Pada Rembulan (8)
Bulan,
Aku berkisah tentang seorang perempuan
Berdiri di depan ruangan
Kosong tak berkawan
Perlahan ia berjalan
Terpekur tanpa menoleh meski ada jendela di sisi kanan
Wajahnya sendu tersaput awan kesedihan
Bulan
Lihatlah
Meski lelah ia tetap melangkah
Hujan tak menghalanginya berfantasi tentang negeri antah berantah
Dimana semuanya terlihat indah
Terus ia menari dalam istana gundah
Butiran air dari kelopak matanya yang hitam mengalir deras
Bak air bah
Membanjiri relung jiwanya yang hampa
Aku milik siapa
tanyanya resah ...
Bulan
Kau saksikan
Jari jari lentiknya mengusap pipinya yang ranum menawan
Terpaksa ia meyungging senyuman
di bibir tipisnya yang biru lebam
Memandangimu dengan tatapan nanar penuh keraguan
Tak tahu bagaimana caranya meraihmu dengan kedua tangan
Lunglai menggenggam asa kerinduan
Bulan
Kau tahu...
Di sudut hatinya ia tak mau
Menyimpan harap dan butiran sendu
Namun telah berlayarlah perahu cintanya
Membawa bayang bayang ruhnya entah kemana...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren puisinya, Bu Dyah.. .
Terimakasih, bu Tari, tulisan bu Tari lebih kereen