edi kusmaya

Lahir di Kota Wisata Kabupaten Pangandaran Ciamis Jawa Barat. Dari pasangan, almarhum keluarga petani Hj. Rohayati dan Rusmana. Ayahanda seorang seniman, maka d...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pertemuan Kecil,  Menggali Pengalaman Sosok Teteng Jumara
Dari kiri, Innaka Dwi Citra Mayshara, Lia Nurmala, Eddy Kusmaya, Teteng Jumara dan ANI Khaerani

Pertemuan Kecil, Menggali Pengalaman Sosok Teteng Jumara

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Begitu kata pepatah. Ya ...belajar dari sosok Teteng Jumara, tak pernah bosan. Karena memang Beliau tak pernah membosankan. Gagasanya selalu aktual, buah karya tulisnya hadir mengikuti ritme perubahan zaman. Tidak banyak birokrat, hoby menulis. Bisa dihitung jari. Malang melintang jabatan telah dijalaninya. Sesibuk apapun dan dimanpun ditugaskan, tidak pernah berhenti menulis. Wajar kalau di setiap posisi melahirkan beberapa karya, yang terbaru antara lain berjudul, Apa Khabar BOS ? Jumat, 01 Maret 2019 kembali berdiskusi denganya. Kali ini kami diskusi kecil berlima. Dua dari generasi milenia, Inaka Dwi Citra Mayshara (17) dah Ahmad Dion Gjojaji (19). Mereka mewakili dari kelompok Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja). Suatu wadah kegiatan program PKBR (Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja) yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja, guna memberikan pelayanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta penyiapan kehidupan berkeluarga. Tiga orang dari kelompok guru; Ihah Parihah, Lia Nurmala dan Ani Khaerani. Ketiganya guru dan anggota komunitas 4B (Buat Buku Bareng Bisa !) sangat antusias untuk terus belajar menulis.

Banyak hal yang didapat dari diskusi kecil tersebut. Mendengarkan kata-kata bertuah dari seorang penulis sastra sekaligus ilmiah, yang juga pejabat. Namun tidak merasa rikuh, sebagaimana kalau bicara dengan birokrat untuk ukuran kepada dinas. Itulah sosok penulis Buku Sang Pemimpin (Be Leader), yang bersahaja .

Ada beberapa hal inspiriatif dan memotivasi, antara lain; Pertama, menurutnya dunia kepenulisan an-limited, tak terbatas ruang dan waktu, kalau terus digali tak kan pernah habis. Seperti air di lautan. Lantas apa poinnya bagi pengembangan pendidikan khusunya bagi guru ? tugas tidak sebatas mengajar. Mereka berperan sebagi penerang, penuntun, pemberi jalan dan impian. Ia harus terus mau menggali potensi, untuk diberikan pada peserta didiknya. “Guru”, kata Teteng. Kalau jika aktif di dunia penulis, ada jaminan selalu mendapat hal-hal baru, karena wawasannya akan ter-update dengan sendirinya dan itu, sangat-sangat menyenangkan”, tandasnya.

Kedua, Beliau menginformasikan, ada salah satu siswa binaan Saung Sastra karyanya sudah mendunia. “Kalau tidak salah sudah 13 novel telah beredar di pasaran internasional. Itu dulu. Sekarang tentunya pasti sudah nambah lagi” Ia memberi motivasi. Bahwa anak SMP pun bisa berprestasi. Apalagi remaja dan orang dewasa, termasuk para guru.

Rencana Saung Sastra mau bekerja sama anggota PIK-R, untu melanjutkan program yang sudah dirintisnya beberapa tahun lalu. Sebagai langkah selanjutnya, segera disusun pelatihan (TOT), dengan sasaran siswa SD sampai SLTA. Melalui dukungan pihak lain, ditargetkan hasil latihan tersebut, bisa didokumentasikan menjadi sebuah buku (Antologi). Kemudian, supaya punya efek meluas, dirancang pengembangan Web (ITI). Sehingga karya peserta latihan, selain dibukukan juga akan diposting di dunia digital.

