Dyna Rukmi Harjanti Soeharto

SDIT Al Uswah Banyuwangi...

Selengkapnya
Navigasi Web

( 4 ) Mendadak Jadi Cucu

Namaku Nadia. Di usiaku yang ketigabelas tahun ini, tiba-tiba saja aku menjadi cucu pertama di sebuah keluarga yang sebelumnya tak kukenal sama sekali. Dan salah satu pamanku usianya sebaya denganku. Bagaimana bisa? Bisa dong, begini ceritanya.

Ibuku adalah seorang tenaga administrasi di sebuah universitas swasta. Dia punya rekan kerja yang namanya Om Satriyo. Mereka adalah tim yang kompak, sering bertugas bersama. Om Satriyo baik, kadang-kadang dia menemaniku makan siang di kantin kantor ibu saat aku bersama adikku Musa pulang sekolah dan ikut ibu ke kantor. Bahkan Om Satriyo sering ke rumah untuk ngobrol bersama ayahku. Dia sudah dianggap keluarga di rumahku. Aku, Musa, dan Kia suka padanya karena kami sering dibawakan oleh-oleh kalau dia datang ke rumah.

Saat ayah sakit, Om Satriyo sering ikut menemani di rumah sakit. Bahkan dia pernah menyuruh ibuku cuti untuk menemani ayah. Kadang-kadang dia menemani kami di rumah jika ibu menemani ayah di rumah sakit. Dua tahun yang lalu ayahku meninggal. Ibu mengajak kami pindah untuk menemani nenek di desa. Ibu juga keluar dari pekerjaannya di kampus itu. Beliau kemudian menjadi tenaga administrasi di sebuah klinik swasta di dekat rumah nenek. Kami tak pernah bertemu lagi dengan Om Satriyo, hanya kadang-kadang saja dia menelpon atau mengirim pesan WA. Dia juga pernah mengirimi kami hadiah saat kenaikan kelas dan saat aku diterima di SMP favorit.

Setahun setelah ayah meninggal Om Satriyo datang ke rumah menemui ibu. Dia ingin menggantikan posisi ayahku. Hal yang sempat membuat kehebohan di rumah nenek. Ibu sangat terkejut, nenek apalagi, ditambah Papa Fian, kakak ibu, juga sangat gusar. Bukan karena tidak suka kepada Om Satriyo, tetapi karena dia itu umurnya jauh di bawah ibu. Dia belum genap tigapuluh tahun, sementara ibuku sudah empat puluh tujuh tahun. Dia juga belum pernah menikah, sedangkan ibuku janda beranak 3. Apa kata dunia? Begitu mungkin yang ada di pikiran ibu, nenek, dan Papa Fian.

Setiap Om Satriyo datang, ibu hanya sekali-sekali saja mau menemui. Dia lebih sering ditemui nenek. Nenekku sangat keberatan dengan niat Om Satriyo. Lebih tepatnya nenek malu dan tidak ingin ibu menjadi bahan gunjingan tetangga. Makanya beliau tidak setuju dengan niat Om Satriyo, setiap dia datang nenek selalu ketus dan melarang kami menemuinya. Bahkan Papa Fian pernah agak bersitegang dengan Om Satriyo, intinya papa juga tidak setuju. Tentu saja, karena Om Satriyo lebih muda hampir sembilan belas tahun. Mereka malu dan takut dengan reaksi tetangga. Duh, Om Satriyo ini ada-ada saja sih ya, bikin semua orang kelabakan.

Tapi Om Satriyo orangnya gigih. Dia mendekatiku dan kedua adikku tanpa sepengetahuan nenek dan papa, tetapi atas izin ibu. Menjemput kami sekolah, mengajak ngobrol, nonton di bioskop, dan juga berenang. Karena sudah akrab sebelumnya, kami senang senang saja diperlakukan begitu oleh orang yang memang sudah kami anggap om sendiri. Padaku dan Musa, Om Satriyo terus terang mengatakan ingin menjadi ayah sambung kami. Dia berusaha meyakinkan kami bahwa dia mampu menjadi ayah bagi kami.

Gimana dengan ibuku sendiri? Kulihat ibu sebenarnya juga suka pada Om Satriyo, tetapi beliau selalu bisa menutupi perasaannya. Mungkin beliau juga tahu diri karena lebih tua dan sudah punya anak 3. Aku kasihan pada ibu. Sepertinya beliau bingung antara mengikuti kata hatinya atau menjaga perasaan nenek serta papa. Aku dan adik-adik? Aku tak tahu bagaimana perasaanku dengan kondisi ini. Aku suka Om Satriyo, dia baik dan lucu. Tapi aku tak pernah membayangkan dia akan menjadi ayahku, selama ini aku menganggapnya teman yang menyenangkan kalau aku ikut ibu ke kantornya.

“Kenapa, Om?” tanyaku padanya yang sedang mendorong ayunan Kia. Saat itu kami ada di taman sepulang sekolah.

“Karena Om sayang ibumu dan kalian.”

