Edi Juharna

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Literasi Anak Sekolah Perdesaan

Baru-baru ini Kota Bandung memecahkan rekor membaca buku senyap selama 10 menit yang diikuti oleh para pelajar di kota ini. Di Kabupaten Bandung geliat literasi di kalangan para pelajar semakin menonjol. Kabupaten Bandung menjadi kabupaten di Jawa Barat yang paling getol menggelar aktivitas literasi. Tentu ini menjadi kabar yang sangat menggembirakan di tengah isu minimnya minat baca masyarakat.

Aktivitas serupa di kabupaten/kota lain belum sebaik di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, terlebih di wilayah-wilayah perdesaan yang minim fasilitas. Sekolah yang menjadi salah satu basis untuk mengembangkan minat baca masyarakat masih belum mampu berbuat banyak. Minimnya fasilitas penunjang masih menjadi ganjalan bagi masyarakat setempat meningkatkan minat bacanya.

Beberapa waktu lalu, saya bersama para pegiat literasi perdesaan, pendiri Taman Baca Multatuli Banten, aktivis perpustakaan jalanan Karawang, sastrawan muda asal Sukabumi ,Bandung, dan sastrawan senior asal Jakarta, serta penulis buku yang bermukim di Kota Zug, Swiss, menggelar sebuah kegiatan literasi di sebuah taman baca di Desa Pangadegan Hilir, Kecamatan Pagelaran, Cianjur Selatan. Kegiatan ini bertajuk “Sastra 2 Malam di Cianjur”.

Kegiatan yang melibatkan puluhan siswa sekolah dasar dan menengah di desa tersebut merupakan kegiatan yang kali kedua saya ikuti. Banyak aktivitas literasi yang digelar pada kegiatan itu. Sigit Susanto, seorang penulis buku “Lorong-Lorong Dunia Jilid I, II, dan III, mengisi materi dongeng serta pertunjukkan sulap. Ubaidillah Muchtar, pendiri Taman Baca Multatuli yang kini menjabat sebagai Kepala Museum Multatuli di Banten mengajak anak-anak menyimak pembacaan novelet “Saija-Adinda”. Den Aslam, sastrawan muda asal Sukabumi didaulat menampilkan monolog novel “Metamorfosis” karya Frans Kafka. Ujianto Sadewa, penyair asal Sukabumi mengajari anak-anak membuat jemuran puisi. Alex Atmadikara, ahli speleologi menyampaikan materi “Pengenalan Gua dan Karst”. Saya sendiri kebagian membacakan cerpen anak dan mengajari mereka menulis cerpen.

Anak-anak di taman baca itu tampak sangat antusias mengikuti materi. Mereka bergembira menonton pertunjukan sulap, menyimak dongeng dan pembacaan cerpen serta novelet, berlatih menulis puisi, menyimak penjelasan tentang gua dan karst, serta bergembira mengikuti reading group bersama pembimbingnya. Kegembiraan semakin membuncah tatkala beberapa di antara mereka berhasil memperoleh hadiah-hadiah kecil pada acara kuis literasi yang diadakan oleh para pemateri.

Tentu ini sebuah hal baru yang jarang mereka temui. Sebelum berdirinya taman baca di kampung ini, anak-anak sekolah di kampung tersebut cukup puas melakukan aktivitas sepulang sekolah dengan cara menonton televisi atau membantu orang tuanya bekerja di ladang atau di sawah. Namun, sejak berdirinya taman baca, mereka banyak menghabiskan waktu luang dengan membaca buku, mengerjakan tugas sekolah, atau sekadar bermain di taman baca ini. Fasilitas berupa buku bacaan tersedia cukup lengkap di taman baca ini. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi di perpustakaan sekolahnya.

Bagi sekolah-sekolah di wilayah perdesaan, kegiatan ini dapat dijadikan acuan untuk ditiru. Pihak sekolah bisa menjalin kerja sama dengan para pegiat literasi, para sastrawan, seniman, dan berbagai profesi keahlian lainnya untuk menggelar kegiatan serupa. Saya yakin para pegiat literasi itu akan sangat senang diajak bekerja sama. Semangat mereka sebagai sukarelawan literasi dapat dimanfaatkan oleh pihak sekolah di perdesaan untuk mengembangkan budaya literasi.***

Cimahi, 08 Mei 2017

Penulis, pengajar di Pondok Pesantren Kampoeng Quran Cendekia, Parongpong Kabupaten Bandung Barat dan Sukarelawan Jaringan Literasi Perdesaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Setuju PAk Edi, "Saya yakin para pegiat literasi itu akan sangat senang diajak bekerja sama."

10 Jul
Balas

Woooh luar biasa Pak ....saya ingin sekali belajar dari bapak untuk menggiatkan literasi di kota saya.

09 Jul
Balas

Terima kasih atas komentar dan apresiasi kawan-kawan semua. Saya punya jaringan kawan-kawan pegiat literasi seperti penyair, cerpenis, aktor drama atau pengelola taman baca yang bisa diundang untuk mengisi kegiatan di mana saja yang ada taman bacanya. Setahun sekali setiap bulan Februari kami berkumpul di Taman Baca Pagelaran, Cianjur Selatan, milik kawan saya yang bekerja di Swiss. Setiap Februari, kawan saya itu mendapat cuti dan memanfaatkannya untuk mengadakan kegiatan literasi terutama di desanya. Anak-anak di kampungnya sangat antusias menyambut kedatangan para pegiat literasi dari Bandung, Jakarta, Sukabumi, karawang, atau Serang. Sastrawan asal Malang pun, Yusri Fajar, pernah berpartisipasi pada kegiatan ini. Kami sangat senang apabila ada yang mengajak ke desa-desa mengisi kegiatan literasi ini.

19 Jul
Balas

Semarak literasinya penuh semangat. Kreatif. Dedikasi sukarelawannya luar biasa. Moga Malang tertulari, ya.

09 Jul
Balas

Namun, sejak berdirinya taman baca, mereka banyak menghabiskan waktu luang dengan membaca buku, mengerjakan tugas sekolah, atau sekadar bermain di taman baca ini ....keren Pak, sangat menginspirasi

09 Jul
Balas

literasi menggugah kita untuk membaca

09 Jul
Balas

Trims. Pak.sip. Menjadi pemantik di daerah sekitar. Bermanfaat.sekali.

09 Jul
Balas

Siip Pak...salam.Cimahi dari saya orang Cimahi

09 Jul
Balas



search

New Post