Dyna Rukmi Harjanti Soeharto

SDIT Al Uswah Banyuwangi...

Selengkapnya
Navigasi Web

( 3.) Jogging Kemalaman

Kejadian ini sudah puluhan tahun berlalu, tapi masih melekat erat dalam kenanganku, dan setiap kali mengingatnya aku selalu tak mampu menahan tawa. Saat itu aku masih duduk di bangku SD, kira-kira kelas 4. Di rumahku ada seorang asisten rumah tangga yang masih sangat muda, mungkin waktu itu umurnya masih sekitar 16 tahunan. Namanya Katiyem, aku memanggilnya Mbak Kat. Anaknya tomboy, rambutnya cepak dan tingkahnya memang kelaki-lakian.

Aku memang biasa akrab dengan para asisten rumah tangga yang bekerja di rumahku, termasuk dengan Mbak Kat. Aku sering tidur bersamanya, dan kadang-kadang juga aku diajaknya pulang ke rumah orang tuanya di kecamatan sebelah dengan naik sepeda gayung. Pokoknya bagiku saat itu Mbak Kat adalah teman yang menyenangkan.

Nah, Sabtu malam itu kami membuat janji untuk jogging di keesokan harinya, Mbak Kat berjanji membangunkanku subuh hari dan kami akan jogging setelah subuh.

Mbak Kat tidak ingkar janji. Dia membangunkanku saat malam belum berakhir dan gelap masih menyelimuti bumi. Dengan terkantuk-kantuk aku mengikuti Mbak Kat berjalan keluar kamar. Rumah sepi sekali, belum ada yang bangun selain aku dan Mbak Kat. Kami berjalan pelan menuju pintu keluar. Di luar masih gelap sekali, aku menyesal kenapa tak melongok ke arah jam dinding di ruang tengah, jadi tak tahu saat itu jam berapa. Tetapi Mbak Kat kembali meyakinkanku untuk segera berangkat jogging.

Kami berdua keluar dari halaman rumah menuju jalanan yang sepi. Tak ada orang lewat sama sekali. Kami mulai berlari-lari kecil. Ketika hampir sampai di perempatan jalan, dari arah depan muncul beberapa orang laki-laki, di antara mereka ada yang memanggil kami. Setelah dekat, mereka bertanya,

“Kamu anaknya Pak Harto kan?” Tanya salah seorang bapak-bapak yang ada di situ, sepertinya petugas ronda.

“Iya, Pak.”

“Kalian ada apa malam-malam ada di luar?”

“Mau jogging, Pak,” jawab Mbak Kat

“Hah? Jogging?!”

“Ini masih jam 2 malam, Mbak!” sahut bapak satunya. Giliran kami yang kaget setengah mati.

“J..jam 2?!”

“Iya. Sudah, pulang sana. Untung gak dikira maling tadi.”

Kami segera berlari pulang. Di sepanjang jalan aku dan Mbak Kat tertawa lebar.

“Makanya sepi sekali ya.”

“Duh, untung gak ditangkep sama bapak-bapak tadi. Kita tadi mencurigakan sekali kayaknya, lari-lari malam-malam,” Mbak Kat tertawa terkikik-kikik.

Sampai di rumah ternyata ibu bangun. Setelah kami ceritakan kisahnya, sambil menahan tawa ibu mengomel pada Mbak Kat,

“Kamu hampir mencelakakan adikmu, Kat. Makanya to, lihat jam dulu. Untung petugas rondanya kenal bapak, kalau enggak gimana coba?”

“Maaf, Bu.”

“Sudah sana, tidur lagi. Masih malam ini,” ibu berjalan ke kamar. Aku mengikutinya.

Kejadian ini sampai sekarang masih mengundang senyum jika kuingat lagi. Mbak Kat memang orang yang antik. Asisten rumah tangga rasa kakak dan teman, ibu juga sayang sekali padanya. Aku ingin dipertemukan lagi dengannya, ingin mengenang saat-saat indah bersamanya.

Banyuwangi, 6 Juni 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post