Corona atau Covid mungkin sebelumnya sangat jarang kita dengar. Palingan cuma guru IPA atau Biologi yang sudah sering mendengarnya. Virus Corona memang tidak sepopuler virus – virus lainnya seperti HIV, Hepatitis, Influenza, dan lain – lain. Namun sekarang Virus Corona sudah menjadi sangat populer bagi semua kalangan. Bukan hanya guru Biologi atau anak sekolahan, ibu – ibu penjual sayur atau abang – abang penjual Bakso juga sangat fasih menyebut nama virus ini. Saya termasuk orang yang sebelumnya tidak familiar dengan virus ini. Apakah guru saya yang lupa mengajarkannya waktu saya SMA atau saya ini yang kurang nyimak pengajaran dari guru? Entahlah. Yang pasti si Corona ini telah membuat dampak dan kisah yang tak terlupakan buat saya.

Corona membuat saya harus bekerja dari rumah kurang lebih 4 bulan. Sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai anak kecil, hal ini sangat merepotkan bagi saya. Lahirlah pusing, jengkel dan stress stadium 4. Kenapa bisa? Karena WFH (Work From Home) atau Wekerja Fari Humah (maksa, biar tetap WFH) dianggap tidak bekerja oleh anak saya. Anak saya akan terkejut dan terheran – heran ketika saya dandan cantik dan pakai baju Batik di depan Laptop dirumah. Bukan kah Emaknya selalunya pakai Daster dirumah? Ketika saya memberitahu bahwa saya sedang Rapat Virtual melalui aplikasi Zoom atau Webex, eh.. si anak malah ikutan nongolin muka sambil jogged – jogged ke kamera. Belum lagi bapaknya yang kadang minta kopi atau disendokkan makan siangnya padahal istrinya lagi ngoreksi jawaban siswa. Pokoknya keberadaan Emak yang ada dirumah dianggap tidak ngantor sama anak dan laki. Satu hal lagi yang membuat pusing saya sempurna menjadi stadium 4 adalah perilaku anak didik saya. Meski berkali – kali saya ingatkan bahwa sekolah tidak libur, tetapi siswa belajar dari rumah tetap aja mereka santai. Bagi mereka tidak ke sekolah berarti libur.

(Eben Manurung – SMAN 2 Senayang Kab. Lingga, Kepri)