Aku dan kenanganku
Awal kisah, dulu saya seorang GTT di sebuah Madrasah Ibtidaiyah swasta di Tulungagung. Saya lulus kuliah sambil kerja pada Juni 2016. Pada bulan Agustus 2016 saya ditawari oleh seorang kawan, untuk menjadi guru menggantikan seseorang yang baru saja pindah tempat mengajar. Hampir 2 tahun mengajar, di awal tahun 2018 saya dipertemukan dengan jodoh saya dan akhirnya kamipun menikah. Bulan Juni 2018, alhamdulillah saya dinyatakan positif hamil. Saya sangat menikmati kehamilan pertama saya dengan rasa mual-mual yang juga dialami oleh seseorang yang sedang hamil pada umumnya.
Pada usia kehamilan saya yang beranjak 5 bulan, banyak media yang menyiarkan akan ada tes penerimaan CPNS. Saya mendorong suami untuk ikut daftar dalam tes tersebut. Suamipun semangat untuk ikut mendaftar, dan saya juga didaftarkan sekalian. Kami mengirim berkas melalui kantor pos, untuk dikirim ke kantor wilayah kementerian agama Jawa Timur. Selang beberapa bulan, pengumuman administrasi keluar lewat media online. Alhasil, data suami hilang. Tidak ada data nama suami saya, dalam tabel lolos administrasi maupun tidak lolos. Justru nama saya yang muncul dalam tabel lolos seleksi administrasi. Sedih dan kecewa, suami yang saya dorong untuk ikut tes ini malah tidak ada sama sekali datanya, padahal kami kirim berkas bersama. Entahlah, mungkin ini kuasa Allah. Mudah-mudahan ada jalan lain untuk suami nanti.
Bulan Oktober pun datang, bulan dimana saya harus ikut tes SKD di hotel Empire Surabaya. Saya bingung, harus berangkat atau tidak. Di usia kehamilan 6 bulan, lagi malas-malasnya bepergian. Semua badan terasa pegel-pegel. Awalnya saya ragu untuk berangkat,karena kondisi kehamilan saya yang suasananya badan lemas dan tidak semangat. Tapi, suami dan orangtua dirumah mendukung, sehingga orangtua mencarikan kendaraan sehingga saya pun berangkat ditemani kakak, keponakan, dan suami saya.
Pukul 02.00 saya berangkat dari Tulungagung ke Surabaya, karena pukul 07.30 saya sudah harus masuk ruangan. Jalanan sungguh sangat ramai. Sehingga saya tidak sempat mandi, saya hanya sempat berganti baju hitam putih yang sudah saya siapkan dari rumah. Pukul 07.30 saya masuk ruangan, dan MasyaAllah semua dimudahkan, semua serba didahulukan. Tiket VIP untuk ibu-ibu hamil. Semua serba istimewa dan semua berjalan begitu cepat. Saya mengerjakan 100 soal dalam waktu 90 menit dan hasil SKD langsung keluar. Subhanallah walhamdulillah... saya bergegas keluar ruangan dan sudah ditunggu suami. "Alhamdulillah mas aku lulus passing grade".. kuucap pada suamiku. Kami langsung menuju parkiran dan langsung perjalanan pulang ke Tulungagung.
Sebulan kemudian, diusia kandungan yang sudah memasuki trimester ke-3 yakni 7 bulan. Saya berangkat tes SKB di Asrama Haji Sukolilo Surabaya bersama suami lagi. Kami menginap di asrama selama 3 hari. Tahapan demi tahapan saya lalui, hanya tinggal menunggu pengumuman selanjutnya lulus atau tidaknya saya dalam perjuangan bersama sikecil dalam perut ini.
-------------------
Beberapa minggu kemudian hasil tes keluar lewat web kemenag Jatim. Saat itu masih saya ingat betul, pukul 21.30 dimana ibu dan bapak saya masih dalam kondisi sehat. Mereka luar biasa senang dengan kabar kelulusan anaknya dalam tes ini. Siang malam beliau berdoa untuk anak-anaknya, dan hasilnya alhamdulillah didengar oleh Allah SWT.
