Dwi Riyanto

Seorang ayah dari tiga putra putri. Suami dari seorang istri. Tinggal di kota bandeng. Sidoarjo. Menulis itu kegiatan yang mengasyikan. Menjadi candu bagi pe...

Selengkapnya
Navigasi Web
2. Catatan Seorang Ayah
Ini Ceritaku Melawan Kemustahilan

2. Catatan Seorang Ayah

Menagih Janji

" Yah. Adik mau renang."

" Kapan sayang?"

" Gak tau."

" Lho. Kok gak tau sih?"

" Iya. Kata ibuk. Adik mau renang. Sama temen adik di sekolahan."

" Iya. Ya. Nanti di antar ibuk ya."

"Baju renang adik mana?"

****

Sore. Sepulang kerja. Si matic barusan aku standarkan. Perlahan melangkah menuju pintu ruang tamu.

Krek!

"Assalamualaikum."

Bersamaan mendorong handel daun pintu. Aku ucapkan salam.

"Waalaikumusalam."

Suara kecil dan cempreng membalas salamku. Tetiba.

"Yah. Mana baju renangku?"

" Lho. Adik kemarin minta dibelikan dari toko pe**a."

" Kata ibuk. Gak ada."

" Ya udah. Nanti beli di toko ya. Semoga tidak hujan."

Ternyata kedatanganku. Sudah di tunggu si bungsu. Menodong. Menagih janji. Ya. Memang beberapa hari yang lalu. Kami. Menjanjikan. Segera membelikan baju renang untuk si bungsu. Kali ini janji itu telah di tagih.

Musim hujan. Mendung gelap masih menyelimuti langit. Rata. Sesekali rintik hujan mulai menyapa bumi.

Sore. Berharap hujan tidak datang segera. Ada janji yang harus aku tepati. Mengantar si bungsu membeli baju renang.

Usai sholat magrib. Di mushola dekat rumah. Si sulung dan si tengah pamitan. Si tengah mengajukan izin lebih dulu.

"Yah. Aku ke rumah umik ya."

" Iya. Ayah kasih setor bacaan sholat dulu."

" Doa iftitah?"

"Iya."

Tak pakai lama. Bacaan doa iftitah mulai meluncur dari mulut si tengah. Belum lancar. Namun sudah ada kemajuan. Lebih baik. Lebih bagus.

Usai setor bacaan. Pamit. Dengan sepeda Poly**n. Warisan si sulung. Si tengah melesat.

" Yah. Giliran ku."

" Ya.Sini."

Saatnya si sulung setor bacaan juga. Kali ini surat-surat pendek dari juz amma. Juz ke tiga puluh.

Di atas meja makan kami duduk berdampingan. Sebuah Al-Qur'an sudah di siap si sulung. Di awali dengan bacaan Ummul quran. Si sulung membuka Al Qur'an. Lanjut ke juz tiga puluh.

Aku hanya menyimak. Sesekali mengoreksi. Memberikan contoh bacaan. Sedikit sentuhan lagu. Supaya lebih mantap dan enak untuk di dengar.

Alhamdulillah. Satu surat selesai. Meskipun belum lancar. Mengalir seperti air terjun Niagara. Dan tak semerdu suara Muhammad Toha Al Juraid. Tetap semangat.

Setelah itu. Si sulung menyusul adiknya. Blass...Hilang dari pandangan.

*****

Si bungsu sudah siap-siap. Bersama ibunya. Menunggu di luar rumah. Duduk di atas 'amben' dari bambu. Si matic pun tak mau ketinggalan. Nangkring di depan balai.

Jas hujan aku masukan di perut si matic. Persiapan. Jika sewaktu-waktu hujan datang menghampiri.

" Yuk. Berangkat." Ajakku pada si bungsu dan ibunya.

" Ayo buk," sahut si bungsu melanjutkan ucapanku.

Bertiga. Menyusuri jalan paving di komplek. Tidak pakai mampir ke mertua. Langsung meluncur lancar. Ke arah kota.

Semoga hujan masih bisa bertahan di langit. Harapan kami bertiga.

Sesampai di kota. Si matic di carikan tempat yang aman dulu. Parkir. Dekat toko yang di tuju. Aman. Aku lepas si matic dengan perasaan lega. He he he

Toko pertama.

"Mbak. Ada baju renang anak?" Tanya istriku pada mbake yang jaga.

" Ada Bu. Sebelah sana," jawab si embak. Berbaju seragam putih hitam. Kayake masih training. Jari telunjuknya mengarah ke ujung belakang toko.

