Dwi Ning Wahyuni Budi

Dwi Ning Wahyuni Budi, S.Pd,M.Sc Guru IPA MTs N 34 Jakarta Timur. Anggota Komunitas Guru Belajar Nasional (KGBN) ...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEKEPING HATI ADINDA
PART 30

SEKEPING HATI ADINDA

#TANTANGANMENULISHARIKE-74GURUSIANA

Beberapa teman Dinda dan Saras ikut megantarkan Dinda Ke RSUD Gamping, Jogjakarta. Dinda diantar dengan mobil miliki orang tua Dita. Akhyar mengikutinya dengan menggunakan motor Saras bersama Suryo. Sedangkan Saras ikut dalam mobil yang membawa Dinda ke RSUD. "Ya Allah Diiiin. Kenapa kamu gak ngomong ke aku siiiih, kalau kamu lagi gak enak badan?", Saras mencoba berbicara dengan Dinda, walaupun dia tahu bahwa Dinda belum bisa mendengarnya. Sepertinya benturan di kepalanya benar-benar membuat Dinda tak sadrkan diri. Ditambah dengan pusingnya mungkin. Kejadiannya begitu cepat. Saras tidak tahu, kenapa Dinda bisa menabrak tiang tenda yang begitu besar. begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk di dalam pikirannya. Sementara Dinda masih terbaring tak sadarkan diri dengan lebam yang nampak terlihat jelas.

Sesampainya di RSUD, Dinda langsung dibawa ke ruang UGD. Saras dan Akhyar mendampingi sampai batas akhir pengantar. Setelah itu, tubuh Dinda hilang dari pandangan mereka. "Ya Allah, semoga tidak terjadi apa-apa dengan Dinda ya Yar", lirih Saras berkata kepada Akhyar. Akhyar pun daritadi terlihat begitu cemas. Sejak awal kehadiran Dinda di pesta pernikahan Dita, Akhyar sudah lihat ada yang tidak beres dari Dinda.

"Ras, sekarang gimana caranya kita menghubungi keluarga Dinda di Cirebon? Biar bagaimanapun, keluarga Dinda harus diberitahu", Akhyar membuka percakapan kembali dengan Saras. "gak tega aku ngongnya Yar. Kamu tahu sendiri, bapaknya Dinda baru dalam proses pemulihan. Sedangkan adik-adiknya, sekarang berhenti sekolah karena harus cari nafkah untuk membantu kebutuhan keluarga. Pokoknya aku gak tega ngomongnya!", ujar Saras kepada Akhyar. "Kamu ada nomor yang bisa kita hubungi di sana?", sambil mengeluarkan gawainya, Akhyar menanyakan nomor keluarga Dinda yang bisa dihubungi. "Aku ada nomor adiknya Dinda, Indah. Sebentar", Saras pun mengeluarkan gawainya. "Nih nomernya. Kamu yang kasih kabar ya", Saras memberikan gawai kepada Akhyar. Tak berapa lama kemudian. Akhyarpun nampak sudah menelpon Indah, adik Dinda. "tuuuut..tuuuuut", suara gawai Akhyar memberikan isyarat bawa nomer yang dituju tidak bisa dihubungi. "Gak nyambung Ras", sambil memandang Saras, Akhyar memberikan isyarat bahwa nomer Indah tidak bisa dihubungi. "Coba sekalai lagi Yar. Mungkin Indah lagi ngurusin bapaknya", Saras mencoba merajuk Akhyar untuk menlpon Indah kembali. Dan Akhyar pun nampak memencet nomor gawai Indah kembali. Namun kedua pundaknya terangkat ke atas, menandakan bahwa Indah tetap tidak bisa dihubungi. Akhirnya Saras dan Dinda terdiam. Sementara beberapa teman yang tadi ikut mengantar masih menunggu di ruang tunggu lantai satu. Mereka masih menunggu kabar dari Saras dan Akhyar yang mengantar Dinda sampai lantai tiga. Betapa solidaritas dan rasa tepo seliro begitu mewarnai persahabatan mereka. persahabatan antar- inteltual muda yang menjadi dewasa karena merasa sanasib sepenanggungan hidup di rantau orang. Sementara itu, Dinda sedang berjuang melawan sakitnya. (to be continued)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih Pak Yusrin. Salam Literasi

02 Jun
Balas

Mantap. cerita menarik.

01 Jun
Balas



search

New Post