Bulan Februari 2019 lahirlah putri kami, sungguh kebahagiaan bertambah lengkap dengan adanya sikecil ditengah-tengah kehidupan kami. Akhir Mei turun SK CPNS saya, dan 1 Juni mulai masuk di tempat mengabdi saya yang baru. Alhamdulillah, saya mendapat tempat di kabupaten Tulungagung tercinta. Tidak harus meninggalkan keluarga, juga bapak ibu dimana beliau mulai kurang sehat.
Perjalanan saya sebagai abdi negara dimulai saat itu, banyak sekali cobaan yang datang. Bapak saya terus menerus keluar masuk rumah sakit. September 2019 saya mendapat panggilan Diklatsar di Surabaya. Terpaksa harus meninggalkan keluarga, terpaksa harus meninggalkan sikecil yang masih menyusui, harus meninggalkan bapak yang sedang sakit. Dengan harapan semoga semua keluarga dirumah baik-baik saja.
Tiga minggu saya di Surabaya, kondisi dirumah cukup membaik walaupun selama disana sering kudengar kabar tentang kurang sehatnya bapak dan tetap harus keluar masuk rumah sakit. Kondisi terburuk kualami bulan November 2019, dimana bapak harus dirawat di rumah sakit selama 2 minggu. Tepat saat jadwal keberangkatan bapak dan ibu saya untuk umroh ke tanah suci. Seperti disayat ,beliau menangis tak bisa berangkat ke tanah suci karena jalanpun beliau tak bisa. Saya dan kakak tetap mendorong ibu untuk tetap berangkat walaupun sendiri. Sungguh fikiran kami terpecah saat kondisi ini. Antara kewajiban mengurus orangtua yang sakit, menjalankan tugas sebagai abdi negara yang baru di tempat tugas saya, sikecil yang setiap hari harus kugendong di tempat penitipan, bagaimana dengan ibu yang berangkat sendiri dengan keadaanpun yang sakit asam lambung bertahun-tahun. Saya mencoba kuat saat itu, suami dan sikecillah kekuatan saya.
Namun, Allah memiliki rencana yang lain. Alhamdulillah ibu saya semakin sehat sejak pulang dari tanah suci. Awalnya sepulang ibu dari tanah suci bapak masih baik-baik saja. Jarak beberapa hari, bapak sudah tidak mau makan, semakin kurus dan semakin lemas. Waktu itu malam minggu, kami membawa bapak kami ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan infus dan perawatan. Bapak berkata "aku wes penak nduk".
Pukul 23.00 sikecil yang saya ajak menunggui bapak di puskesmas rewel, saya dan suami memutuskan untuk pulang. Tinggallah ibu dan kakak saya menunggui bapak. Pagi hari saat kami bangun, saya menyuruh suami untuk menjenguk bapak dulu ke puskesmas. Saya masak nasi untuk nanti dibawa kesana untuk sarapan. Tak lama kemudian, perasaan saya mulai tidak enak seperti orang yang sedang bingung. Saya telpon suami saya, namun ia berkata bapak tidak apa-apa. Tak lama kemudian terdengar tangis, dari kakak yang rumahnya disamping rumah saya. Ia berkata, bapak sudah tenang. Apa maksud semua ini, saya masih tidak percaya. Selang beberapa menit suami datang, ambulanpun datang, memulangkan bapak yang sudah tak bernyawa. Bagai tersambar petir. "Ya Rabb, kenapa secepat ini kau ambil bapakku?" sejenak saya tak sadarkan diri. Namun, suami menguatkan saya. Saya harus ikhlas, doakan bapak mendapat tempat terbaik disana.
----------
Tahun 2019, tahun yang penuh dengan lika-liku perjalanan hidup ini. Apapun rencana Allah, itu adalah yang terbaik untuk kita semua.... Berbahagialah yang masih ditunggui kedua orangtuanya. Bahagiakan mereka disisa umur kita.
رضا الله في رضا الوالدين و سخط الله فيخط الوالد بن
"Ridho Allah tergantung pada ridho orang tua, dan murkanya Allah tergantung pada murkanya orang tua".

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar