Diantara Dua Dunia (Part 1)

Dhin...Dhin..., terdengar suara klakson mobil dari belakang. Sontak mataku berputar ke arah kanan-kiri melihat lampu lalu lintas. Ternyata memang sudah lampu hijau, aku pun langsung memutar gas motorku untuk melanjutkan perjalananku. "Ada apa denganku?", tanyaku dalam hati. "Tidak biasanya aku melamun di pemberhentian lampu merah", gumamku. Dan tak lama berselang, aku pun sudah sampai di depan gerbang sekolah. Tanpa ragu lagi, aku langsung menuju arah parkir untuk memarkir kuda besiku.

"Anissa....!" terdengar suara memanggilku. Aku pun dengan sigap mencari datangnya arah suara untuk memastikan siapa yang telah memanggilku."Hai..., Put", jawabku. Ternyata Putri, teman sekelas yang duduk dibelakangku yang telah memanggilku. Kemudian dia menghampiriku untuk mengajak berjalan bersama menuju kelas. Dalam perjalanan kami, Putri bercerita bahwa hari ini di kelas kami akan ada siswa baru. Tetapi aku tidak begitu menghiraukannya. Lagipula aku tidak begitu pandai bergaul, jadi ada siswa baru atau tidak tak ada pengaruhnya buatku.

Sesampai di kelas, aku langsung menuju ke tempat dudukku. Sedangkan Putri, sibuk menyapa teman-teman lainnya yang ada di kelas. Ya, Putri memang agak narsis orang nya. Dan tak lama berselang, bel masuk pun berbunyi. Sontak seluruh siswa bergegas menuju tempat duduknya masing-masing. Pak Erik, guru matematika yang mengajar di kelas kami pun datang. "Assalammu'alaikum Warohmatullahiwabarokatu", ucap kami memberi salam. Kemudian Pak Erik menjawab, dan dilanjutkan dengan berdoa bersama.

Selesai berdo'a Pak Erik memberitahu, bahwa hari ini ada siswa baru di kelas kami. "Silahkan...", kata Pak Erik. Dan muncullah siswa laki-laki dari balik pintu. Pak Erik pun memintanya untuk memperkenalkan diri. Kemudian siswa laki-laki itu memperkenalkan dirinya. Uwais, begitulah nama panggilannya. Nama yang aneh menurutku. "Silahkan duduk bersama Dani", kata Pak Erik mempersilahkan. Uwais pun berjalan menuju Dani yang duduk selang dua meja di belakangku. Dan ketika Uwais berjalan melintasiku sontak waktu terasa berhenti. "Anissa...Anissa...", suara Putri memanggilku. "Itu siswa baru yang aku ceritakan tadi", katanya. Dan aku pun hanya membalasnya dengan senyuman.

"Ayo anak-anak buka buku kalian", kata Pak Erik memulai pelajaran. Kami pun melaksanakan kegiatan pembelajaran Matematika seperti biasanya. Diskusi, presentasi, tanya jawab telah kami lalui. Lengkap sudah aktivitas pembelajaran kali ini. Dan tak terasa bel istirahat pun berbunyi. Pak Erik kemudian mengakhiri pembelajarannya. "Hahh... lega rasanya", kataku. Tanpa disengaja mataku beradu pandang dengan mata Uwais. Deg, waktu terasa kembali berhenti berdetak. Pikiranku melayang ke suatu tempat. Aku melihat ada sebuah rumah sederhana dengan taman di depan rumah. Suasanya yang sangat menenangkan hati. "Hanya ilusi? Ataukah kenyataan?", tanyaku dalam hati. "Anissa!", Kembali teriakan Putri menyadarkanku. "Kamu ini melamun terus, ayo kekantin", kata Putri. Aku pun mengikutinya dengan penuh kebingunggan di kepalaku. Dan saat berjalan ke arah pintu tanpa sengaja aku melihat Uwais masih memandangku. Pandangan yang sangat kuat, seolah-olah ingin memberitahukanku suatu rahasia yang sangat penting. Rahasia yang harus segera aku ketahui. Tetapi apa itu? "Adakah yang salah denganku...?", bisikku dalam hati.