Edi Martani

Menulis itu membutuhkan tenaga ekstra, maka sebelum menulis siapkan cemilan secukupnya. Agar betah menulis sampai cemilan habis. Alumni...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pengembangan SDM Pendidikan dengan 4C (Tantangan Menulis hari ke 25)

Tantangan guru dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 sangatlah berat. Sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan guru harus selalu meningkatkan kompetensinya. Sedangkan peserta didik yang dihadapi guru saat ini adalah generasi milenial yang tidak asing lagi dengan dunia digital. Arus informasi berbasis digital tidak bisa dihindari dan dihambat untuk sampai pada peserta didik. Dengan demikian, guru harus mampu menjadikan media informasi dan teknologi industri 4.0 sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Kenyataan yang dihadapi saat ini banyak guru yang gagal mengelola pembelajaran di kelas, dikarenakan guru tidak mampu dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan siswa milenial cenderung merasa bahwa dunia dan segala informasinya ada dalam genggamannya. Dengan adanya hal tersebut, siswa cenderung mengabaikan guru. Siswa merasa lebih tahu daripada guru dalam hal pengetahuan umum, dengan cukup sekali pencet menu pada gadget yang dimilikinya.

Guru belum mampu memanfaatkan kemajuan iptek untuk memberikan pelayanan maksimal terhadap peserta didiknya. Dengan kemampuan dan pengetahuan yang minim tersebut, siswa merasa bahwa dirinya tidak perlu sosok guru lagi. Padahal jelas dan mendasar bahwa proses pembelajaran didalamnya harus ada unsur yang salah satunya adalah guru.

Untuk menjawab tantangan tersebut, dibutuhkan guru yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk bisa bertahan di era 4.0. Dibutuhkan sosok guru yang mampu melakukan inovasi pembelajaran dengan memanfaatkan segala kecanggihan mesin otomasi dan digital yang sudah berkembang cukup pesat. Guru harus bisa berkreasi dengan menyuguhkan pembelajaran yang uptodate. Bahkan sosok guru harus mampu menjadikan inspirasi pagi peserta didik dalam memanfaatkan teknologi, agar teknologi tersebut benar-benar bermanfaat bagi kehidupan dimasa kini dan masa yang akan datang.

Guru inspiratif dan inovatif diharapkan mampu menerapkan kompetensinya dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi 4.0 yang selanjutnya akan menjadikan inspirasi bagi peserta didiknya.

Era revolusi industri 4.0 adalah era yang tidak dapat dihindari dan dipungkiri. Era ini menuntut empat hal meliputi sesuatu hal yang; 1) mudah sebagaimana pelajar dengan mudahnya memperoleh layanan informasi hanya melalui sentuhan jari tangannya pada gadget yang dimilikinya. 2) Cepat, kecepatan dalam era ini sangat dibutuhkan. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama, semakin cepat kemungkinan memiliki keuntungan semakin besar. Sajian khas pada era ini adalah terbukti dengan munculnya layanan serba cepat berbasis online, dan 3) murah. Siapapun dimanapun bisa dengan mudah memperoleh barang-barang yang diinginkannya. Prinsip murah telah menjadikan semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan suatu barang atau pelayanan.

Dalam dunia pendidikan era 4.0, tiga prinsip tersebut juga berlaku. Pelayanan pendidikan yang mudah, cepat dan murah menjadi dambaan setiap orang. Dengan tidak mengesampingkan kompetensi seorang pendidik, tiga prinsip tersebut akan menjadikan daya tarik tersendiri untuk lembaga pendidikan di era 4.0.

Agar bisa menjadi sosok guru yang inspiratif, guru harus mampu memegang prinsip care, share, trust. Care, artinya mampu memberi perhatian pada siswa dari latar belakang (fisik, intelektual, sosio-emosional) yang berbeda, guru harus bisa merangkul, memberi semangat, dan memotivasi siswa di kelas. Share, artinya guru harus mampu membagi ilmu yang dimiliki dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menantang bagi siswa. Guru harus mampu merancang strategi pembelajaran, metode, media yang menarik bagi siswa. Trust, artinya guru harus bisa menjadi sosok yang dapat dipercaya, dan bisa memberi teladan, serta menanamkan karakter yang baik bagi siswa di sekolah.