“Om gak malu punya istri tua?”

“Ibumu masih cantik meskipun jauh lebih tua daripada Om,” laki-laki itu tersenyum.

“Dia tidak kalah dengan gadis-gadis yang jauh lebih muda,” lanjutnya masih dengan senyum menghias bibir dan mata menerawang. Mungkin membayangkan sosok ibu. Aku ikut tersenyum. Memang ibuku masih cantik dan kelihatan awet muda meskipun usianya sudah hampir setengah abad.

“Apa yang membuat Om suka sama ibu?” Tanya Musa.

“Tentu saja kebaikan hatinya, juga kecerdasannya. Ibumu perempuan baik dan sholihah.”

“Tapi, Om, ibuku kan sudah tua, kasihan nanti kalau harus hamil lagi.”

“Siapa suruh ibumu hamil lagi? Kan sudah ada kalian.”

“Memangnya Om tidak ingin punya anak kandung?” laki-laki itu hanya tertawa.

“Nadia, Musa, dan Kia, Om sayang kalian. Om serius ingin menikah dengan ibu kalian. Ingat itu ya. Om ingin Allah mengabulkan keinginan Om ini. Nanti kalau kita bertemu lagi, Om berharap kita menjadi sebuah keluarga yang bahagia.”

Setelah mengantarkan kami pulang dari jalan-jalan sore itu Om Satriyo tak pernah datang ke rumah lagi. Kami kehilangan kontak selama hampir satu tahun. Selama itu aku selalu berdo’a semoga dia baik-baik saja dan tidak menyerah dengan sikap nenek dan papa. Ya,sejak pertemuan itu diam-diam aku juga ingin Om Satriyo menjadi ayahku. Aku baru menyadarinya setelah dia tak pernah datang lagi ke rumah. Kami merindukannya, Kia juga mulai sering menanyakannya. Dia orang baik, dan aku ingin ibuku bahagia bersama orang yang disayangi dan menyayanginya. Aku sering melihat ibu menengadahkan tangan di sepertiga malam demi mendapatkan akhir yang baik dari perjuangan om kesayangan kami itu.

Dan akhirnya sebulan yang lalu penantian kami berakhir. Rombongan keluarga Om Satriyo datang melamar ibu. Aku, Musa, dan Kia diminta untuk menemani ibu di ruang tempat lamaran itu. Seorang perempuan paruh baya memeluk ibuku, sepertinya itu calon nenekku. Setelah melepaskan pelukannya dari ibu, perempuan itu menoleh ke arahku.

“Jadi ini Nadia?” tangan lembut itu menyentuh wajahku.

“Seperti yang dikatakan Satriyo, kamu cantik seperti ibumu. Aku tak pernah membayangkan tiba-tiba punya cucu sebesar ini.” Beliau memegang kedua bahuku, kemudian memelukku dan kedua adikku.

“Setelah ini kalian akan menjadi cucuku, panggil aku nenek ya,” calon nenekku itu menciumi Kia. Kemudian beliau memandang semua orang yang ada di ruangan itu.

“Terus terang kami terkejut saat Satriyo merengek meminta menikah dengan temannya, seorang janda beranak 3. Apalagi setelah kami tahu dia jauh lebih tua daripada anak kesayangan kami itu. Terus terang hati saya hancur, marah, tak adakah gadis yang bisa memikat hatinya? Kenapa harus janda yang jauh lebih tua?” beliau mengusap matanya dengan tisu.

“Tetapi Satriyo anak yang gigih. Dia menunjukkan foto-foto kalian dengan segala kegiatan yang kalian lakukan. Bisa kami lihat bahwa Arimbi adalah perempuan terhormat yang sangat menjaga diri. Dia tak mungkin menggoda Satriyo. Berbagai prestasi yang diraih oleh Nadia membuat kami sadar bahwa Arimbi memang istimewa, dan kami akhirnya memaklumi bagaimana anak sulung kami itu bisa jatuh cinta padanya. Saya dan suami memasrahkan segalanya kepada Allah dan menyerahkan keputusan kepada anak kami. Kami yakin ada skenario terbaik yang Allah siapkan untuk keluarga kami. Dengan hadirnya Nadia yang berprestasi ini sebagai cucu pertama di keluarga kami, kami yakin dia akan bisa menjadi contoh yang baik bagi adik-adiknya kelak.”

Begitulah, akhirnya hari ini aku berdiri di samping nenek Riana yang baru saja resmi menjadi nenekku. Beliau suka sekali memelukku. Bahkan saat berfoto bersama pun beliau selalu berada di sampingku. Wah, asyik sekali. Aku punya nenek yang masih muda, yang masih bisa diajak ngobrol ala anak muda. Semoga keluarga baru ibu bisa menjadi keluarga abadi di dunia dan akhirat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren banget ceritanya Bunda, jadi kebayang teman yang minta dicarikan jodoh. ",Beli satu gratis dua" dapat tiga dong. he he he, salam sehat dan sukses selalu.

04 Jul
Balas



search

New Post