidak memperhatikan orang di sekelilingnya supaya dapat tampil percaya diri. Bukan berarti tidak mempedulikan keadaan orang lain, apa lagi yang sedang kesulitan.

Dari kejadian tersebut ternyata dapat dipahami, bahwa sebuah kata dapat bermakna berbeda jika digunakan dalam kontek yang berbeda. Sebuah kata dapat disalah artikan penggunaanya sesuai keinginan si pemakainya. Contohnya, ya kata “peduli” itu. Menurut KBBI, peduli artinya mengindahkan; memperhatikan; menghiraukan.

#TantanganGurusiana

#Tantangan hari ke-2

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul mbk Wik... Dalam berbicara kepada anak, orang tua juga harus lebih selektif karena anak mudah merekam apa yang dikatakan orang tua. Barakallah

09 May
Balas

terima kasih Mbak Iin. Sukses selalu.

09 May



search

New Post