Dyah Argarini

Guru Bahasa Inggris di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Surabaya. Suka menulis dan membaca apa saja. Mendukung literasi dengan daya dan upaya untuk kemajuan an...

Selengkapnya
Navigasi Web
Berkunjung ke Perpusnas (2)

Berkunjung ke Perpusnas (2)

Hampir satu jam kami berada di depan Gedung utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Setelah itu, saya dan teman teman guru penulis memasuki gedung utama. Wow, saya terkagum kagum melihat apa yang di depan mata. Tepat dihadapan saya terpampang koleksi ratusan bahkan ribuan buku yang tersusun rapi di rak bersaf-saf tinggi sekali. Takjub dan heran dengan apa yang saya lihat. Otak mulai berpikir, hati bertanya tanya bagaimana cara menaruh buku di tempat setinggi itu dan bagaimana cara mengambilnya? Hmm, mungkin buku buku itu tidak untuk dipinjamkan kepada kita. Tapi kenapa ada jajaran kursi di kanan kirinya yaa? Bagaimana mengambilnya? Pakai tangga? Ah, saya jadi bingung memikirkannya. Tapi saya percaya tehnologi pasti memungkinkan buku yang di rak tertinggi bisa sampai ke tangan pembaca. Saya saja yang "gaptek" tak tahu caranya.

Di sebelah kiri ruang lobby utama ada beberapa koleksi buku yang berisi tulisan tentang para Presiden Indonesia terdahulu. Beberapa buku biografi Sukarno, dan Suharto diletakkan di kotak kaca. Lift ke lantai atas juga tersedia, eskalatorpun ada. Tinggal kita mau menggunakan yang mana untuk ke lantai dua. Dari penjelasan petugas, gedung Perpusnas ini memiliki 24 lantai. Maaf, saya tidak bisa secara detail menjelaskan setiap lantainya. Mudah mudahan lain waktu saya bisa survey setiap lantai dan menjelaskan apa isinya. Sebelum masuk ke lantai dua, kami semua diminta untuk meninggalkan tas dan barang bawaan, kecuali barang barang berharga yang tetap boleh kami bawa. Dengan eskalator kami menuju ke lantai 2 Ruang Auditorium untuk melihat pemutaran film dan mendengarkan penjelasan petugas mengenai profil Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Saat hampir dimulai pemutaran filmnya, salah seorang rekan saya, Bu Sri Yatni bertanya kepada saya. "Bu, sudah mendapatkan kartu anggota?"

"Kartu anggota apa, Bu?" tanya saya.

"Kartu anggota Perpustakaan Nasional, kita ke sini salah satunya kan dalam rangka itu, mencetak kartu anggota Perpustakaan Nasional," lanjut Bu Sri Yatni sambil menunjukkan kartu perpustakaannya yang baru saja dicetak.

Waduh, bagaimana ya? Sebentar lagi acara dimulai. Tapi saya pikir, lebih baik mengambil nomor antrian saja dulu , lantas balik lagi ke auditorium. Perkiraan saya, selesai acara, insya Allah tepat giliran saya untuk cetak kartu. Setelah mendapatkan penjelasan dimana tempatnya, saya mengambil keputusan keluar auditorium, bertanya kepada petugas bagaimana cara mendaftar menjadi anggota. Saya di antar di sebuah ruangan terbuka di sisi kiri lantai dua. Sudah banyak masyarakat umum yang antri mendaftar. Saya bergegas menuju ke salah satu komputer yang disediakan, mengisi data pribadi sebentar. Oh iya, saya harus menyediakan KTP, karena untuk mendaftar kita diminta mengisi NIK seperti yang tertera pada KTP, data mengenai instansi tempat kita bekerja dan sebagainya. Setelah terisi semua, lantas ... klik! Selembar kertas kecil persegi panjang bertuliskan nomor antrian 81 sudah berada di tangan saya. Cepat dan mudah.

