Eddy Salahuddin

Guru SMA Negeri 3 Pangkalpinang dan masih aktif mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Menjadi penulis beberapa artikel dan puisi, baik yang diterbitkan indi...

Selengkapnya
Navigasi Web
HIDUP TAK SEMANIS MARTABAKMU

HIDUP TAK SEMANIS MARTABAKMU

Sore kemarin, si bungsu, Eqi dan kakaknya Dini minta dibelikan martabak. Ibunya yang memang sudah lama tidak makan martabak juga setuju. Martabak langganan yang dituju adalah martabak Acung alias Yusuf. Mengapa kami berlangganan dengan Acung, selain karena dulunya dia tinggal dekat dengan rumah alias menjadi tetangga juga, selera kami cocok dengan martabak buatannya ini. Acung atau Yusuf adalah mualaf lama yang taat beribadah. Dia menikah dengan orang pribumi dan memiliki tiga anak perempuan.

Sore itu, setelah sepakat dengan menu yang hendak dibeli, yaitu martabak coklat wijen, aku meluncur bersama Eqi ke TKP. Lokasi gerobak martabak Acung ini lumayan jauh dari kediaman kami, sekitar 4-5 kilometer. Kurang lebih 15 kemudian kami tiba di tempat. Aku disapa oleh yang empunya gerobak.

“Halo, Pak! Lah lame dak keliet. Ape kabar?” sapa Acung ramah. Tampak wajah Acung yang menurutku sudah sangat berubah jika dibandingkan dengan dirinya 5-10 tahun yang lalu. Dengan kaca mata serta pakaian sederhananya, ia terlihat lebih kurus dan sudah agak ompong karena gigi-giginya mulai rontok.

“Alhamdulilah, sehat.” Jawabku singkat sambil memarkirkan kendaraan dan duduk di bangku yang sudah disiapkannya.

“Ka, ape kabar Cung? Sehat bae, ok?” Tanyaku kemudian.

“Alhamdulillah, Pak! Cem nih lah. Dak tau ngapelah lah gawe tiap ari.” Nada bicaranya memberi isyarat kepasrahan menerima jalan hidup dan sedikit rasa sabar.

Dia lalu bercerita bahwa dia sudah lama sekali tidak pergi ke tempat yang dulu pernah ditinggalinya. Ia pun mengira-ngira bahwa mungkin sekarang sudah banyak yang berubah sejak dia dan keluarga pindah ke rumah yang sekarang. Hingga kini dia tinggal di kelurahan Parit Enam, persis di belakang SPBU depan salah satu SMA Negeri Pangkalpinang. Dia yang juga alumni SMA tempat aku mengajar, sekarang juga mengatakan sejak ia lulus tidak pernah lagi ke SMA-nya dulu. Dia juga menanyakan, apakah aku masih mengajar di SMA-nya dulu. Dulu ada pelanggannya guru SMA tempatku mengajar tapi kini sudah lama tidak membeli martabaknya.

Setiap hari, kesibukannya selain membantu istrinya yang juga berjualan kue-kue di tempat yag tidak jauh dari SMA Negeri yang dimaksud. Dirinya juga harus mengantar jemput anak sekolah dan menyiapkan bahan martabak. Jika ada waktu dirinya juga pergi ke kebun untuk mengisi waktu luang.

Sembari memasak martabak pesanan kami, Acung bercerita bahwa istrinya juga membantu berjualan kue-kue untuk menambah uang belanja keluarga. Apalagi katanya, anak tertuanya kini akan segera tamat SMP dan mau masuk SMKN 1 Pangkalpinang. Kue-kue yang akan dijual telah dimasak dan disiapkan sejak dini hari karena istrinya yang membuat sendiri bukan kue titipan orang. Lanjut cerita, aku katakan bahwa anak kami juga mengajar di SD Negeri, depan SMA negeri yang dimaksud itu.

Singkat cerita, rupanya Acung juga kenal dengan Ibu Eldita, guru agama anaknya sewaktu kelas I dulu. Sekarang anaknya sudah kelas II dan kelas IV SD.

“Oh, anak Bapak ok. Ku dak tahu selame ni,” kata Acung tak percaya.

Martabak selesai dimasak, dikemas dalam kotak setelah ditaburi wijen dan coklat. Aku dan Eqi lalu membawanya pulang. Hidup memang tak semanis rasa martabak wijen atau coklat, tapi yakinlah bahwa kerja keras dan perjuangan Acung dapat dijadikan semangat dan inspirasi bagi siapa pun yang tekun dan yakin akan karunia-Nya, semoga, aamiin!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Pak. Salam literasi

26 May
Balas



search

New Post