Dyah Argarini

Guru Bahasa Inggris di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Surabaya. Suka menulis dan membaca apa saja. Mendukung literasi dengan daya dan upaya untuk kemajuan an...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jakarta I Am Coming (3) Pekalongan

Jakarta I Am Coming (3) Pekalongan

Baru menulis lagi, pembaca. Maklum, sepanjang hari disibukkan dengan kegiatan, belum menemukan waktu yang longgar untuk menulis. Nah baru kali ini ada kesempatan untuk berolah raga menggerakkan jari jari lentik saya (itu kata suami saya hehe) untuk menulis. 

Kali ini saya ingin bercerita tentang sesuatu yang saya lihat , saat kereta berhenti sejenak di stasiun Pekalongan. Ada yang menarik perhatian. Sebuah gedung tua yang mengesankan. Seperti setiap stasiun kereta yang saya lewati saya selalu berpikir tentang Belanda. Sepertinya setiap stasiun kereta pasti bangunan Belanda. Begitu juga di stasiun Pekalongan ini. Tapi in bukan tentang stasiunnya. Ini adalah bangunan di samping stasiun yang sangat besar. dengan bentuk yang unik. Sayangnya kurang terawat. Dindingnya dari jauh saya lihat tampak rusak di beberapa bagian. Batu batanya terlihat karena lapisan semennya yang sudah tidak ada tergerus jaman. Maklum, bangunan tua yang sudah berumur puluhan tahun. Dikiri kanannya tampak pepohonan yang menambah kecantikan bangunan. Eman eman, sepertinya gedung itu kosong tidak difungsikan. Dalam hati bertanya tanya, apa fungsi bangunan itu dulu? Mengapa ada di samping stasiun. Apakah itu dulu kantor, gudang, depo lokomotif atau apa? Pertanyaan itu terngiang ngiang di hati dan pikiran. 

Pembaca, melihat bangunan itu pikiran saya melayang ke jaman dahulu. Saya membayangkan beberapa orang belanda berjalan dari stasiun ke gedung itu dengan baju khasnya, amtenar kota. Kumis pirang yang tebal dan berkaca mata sebelah. Ada jas warna putih dan hiasan jam berantai di saku bajunya. Beberapa noni berjalan melenggang memakai gaun panjang berwa putih tulang dengan payung tertutup di tangan dan topi bungan di kepala. Cantik menawan dengan rambut pirangnya. MAta biru dan kulit putih, serta senyuman yang menghiasi bibir tipisnya. Hmm...saya merasa bahagia melihatnya. Kembali ke masa silam, masa lalu yang bersejarah bagi bangsa kita. 

Gedung yang berdiri megah sampai sekarang itu setidaknya membuktikan bahwa bangunan Belanda memang tidak kaleng kaleng. MAmpu bertahan meski diterpa jaman. Kuat dan tahan lama. Benar benar gabungan antara teknologi dan seni yang memancarkan keindahan. Bangunan tua itu membuat melayang saya punya angan. Seandainya Belanda masih berada di Indonesia sampai sekarang, mungkin negara kita akan serupa dengan negara negara Eropa sekarang. 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya keren

08 Oct
Balas

Terimakasih, Bu Risma

08 Oct

Mengingatkan jaman dahulu ya bunda. Sukses selalu..Salam kenal bunda.

08 Oct
Balas

Iya Bunda, seandanya ada mesin waktu, ingin kembali ke jaman itu. Masa alam masih terlihat asri

08 Oct



search

New Post