Untuk meningkatkan profesionalisme guru di era 4.0 diperlukan kreatifitas guru dalam berinovasi. Dengan memiliki wawasan yang luas, serta selalu terbuka terhadap setiap perubahan maka guru akan menjadi inspirasi pagi peserta didiknya. Penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, akan menjadikan guru tidak gaptek serta bisa berjalan seirama dengan peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran terkini. Pendidik yang melek iptek menjadi kunci sukses dan keberhasilannya dalam mengelola pembelajaran berbasis teknologi.

Untuk menghadapi revolusi industri 4.0, pendidik dituntut untuk menguasai empat keterampilan abad 21 yaitu:

Pertama, keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving skill). Berpikir kritis saat ini menjadi salah satu kecakapan hidup yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan. Dengan berpikir kritis, seseorang akan dapat mencermati dan mencari solusi atas segala permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya. Trilling dan Fadel (2009) mendefinisikan pemikiran kritis sebagai kemampuan menganalisis, menafsirkan, mengevaluasi, meringkas dan mengumpulkan informasi.

Langkah yang dilakukan guru dalam melatih keterampilan berpikir antara lain; 1) mengajarkan HOTs secara spesifik dalam ranah pemeblajaran, 2) melaksanakan tanya jawab dan diskusi pada skala kelas, 3) mengajarkan konsep secara eksplisit, 4) memberikan scaffolding, dan 5) mengajarkan HOTs secara kontinyu.

Kedua, keterampilan komunikasi dan kolaboratif (communication and collaborative skill). Komunikasi diartikan sebagai keterampilan yang melibatkan kegiatan mendengar, observasi, berbicara, bertanya, analisis serta evaluasi untuk menyampaikan pesan atau makna suatu informasi kepada orang lain melalui berbagai media.

Komunikasi merupakan upaya mengekspresikan pikiran dengan jelas , mengartikulasikan dengan tajam pendapat, berkomunikasi koheren dalam pembelajaran, memotivasi orang lain melalui ucapan yang kuat. Guru pada era 4.0 dituntut untuk mampu berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Menggunakan bantuan teknologi digital maupun tanpa perantara.

Disamping keterampilan berkomunikasi, pendidik juga marus mampu berkolaborasi dengan rekan kerja maupun stakeholder lain. Kolaborasi juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk bekerja secara fleksibel, efektif, dan adil dengan orang lain untuk menyelesaikan sebuah tugas kolektif. Keterampilan kolaboratif misalnya memberi dan menerima umpan balik dari rekan-rekan atau anggota tim lainnya untuk melakukan tugas yang sama. Tujuan klaborasi adalah memberi kesempatan kepada orang-orang yang terlibat untuk bekerja sama sehingga menghasilkan ide-ide dan pada saat yang sama mendapatkan umpan balik atas ide-ide tersebut.

Ketiga, keterampilan berpikir kreatif dan inovasi (creativity and innovative skill). Berpikir kreatif identik dengan kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru. Keterampilan ini bisa dilakukan guru dan lingkungan belajar yang mendorong pertanyaan, keterbukaan terhadap ide-ide baru, dan belajar dari kesalahan dan kegagalan. Beberapa kecakapan kreatifitas yang bisa kembangkan antara lain; 1) mampu menyelwsaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, 2) bersikap terbuka dan memiliki rasa ingin tahu, 3) mampu memanfaatkan kemampuan dan keterampilannya dalam menganalisis, mengevaluasi, mengelaborasi dan mencipta, 4) mampu menggunakan berbagai strategi berpikir kreatif untuk menemukan dan mengungkapkan ide-ide baru.