Sret. Sampai di ujung toko. Istri dan si bungsu asyik memilih di etalase. Dueerr...tak ada yang cocok.

" Frozen buk," ucap si sulung.

" Iya nak," jawab ibunya.

Ternyata. Tidak menemukan. Baju renang sesuai yang di.minta si bungsung. Kami pun pindah lagi. Dari toko ke toko. Rajin bertanya pada mbak - mbak pramuniaga. Dan jawabnya sama. Stok habis. Atau tidak ada.

So. Perburuan baju renang belum berakhir. Lanjut. Masih ada harapan. Toko Jos**a. Toko perlengkapan anak dan bayi. Pioner. Di kota kami.

Berseberangan dengan posisi kami saat ini. Yess. Tinggal toko ini yang belum kami korek - korek. Semoga tersedia. Menemukan.

Si bungsu belum pernah kami ajak ke sini. Toko ini. Terakhir. Ketika usia si sulung lima tahun. Wow... Ternyata sudah sembilan tahun yang lalu. Bukan tanpa alasan jika kami gak pernah ke toko itu lagi.

Dalam periode sembilan tahun terakhir. Bertebaran toko serupa. Dekat komplek perumahan juga ada. So, banyak pilihan. Kami pun memilih yang dekat dengan tempat tinggal kami.

******

Berjubel. Masih seperti sembilan tahun yang lalu. Customer di sini. Ramai. Semakin lengkap.

Di lantai satu etalase padat. Sekedar bersimpangan badan saja susah. Bergantian. Aku gandeng si bungsu. Berjalan di belakang ibunya. Mengikuti. Takut si bungsu lepas pengawasan.

" Mbak baju renang anak sebalh mana?"

" Ujung. Nomer dua dari belakang."

Mencari celah di antra pengunjung. Untuk sekedar berjalan mencapai etalase baju renang. Dan akhirnya. Sederet baju renang anak bergantung. Berbagai model. Warna. Ukuran. Melengkapi etalase.

Lumayan lama. Memilih warna dan ukuran yang pas buat anak TK. Ada yang pas ukurannya. Warna gak cocok. Warna bagus. Eeealah gambar gak suka. Walah.. cewek kecilku..

"Trus gimana yang?"

" Tanya ke mbke aja yah."

Ok. Kebetulan di sebelah etalase berdiri mbke. Pramuniaga. Gak perlu teriak - teriak ala tarzan. Untuk memanggil mbke.

" Mbak. Ada stok lain untuk ukuran anak segini?"

Istriku menunjuk si bungsu.

" Ada bu. Sebentar saya ambilkan."

Dengan gesit. Mbake meninggalkan kami. Berjalan. Hilang di antara pembeli.

Aku hanya diam. Memperhatikan sekitar. Sesekali mengawasi si bungsu. Jangan sampai hilang. Tersesat di tengah keramaian.

Jreng... jreng.. jreng.

Si mbak pramuniaga sudah balik. Membawa sepotong baju renang warna biru.

" Ini Bu. Silahkan di lihat. Tapi gak boleh di coba ya."

" Iya mbak. Makasih."

Baju di serahkan pada istriku. Si mbak pamit. Melayani customer lain.

Plastik bungkusnya di buka. Sepotong baju renang. Warna biru. Terusan. Berlengan dan kaki panjang. Di bentangkan. Di tempelkan pada punggung si bungsu. Dan pas. Bergambar anak kucing. Hello Kitty.

" Gimana dik?"

" Iya. Aku suka."

Perburuan telah selesai. Bungkus dan bayar di kasir.

*******

Aku buka gawai. Lihat jam di layar. Jam 19.30. Masih sore.

" Kemana yang?"

" Ke rumahe mbak Sulis ta?"

Di tanya. Malah balik tanya. Capek deh.

" Ya udah. Mumpung belum malam."

Kami pun meluncur ke arah rumah saudara. Lumayan jauh. Tak apa. Mumpung tidak hujan.

Si matic tetap setia bersama. Satu hati. Ha ha ha...bolehkan?

Membelah malam menelusuri aspal. Mencari jalur alternatif. Berharap lepas dari kemacetan. Malam Minggu bok. Menikmati malam bersama si bungsu dan istri. Berasistenkan si matic.

Perburuan baju renang usai. Janji telah di tepati. Bisa hadir setiap di butuhkan. Adalah sesuatu banget.

Melihat senyum kecil dan binar mata si bungsu. Menambah bahagia.

Si bungsu menang banyak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post