Isu kepedulian lingkungan, menjadi pilihan sebagai konten (isi), dipadukan dengan pengembangan literasi-diharapkan mempunyai dua aspek kehidupan yang bermanfaat.

Salah satu tujuannya, jangan sampai anak terasing denga lingkungan; ajak ke lapangan kembali ke ruangan (base camp) langsung menulis. Ujungnya karya mereka dalam bentuk buku antologi dicover, dibawa pulang.

Ketiga, disela pembicaraan aktivis pergerakan ini juga menyampaikan sisi lain. Bahwa Ia pun, sama dengan para pejuang literasi lainnya - tak lepas dari tantangan. “Yaaa … ritmenya naik turun. Ada saat malas, sibuk dengan pekerjaan dll. Tapi saya tidak pernah berhenti menulis, sesuai kebutuhan”, tandasnya.

Pengasuh Saung Sastra ini juga mengajak, untuk memanfaat momet kehidupan dari kecil hingga sekarang, di rumah, saat di pekerjaan dan dalam aktivitas lainnya. Kisah perjalannan hidup yang unik, menarik dan punyai nilai spesifik adalah inspirasi untuk ditulis. Di samping untuk selalu berupaya mengangkat apa yang kita miliki. Betapa kaya rayanya negeri ini, sebagai sumber inspirasi untuk didikomentasikan melalui tulisan.

Ia mengambil conto, tidak sedikit orang asing yang mengangkat Indonesia sebagai bahanh tulisan spektakuer, misalnya tentang flora fauna dan kekayaan keindahan bawah laut, termasuk keluhuran budaya kearipan lokal. Jangan sampai kita yang memilikinya, hanya diam terpaku.

Keempat, Teteng berpesan. Mulailah belajar membuat puisi. Karena jenis karya tersebut, akan menginspirasi dan mendasari genre tulisan lainnya. Sarannya, “Caranya baca aja, bolah balik walau sulit mengerti. Nanti pada akhirnya, akan faham. Ternyata baca puisi harus melihat banyak dimensi. Lari kesana – loncat kesini, tidak datar. Namun apabila sudah konek, jiwa dan raga akan bergetar, karena ada satu pesan yang dapat terima. Indah sekali, selanjutnya tanpa disadari akan terdorong muncul inspirasi dan motivasi untuk menulis. Kita merasakan keindahan.”

Terakhir, kepala DPPKB (Dinas pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana) Kabupaten Tangerang yang juga ketua IPKB (Ikatan Penulis Keluarga Berencana) Banten, menegaskan tentang pentingnya diksi dalam menulis. terutama puisi. “Ada seorang pengemis, agar orang mengkasihani ia menulis dalam secarik keretas, “Kasihanilah saya, karena tidak melihat dst”. Tulisan itu biasa saja. Namun alkisah, ada seorang yang inspiratif, kemudian mengganti kata-kata tersebut sebagai berikut, “Pagi ini mentari bersinar terang, tapi sayang aku tidak bisa melihatnya”.

Apa yang terjadi setelah itu, ternyata banyak sekali orang yang memberi sedekah, karena jiwanya tergugah, batinnya tersentuh dan rasa kemanusiaanya muncul kepermukaan. Pelajaran dari kisah inspiratif tersebut; belajarlah memunculkan diksi dalam menulis, hindari bahasa klise seperti yang sering kita baca. Guru adalah pahlawan tanda jasa dst.

Mengakhir diskusi kecil, Teteng berharap para penggiat literasi, khususnya para guru dapat membantu rencana mensukses gerakan menulis di kalangan pelajar, sebagai kegiatan lanjutan yang sebelumnya sudah dilaksanakan Saung Sastra.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap !!! Semangat Literasi

19 Aug
Balas



search

New Post