Dengan memiliki keterampilan kreatif, guru mampu menghadirkan pembelajaran dengan menggunakan dan memanfaatkan berbagai perangkat modern. Kecanggihan teknologi era 4.0 dimanfaatkan untuk kelengkapan proses pembelajaran, penilihan software pendidikan yang sesuai dengan topik dan tujuan pembelajaran akan memberikan pengalaman baru bagi peserta didik. Bahkan guru bisa merancang pembelajaran secara online dengan memanfaatkan internet seperti virtual class dan e-Learning.

Guru inovatif selalu hadir dengan pemikiran-pemikiran segar dan ide-ide baru yang menjadikan siswa semakin antusias mengikuti pembelajaran. Guru ini hadir untuk menjawab tantangan-tantangan dari adanya revolusi industri 4.0. baginya, kehadiran era 4.0 bukan sebuah masalah yang harus dihindari. Era 4.0 adalah tantangan yang akan melahirkan banyak peluang baru untuk kemajuan pembelajaran. Kalau dulu orang harus membaca buku harus datang ke perpustakaan atau membeli buku, sekarang orang tidak perlu susah-susah keluar rumah. Bahkan setiap orang bisa memiliki sebuah ruang perpustakaan dengan koleksi buku yang lengkap hanya dengan membuka e-book di smartphone yang dimilikinya.

Bisa saja guru era 4.0 akan menciptakan sebuah aplikasi pembelajaran virtual layaknya video conferencee memalui bantuan internet. Bahkan guru dan murid bisa berkomunikasi secara real rime untuk menyelesaikan tugas yang diberikan gurunya melalui tugas online.

Keempat, keterampilan literasi (literacy skill). Literasi merupakan seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Literasi bukan hanya melek baca tulis, rtetapi lebih pada kemampuan untuk mengetahui dan menyelesaikan masalah.

Selanjutnya terkait dengan keterampilan di era 4.0, literasi yang harus dimiliki guru adalah; 1) literasi bahasa, dimana seseorang diharapkan mampu mempergunakan bahasa dalam dengan baik dan sempurna. Keterampilan literasi dalam bahasa bisa melalui tulisan maupun simbol atau grafik. 2) literasi angka, yaitu kemampuan seseorang dalam mengolah dan mengartikan angka-angka. Termasuk di dalamnya adalah perhitungkan statistik. 3)literasi sains, kemampuan dalam hal ini adalah pengetahuan tentang sains baik secara soft maupun hard sains 4) literasi informasi, kemampuan untuk memahami dan mengetahui tentang TIK menjadi ujung tombak keberhasilan pembelajaran di era 4.0. 5) literasi finansial, kemampuan dalam mengelola keuangan dan prinsip-prinsip ekonomi menggunakan angka sebagai media informasi sangat penting dalam pengembangan diri di era 4.0. 6) literasi budaya, keterampilan yang harus dimiliki oleh semua manusia untuk tetap bertahan hidup sesuai dengan norma-norma kemanusiaan. Tanpa norma budaya, seseorang akan hidup dalam ketidakpastian. Seseorang akan mudah terombang ambing oleh budaya asing yang bukan hanya tidak cocok dengan budaya kita, manun akan berakibat menurunnya martabat manusia itu sendiri.

REferensi : 1. gurudigital.id, 2. Dholina Inang Pambudi, Guru inspiratif ujung tombak keberhasilan pendidikan 3 Ngaimun na'im, Menjadi guru inspiratif 4. Siti Zubaidah, Mengenal 4C :...

Magelang, 8 Februari 2020
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan mantap

08 Feb
Balas

Tapi beda alam sama batman

08 Feb

Terima kasih sudah mampir lapak saya

08 Feb
Balas

Keren Pak trima kasih infonya...

08 Feb
Balas

Samasama, masih taraf belajar kok Bu

08 Feb



search

New Post