Seorang pemimpin harus menginspirasi bagi orang yang dipimpinan. Seorang pemimpin berjiwa Illaiyah agar tetap terjaga atas apa-apa yang telah diniatkan, dan seorang pemimpin wajib bersabar dan ajeg dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakannya

Setiap yang berjiwa akan mati. Ini pasti akan dialami oleh setiap manusia, baik yang percaya atas hari akhir maupun tidak percaya. Pada dasarnya semua makhluk akan kembali kepada yang Maha Kuasa Tuhan Semesta Alam. Kita pasrah atas kehendak-Nya yang merajai seluruh jagat raya, tidak ada yang bisa melawan apalagi bernegosiasi sebagai layaknya didunia yang bisa tawar-menawar.

Demikian pernyataan awal, ketika diskusi, dengan pendiri Yayasan Pena Cerdas. Aziz nama panggilan akrabnya. Beliau berpendapat, bahwa dalam kehidupan dan aktivitas manusia tentu tidak sama dalam bermain peran di dunia yang penuh sandiwara ini. Allah SWT mencipatakan segala sesuatu yang dikehendaki, pasti punya rencana dan tujuan yang bermanfaat. Hidup ini hanya saling berganti peran bagaikan kita bermain sandiwara, kadang kita menjadi raja, adakalanya menjadi prajurit. Itu semua merupakan siklus kehidupan yang harus diperjuangkan dan diterima dengan lapang dada.

“Nah….! dalam konten kita mendapatkan peran sebagai pemimpin, tentunya tidak bisa semena-mena mengembangkan tapuk kepemimpinan. Sebab pemimpin akan ditanyakan oleh Allah SWT - kelak bagai mana sepak terjangnya saat kepemimpinannnya, memimpin dengan baik atau buruk” tandanya menegaskan.

Menurutny seorang pemimpin harus cerdas dan benar. Akan tetapi kita sering salah dalam mengartikan dan mengaktualisasikan dikehidupan nyata. Sehingga mengartikan cerdas hanya soal pengetahuan saja, namun mengesampingkan aspek-aspek kecerdasan yang lain. Diantaranya kecerdasan spiritual, suatu kecerdasan ilahiyah, kecerdasan ruhiyah yang menjiwai seluruh sikap tindak dalam memimpin suatu negara, organisasi maupun saat memimpin dalam rumah tangga