“Segeralah berlalu! Kami ingin sekolah!” teriak anak-anak didikku saat kami diberi kesempatan bertemu seminggu sekali di tempat belajar yang asing untuk saya. Saat itu saya bertemu mereka bukan disekolah, melainkan di tempat umum, ditengah-tengah lingkungan masyarakat. Kami terpaksa belajar di tempat umum karena sekolah tempat kami belajar sepi dari siswa-siswi akibat wabah Covid-19 yang mengguncang seluruh dunia ini. Wabah tak kasat mata yang membuat seluruh dunia mengharuskan diri memperbanyak dirumah saja.

Terenyuh, sedih, ya itulah perasaan-perasaan yang muncul dalam diri saya saat melihat senyum mereka bertemu dengan teman-temannya. Ternyata mereka kangen bercanda, kangen njajan bersama, kangen lingkungan sekolah. Pertanyaan mereka dari minggu ke minggu tetap sama, “Kapan bu masuk sekolah?”. Saya hanya bisa memberi mereka semangat dan mengajak mereka berdoa agar Covid-19 ini segera berlalu. “Sebentar lagi kita akan masuk sekolah, kita doakan saja ya supaya Covid-19 segera menghilang dari bumi ini”. Kata yang terus saya ulang-ulang untuk menjawab pertanyaan mereka.

Ditengah-tengah kondisi seperti ini saya selalu membakar semangat mereka untuk tetap terus belajar dan berkarya. Sering-sering menghubungi orangtua, menanyakan perkembangan mereka. Banyak sekali orangtua yang mengeluh, kesulitan menasihati anaknya. “penak dituturi bu guru”(mudah dibilangi bu guru). Ya, orangtua harus super-super sabar ketika mengajari anak dalam suasana BDR (Belajar Dari Rumah) ini. Peran orangtua sangat besar untuk anak.

Dalam suasana daring seperti saat ini, anak-anak terus berkarya, terus belajar walaupun dari rumah, tidak lupa juga selalu saya ingatkan untuk membantu orangtua dan selalu rajin sholat. Mudah-mudahan wabah ini segera berlalu. Kami rindu bersekolah!