Edi Martani

Menulis itu membutuhkan tenaga ekstra, maka sebelum menulis siapkan cemilan secukupnya. Agar betah menulis sampai cemilan habis. Alumni...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tua itu Pasti Bijaksana adalah Pilihan (Tantangan Menulis hari ke-5)

Tua itu Pasti Bijaksana adalah Pilihan (Tantangan Menulis hari ke-5)

Hari ini saya putuskan untuk santai di rumah, tidak seperti minggu-minggu kemarin. Rasanya sedih juga setiap ada kegiatan harus dilaksanakan pada hari libur.

Kebetulan pagi tadi anak-anak minta diantar ke rumah neneknya. Sehingga saya hanya berdua bersama istri. Kesawah juga berdua saja, ternyata tidak ada yang mengganggu. Tidak ada suara anak-anak saling meledek, juga suara tangis sikecil ketika diganggu kakaknya.

Ketenangan ternyata tidak berlangsung lama, gelisah dan kebosanan datang menghampiri. Ke sawah hanya berdua. Ke luar rumah masuk lagi, e ketemu istri lagi. Kegiatan ini berulang kali. Terbersit dalam hati saya, mungkin kelak akan seperti ini. Tinggal serumah hanya berdua saja. Mungkin anak-anakku sedang berlibur bersama istri dan anaknya.

Tiba-tiba napasku tercekat, pikiranku menerawang jauh ke masa yang akan datang. Mingkinkah anak-anakku suatu saat nanti akan selalu setia mendampingi saya dan ibunya? Atau apakah mereka akan lebih memikirkan keluarganya, daripada kedua orangtuanya yang telah membesarkannya? Entahlah.

Mungkin benar kata istriku pada anak pertamaku yang tinggal di pondok. "Nak...hari ini Ibu kangen kamu, makanya Ibu menjengukmu. Semoga suatu saat nanti ketika ibu dan ayahmu rindu kamu, kamu bersedia mendatanginya." Demikian pesan istriku sebagaimana tertulis dalam storynya. Sekuat-kuatnya aku menahan, ternyata luluh juga. Saya takut bila mereka membiarkan orangtuanya dalam kesepian, serta dalam ketidakberdayaannya.

Ternyata selama ini aku terlalu mementingkan urusan pekerjaan, tanpa memikirkan ayahku. Orang tua yang sudah sangat rapuh. Bahkan, kini sebelah penglihatannya sudah tidak berfungsi dengan baik. Ayah... maafkan anakmu ini.

Mungkin saya akan segera menua seperti ayah, namun saya harus bijaksana. Sementara saya belum bisa mengurangi jam kerja, biarlah anak-anak yang menggantikan saya menjunjungi kakek dan neneknya sebagai pelepas rindu dan pemecah kesunyiannya.

Doaku untukmu ayah, semoga engkau sehat selalu. Dan semoga engkau selalu dihati anak dan cucunya. Aamiin.

Magelang, 19 Januari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sedih juga ya pak...Itulah kehidupan

19 Jan
Balas

Itulah Bu, profesional telah mengalahkan hakhaknya.

19 Jan



search

New Post