Kembali ke ruangan auditorium, film sudah diputar. Bergegas saya mengambil tempat duduk di barisan tengah. Kebetulan ada kursi kosong di sana. Di film yang berdurasi sekitar 25 menit itu dijelaskan visi, misi, sejarah, koleksi dan fasilitas yang dimiliki oleh Perpustakaan Nasional. Saya merasa bersyukur karena pemerintah sangat memperhatikan perkembangan literasi di Indonesia.

Selesai menyaksikan pemutaran film, saya segera ke tempat pendaftaran. Ternyata antrian sudah sampai di nomor 72. Alhamdulillah tidak terlalu lama, sampailah pada giliran saya. Setelah menyerahkan nomor antrian, dengan ramah mbak yang pertugas meminta KTP saya untuk mencocokkan.

"Siapa nama ibu kandung ibu?" Ia bertanya

Dan saya menyebutkan nama ibu saya..

"Foto dulu ya buu"

"Siap, mbak. Sebentar..saya lepas kacamata. Biar terlihat mata indah saya," jawab saya dengan PeDenya. Iapun tertawa. Mungkin heran, kenapa ada perempuan setua saya masih "kepedean", hihihi..

Jepret! Selesai sudah proses pemotretan. Sebentar kemudian kartu tercetak dan..yes! Saya punya Kartu Anggota Perpustakaan Nasional. Kartu itu berlaku selama 10 tahun ke depan. Karena saya mendaftar pada bulan November tahun 2018, maka masa berlaku kartu saya akan berakhir pada November 2028. Yuuk, kita pinjam buku ke Perpustakaan.

Pemutaran film di Auditorium Perpusnas, jadi tahu profil Perpustakaan Nasional kita.

Oiii, saya melayang di depan rak buku yang bersusun tinggi

Ini kartu Anggota Perpusnas saya, alhamdulillah senangnya..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren....Bu Arga...

28 Nov
Balas

Trrimakasih, bu Emi , salam literasi

28 Nov

Mantab reportasenya bu, lanjutkan ke cerita yang lain

28 Nov
Balas

Siapp, pak Ichu

28 Nov

Biar tua tapi semangat muda ya bunda. Ditunggu reportase berikutnya bu dyah..salam kenal

28 Nov
Balas

Nggih bu Dyahni, semangat tetap muda, terimakasih sudah membaca, salam kenal dan salam literasi untuk negeri

28 Nov

Senangnya bisa jdi anggota perpusnas meski cuma satu bulan hihi...

28 Nov
Balas

Iya, bu, senang sekali, kartunya bisa untuk 10 tahun, bisa untuk pinjam referensi yg dibutuhkan. Tapi klo Surabaya Jakarta, bagaimana caranya?

28 Nov

Selalu senang dan tak pernah bosan memgikuti cerita Bu Dyah

28 Nov
Balas

Terimakasih, bu Tari, barokallah, saya tunggu tulisannya bu Tari juga

28 Nov

Nggk apa apa buk tua usianya yg penting tetep PD,tetep menginspirasi dan msh mampu memotuvasi diri sendiri khususnya dan orang.lain pada umumny

28 Nov
Balas

Inggih bu, pokoknya pedhe saja hahahh, mohon doanya, salam sukses dan salam literasi untuk negeri

28 Nov

Nggk apa apa buk tua usianya yg penting tetep PD,tetep menginspirasi dan msh mampu memotuvasi diri sendiri khususnya dan orang.lain pada umumny

28 Nov
Balas

Bu Diah, tulisannya selalu

29 Nov
Balas

Terimakasih bu Umi, susah mampir di lapak saya. Sepertinya setelah kata selalu ada lanjutannya nggih, bu..

29 Nov

Iya bu Diah.. maaf kok terpotong ya.. seharusnya ada emoticon jempol.. Ok. Saya ganti ya bu..'menarik untuk dibaca'. Wah, jadi pingin nulis juga bu Diah...

29 Nov

inggih bu, tidak mengapa. hhhh... Monggo, yuk kita menulis. Salam sukses dan salam literasi

30 Nov



search

New Post