Dyah Argarini

Guru Bahasa Inggris di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Surabaya. Suka menulis dan membaca apa saja. Mendukung literasi dengan daya dan upaya untuk kemajuan an...

Selengkapnya
Navigasi Web

Catatan 7 Hari Mudik: Perjalanan Pulang Kampung

Pulkam alias pulang kampung atawa mudik adalah tradisi yang entah kapan dimulainya sampai sekarang menjadi tradisi setiap kali Hari Raya, terutama hari Raya Idul Fitri. Orang-orang pada sibuk, "umyek" mempersiapkan segala sesuatunya untuk dibawa pulang ke kampung halaman bertemu sanak famili tercinta dengan hati yang riang gembira, pakaian, makanan, atau oleh oleh khas kota tempat tinggal. Tujuannya satu menyenangkan hati sanak saudara, dan diri sendiri juga tentunya.

Begitupun saya, mudik ini sudah saya nanti nanti. Maklum sudah kangen ibu. Meskipun Surabaya ke Rembang bisa ditempuh dengan 5 jam perjalanan bermobil ria, tapi karena kesibukan kerja jadinya tidak mesti setiap bulan sekali saya bisa pulang menengok ibu di Rembang. Tapi saya berusaha paling tidak setiap 3 bulan sekali datang ke Pancur, desa kelahiran saya dimana ibu tinggal bersama dengan adik adik dan keluarga besar kami, dan menengok makam bapak. Kalau orang Surabaya bilangnya "nuruti kerjo yo ra ono marine". Menuruti kerja ya tidak akan ada selesainya. Dunia kok dituruti. Maka kitalah yang harus mengatur kesibukan dunia. Deal ya pembaca?

Begitulah pagi ini setelah subuh, saya mulai berbenah, menyiapkan semuanya untuk perjalanan mudik kami bertiga, saya, suami dan anak. Saya tidak suka meninggalkan rumah dalam keadaan berantakan. Lebih enak rasanya bila rumah ditinggal dalam keaadaan bersih. Maka setelah sholat subuh baju baju yang masih tergantung di jemuran belakang rumah menjadi sasaran pertama saya. Targetnya adalah tidak boleh ada baju yang belum disetrika. Semua muati rapih jali ada di lemari. Tadi malam baju baju kotor yang belum sempat kecuci sudah terkemas rapi siap laundri. Tak sempat mencuci sendiri. Maunya sih hemat dicuci sendiri. Tapi tidak apalah, berbagi rejeki dengan tetangga yang membuka usaha laundri.

Sambil mendengarkan ayat ayat Rukyah, tangan saya mulai menari nari di atas meja setrika kecil yang diatasnya saya beri lapisan kain sarung supaya lebih empuk dan nyaman. Lembar demi lembar baju anak saya mulai tersusun rapi dan wangi. Dan tralalaa, 2 jam kemudian semuanya sudah ready untuk di taruh di lemari.

Anak dan suami sudah bangun dan mandi saat saya menyetrika tadi. Tak lama kemudian mereka sudah siap mengemas bajubyang hendak dibawa pergi. Koperpun sudah siap untuk diisi. Saya ambil beberapa baju di lemari. Sekedarnya, cukup untuk ganti seminggu di sana nanti. Triiit... Triiit... Triiit. Saya berhenti sejenak dan menuju ke teras belakang rumah. Hp di atas meja kaca berbunyi keras sekali. Oh, video call Whatsapp. Dari siapa ya? Oo hahaha ternyata dari si Rafa, keponakan ganteng saya yang sangat comel.

"Hallooo, budhe?? Sudah sampai manaaa?"

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post