Dwi Riyanto

Seorang ayah dari tiga putra putri. Suami dari seorang istri. Tinggal di kota bandeng. Sidoarjo. Menulis itu kegiatan yang mengasyikan. Menjadi candu bagi pe...

Selengkapnya
Navigasi Web

3. Catatan Seorang Ayah

Air Panas

Si matic aku pacu 'genah - genah'. Menikmati setiap meter aspal di jalan. Berdinding pohon di kiri kanan. Sepanjang mata memandang.

Kendaraan roda dua mendominasi jalanan. Berseliweran. Bergerak searah maupun berlawanan. Sesekali muncul kendaraan berat. Melebihi tonase. Melaju pelan. Kadang terlihat miring dan terseok seok lajunya. Inilah Indonesiaku. Banyak cerita dan kisah menarik bermula.

Kembali ke roda dua. Suara knalpot 'brong' turut meramaikan malam minggu. Bising. Nikmat apa yang di dapat. Memasang knalpot 'brong.' Sedang suaranya memekakkan gendang telinga. Entahlah.

Perjalanan ke rumah mbak Sulis berasa berbeda. Abaikan kebisingan jalan raya. Terus melaju di bawah temaran lampu jalan. Dingin angin usai hujan. Menambah syahdu kebersamaan.

Tetiba. Suara berbisik dari arah belakang.

" Yah. Kasih oleh - oleh apa?"

" Apa aja. Penting praktis."

Si bungsu anteng. Tercepit. Diantara ayah dan ibunya. Diam tanpa kata. He he he.

*****

Tepat. Pukul 20.30 sampai di depan rumah mbak Sulis.

Alhamdulillah. Masih ramai. Bertemu beberapa saudara yang lagi berkunjung di sini. Ada Bu Dhe juga. Jauh dari kampung.

Setelah basa basi sebentar. Tanya kabar berita masing - masing. Aku dan istri mendekati mbak Sulis.

Di atas kasur mbak Sulis berbaring. Menceritakan kejadian bermula. Bagaimana air yang masih mendidih itu menyiram sebagian badannya. Mulai bawah dada sampai atas lutut.

Pikiranku wes tak terkira. Yo opo panase? Berasa panas semua kulit badanku. Padahal enggak mengalami. Sekedar terbayang. Kebawa cerita. Mirip kisah 'teori jeruk nipis'. Baru melihat saja sudah kebayang asemnya. Air liur pun deras menggelontor mulut.

Kagak banyak yang aku ceritakan. Gak tega. 35% luka bakar.

Waktu terus bergerak maju. Jam di dinding kamar Mbak Sulis. Menunjukkan angka 10.00.

Yes. Kamipun berpamitan.

******

Dalam perjalanan pulang. Suasana mulai sepi. Tetiba.

" Yah. Adik minta martabak."

Deg. Sudah malam gini mana ada orang jualan martabak?

Selanjutnya. Berburu martabak di tengah malam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post