Tantangan Hari Ke-63

#tantanganGurusiana

Sembilan belas tahun yang lalu, tepatnya 21 Maret 2001 adalah hari kelahiran putra kedua kami. Pada hari kelahiranya, aku belum mengambil cuci melahirkan, rencana dua atau tiga hari lagi baru mengajukan surat cuti melahirkan. Waktu subuh aku sudah merasakan kontraksi, sehingga dengan cepat suamiku mengantar ke Bidan yang memang sudah kami pesan sebelumnya.

Sampai di tempat praktek sekaligus rumah bidan, di periksa tapi belum ada bukaan. Maka kamipun pulang kembali ke rumah. Menjelang siang kontraksi semakin sering dan kamipun kembali ke rumah bersalin. Bidan mengatakan kemungkinan sebentar lagi akan melahirkan, dan aku diminta untuk berjalan dari satu ruang ke ruang yang lain untuk membantu proses kontraksi dan bukaan. Suamiku dengan setia menunggu, hanya sebentar dia keluar untuk menjemput anak pertama kami pulang sekolah. Karena khawatir aku sendirian melahirkan di tempat bersalin maka suamiku tidak membawa anak kami pulang ke rumah melainkan dibawa ke rumah bersalin.

Ketika aku tidak bisa berjalan lagi, aku berbaring dengan menahan sakit. Suamiku dan anak ku mengelus ngelus punggungku yang terasa sangat sakit. Dalam kesakitan kulihat wajah suami dan anakku penuh rasa khawatir. Makanya anakku yang pertama sampai sekarang sangat perhatian dan sangat menjaga hatiku, karena dia pernah mengatakan,”ibu sudah berjuang hidup dan mati saat melahirkan.”

Tepat berkumandang azan dzhuhur aku melahirkan anakku, yang berkelamin laki-laki lagi. Sakit yang amat sangat saat akan melahirkan, segera hilang setelah bayi dilahirkan. Dua malam aku dan bayiku nginap di rumah bersalin.

Anakku yang kedua ini kami beri nama NAUFAL THUFAIL FEDWIKA, yang dalam bahasa Arab NAUFAL dapat berarti dermawan, baik hati, dan pemuda yang tampan, sedangkan THUFAIL adakah nama bagus dan indah untuk anak bayi laki-laki Islam. THUFAIL yang meiliki makna lembut atau halus. FEDWIKA adalah nama keluarga untuk anak-anak kami.

Anak kedua kami memiliki sifat yang sangat pendiam. Jarang sekali mau berbcara dengan orang lain, walaupun dengan saudara sepupunya. Hanya dengan aku dan adiknya dia mau mengobrol dan bercerita. Memang anak-anakku lebih terbuka dengan ku dibandingkan dengan ayahnya.

Anakku Naufal sekarang sudah kuliah di Bandung. Sebelumnya aku, ayahnya dan juga neneknya sangat khawatir sewaktu pertama dia berangkat ke Bandung, karena yang kami tahu Naufal bukan lah anak yang mandiri ketika masih bersama kami. Ternyata kita tidak bisa mengambil kesimpulan anak yang tidak pernah mandiri, setelah jauh dari kita tidak bisa apa-apa.

Dibandingkan dengan abangnya ketika sekolah, Naufal mau mengerjakan pekerjaan yang dahulu ketika masih bersama kami orangtuanya tidak pernah dikerjaknnya. Seperti dia tidak selalu makan di luar , tapi dia bisa memasak sendiri lauk yang sederhana. Dia sendiri yang minta dibelikan alat untuk menanak nasi dan alat untuk memasak dengan menggoreng, mengukus atau merebus yang menggunakan tenaga listrik.

Alhamdulillah setiap anak kita, memiliki keunikan masing-masing. Aku sangat bersyukur, Allah memberikan anak-anak yang baik , tidak pernah melakukan perbuatan yang memalukan atau menyusahkan orangtuanya. Mudah-muadahan mereka tetap menjaganya.

BARAKALLAH FII UMRIK...BANG NAUFAL, Semoga selalu sehat, selalu diberi umur yang berkah, selalu berbakti kepada orangtua, sayang pada abang dan adik, dan semoga sukses dalam hidupmu. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.

Tanjungpandan, 21 Maret 2020