Tanpamu, Siapalah Aku?
Guru adalah seseorang yang dengan ikhlas menyalurkan ilmu kepada anak didiknya. Guru tidak hanya di sekolah saja. Orangtua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Orangtua dengan kasih sayangnya membimbing dan memfasilitasi anak agar menjadi karakter yang berakhlak dan saling mengasihi. Begitu juga dengan para guru kita di sekolah, beliau adalah teladan-teladan kita yang jasanya takkan pernah lapuk oleh masa. Guru bukanlah orang yang sangat hebat, namun tak akan pernah ada orang hebat di negeri ini tanpa campur tangan seorang guru. Karena guru bangsa ini melahirkan para pemimpin-pemimpin hebat, bijaksana, bermartabat, dan berakhlak mulia. Tanpa guru apakah mungkin kita akan jadi seperti sekarang ini?
Coba kita renungkan sejenak, guru bagaikan lilin yang akan menerangi semua yang ada disekitarnya. Itulah guru, beliau akan terus memberikan ilmu-ilmu yang dimilikinya kepada semua siswanya tanpa kenal lelah. Hanya rasa ikhlas dan doa yang tulus yang ada dalam hati seorang guru. Beliau selalu mendoakan siswa-siswinya agar menjadi orang yang lebih hebat darinya. Saat rasa kantuk dan lelah menghampiri tubuhnya, sedikitpun semangat mereka tak pernah surut. Senyum akan selalu terpancar dari wajahnya, sekalipun beliau terkadang merasa sangat jengkel pada siswa-siswinya. Begitu besar jasa-jasa para guru kita, dimana sebelumnya kita tak bisa membaca dan menulis. Karena ketelatenan guru kita mampu membaca, menulis, bercerita, dan lain sebagainya. Gurulah orangtua kita selama kita duduk di bangku sekolah. Lalu apa yang sudah kita berikan pada guru-guru kita? Sudahkah disetiap sujud kita, kita selalu mendoakannya? Jangankan mendoakan, saat bertemu saja terkadang banyak diantara kita yang justru memalingkan wajah dan pura-pura tidak kenal. Tidak ingin menyapa, apalagi bersalaman. Mengapa kita seperti itu? Mungkin karena kemajuan zaman atau karena kurangnya kesadaran kita akan jasa seorang guru.
Masih saya ingat betul, seorang guru TK yang bernama bu Suprapti. Beliau orang yang paling ditakuti oleh semua teman-teman. Sayapun juga merasa takut kepada guru yang sering dipanggil bu Prap ini. Beliau orang yang sangat tegas dan terkenal sangat galak. Namun saya yakin dibalik sikapnya yang sangat tegas tersebut, beliau orang yang sangat baik. Dulu saya sering menangis saat bapak mengantar saya agak telat. Tidak hanya saya, rupanya teman-teman yang kurang lancar membaca juga sangat takut masuk kelas untuk bertemu bu Prap. Sungguh lucu kenangan saat itu. Sekeras-kerasnya sikap guru kita, beliau adalah orang yang baik dan berjasa untuk masa depan bangsa.
Tak kalah menariknya saat saya enam tahun duduk di bangku SD. Saya bertemu dengan guru-guru yang sangat luar biasa. Mulai masuk SD saya bertemu dengan guru yang sangat tegas juga. Bu Murtinah namanya, beliau seorang guru kelas 1 yang luar biasa disiplin. Teman-teman tak ada yang berani bertingkah macam-macam saat guru yang kerap disapa bu Mur ini masuk kelas. Menurut saya, memang siswa zaman dulu itu sangat patuh terhadap gurunya. Mungkin karena kemajuan zaman yang serba canggih ini, rasa hormat siswa zaman now kepada seorang guru itu berkurang.
Saat di SMP dan SMA, saya juga bertemu dengan guru-guru yang sangat hebat. Beliau mengajari semua siswa-siswinya dengan ketelatenan dan kesabaran. Saat kita kuliah, kita bertemu para dosen-dosen yang selalu memberikan motivasi kepada kita, mau dibawa kemana tujuan hidup kita nanti. Mau jadi dosen, guru, pengusaha, atau yang lainnya. Yang terpenting adalah selalu bekerja di jalan Allah SWT. Selalu mencari ridho orangtua, karena ridho Allah adalah ridho orangtua dan murkaNya Allah adalah murka orangtua.
Karena sungguh mulianya tugas seorang guru, saat SD setiap kali ada pertanyaan apa cita-citamu saya selalu menjawab “saya ingin jadi guru”. Saya selalu berdoa kepada Allah SWT, apapun pekerjaan saya nanti entah itu guru atau bukan mudah-mudahan selalu bermanfaat untuk orang lain. Alhamdulillah, siapa sangka kini saya diijinkan oleh Allah untuk menekuni pekerjaan sebagai guru juga. Senang sekali rasanya bisa mengikuti jejak orang-orang yang sangat menginspirasi. Tanpa jasa guru saya tak akan bisa seperti ini. Terimakasih bapak dan ibu guru, semoga sehat selalu, Aamiin.
Tulungagung, 8 Desember 2020
--------------------------------------------------------------
Penulis:
Penulis bernama Dwi Lailatul Qodriyah, lahir di Tulungagung, 24 Februari 1995. Saat ini penulis bekerja sebagai seorang guru di MIN 2 Tulungagung. Alamat rumah penulis yakni di desa Ngebong, Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung. No. WhatsApp 085755640553. Email: [email protected].

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantul ceritanya
Trimakasih bunda
Trimakasih bunda
sukses bunda... salam kenal ya,,
Salam.kenal bunda lutvi...
Bagus ceritanya bunda salam kenal saling follow ya
Trimakasih bun, siappp
Trimakasih bun, siappp
Sippp
Trims
Trims