Edi Prasetyo

Tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah. Sejak masih kuliah di IKIP Yogyakarta gemar menulis. Pernah menjadi guru di SMAN 1 Sokaraja, Banyumas 18 tahun, KS SMAN 1 S...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ani Gadis Pemberani (Episode: Tantangan Seorang Bapak, bagian ke-4)

Ani Gadis Pemberani (Episode: Tantangan Seorang Bapak, bagian ke-4)

Kakek Ani telah datang menemui kedua orang tua Ani untuk menjelaskan sekaligus memberi dukungan atas upaya Ani membantu teman-temannya yang ingin melepaskan diri dari jeratan narkoba. Apakah kedua orang tua Ani bisa menerima sikap kakek Ani tersebut? Ikuti saja kelanjutan ceritanya.

Kedua orang tua Ani hanya diam. Sebenarnya mereka merasa kurang suka pada kata-kata kakek Ani tadi, yang cenderung menyalahkan mereka. Namun mereka juga merasa tidak seharusnya membantah orang yang sangat mereka hormati itu.

“Sebagai orang tua, mestinya kalian bangga memiliki anak yang mampu berusaha untuk melakukan perbuatan terpuji, yang sangat bermanfaat bagi sesama manusia. Jangan malah menghalanginya!” lanjut kakek Ani.

“Saya paham, Pak. Namun sebagai bapaknya, bukankah saya mempunyai kewajiban untuk mengarahkannya,” sahut pak Kirno.

“Benar, Kirno. Tapi bukan untuk menghalanginya!”

Pak Kirno terdiam. Meski ia tak ingin membantah kata-kata bapaknya, namun ia merasa perlu untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.

“Sebagai orang tuanya, apakah kami tidak berhak menentukan masa depan Ani, Pak?” kata Sumirah pelan.

“Tidak! Kalian berdua sama sekali tidak berhak menentukan masa depan anak kalian,” jawab kakek Ani tegas.

“Kalau bukan kami, lalu siapa? Bapak, sebagai kakeknya?” pak Kirno menimpali.

“Juga bukan!” jawab laki-laki tua itu.

“Kalau begitu, siapa yang berhak, Pak?” tanya pak Kirno tampak bingung.

“Dia sendiri! Ani sendirilah yang berhak menentukan masa depannya. Sebagai orang tua, kalian hanya wajib memberi arahan atau bimbingan. Namun keputusan akhir tetap ada pada dirinya sendiri.”

“Tapi, Pak. Apa yang dilakukan Ani ini benar-benar telah membuat saya kecewa. Gara-gara ia begaul dengan mereka, nilai rapornya jadi jelek. Jauh sekali bedanya dengan nilai rapor Ani saat kelas X dan XI dulu,” kata pak Kirno.

“Kalau memang hanya itu persoalannya, saat ini juga aku akan menyelesaikan persoalan kalian. Ani, mulai saat ini kembali belajarlah dengan giat! Meski kamu sedang berusaha menolong teman-temanmu, tapi tetap jangan lupa belajar. Lebih-lebih tak lama lagi kamu akan menempuh ujian. Tunjukkan kepada bapak-ibumu, bahwa apa yang sedang kamu lakukan saat ini, sama sekali tak akan lagi mempengaruhi prestasi belajarmu.”

Ani tampak mengangguk.

“Jangan hanya mengangguk! Katakan secara tegas, kamu sanggup tidak menuruti kata-kata kakek tadi?” desak laki-laki tua itu.

“Sanggup, Kek! Ani akan belajar dengan giat, sehingga saat lulus SMA nanti, Ani akan memperoleh hasil yang membanggakan, baik bagi Ani maupun bagi Bapak dan Ibu,” kata Ani tegas.

“Bagus! Sekarang kalian berdua. Biarkanlah anak kalian terus menolong teman-temannya. Beri dia arahan dan bimbingan secukupnya, agar anak kalian tidak sampai ikut terjerumus ke jalan yang sesat.”

“Tapi, Pak,” sahut pak Kirno.

“Tapi apa lagi?” potong kakek Ani.

“Ada beberapa hal yang perlu saya mintakan kesanggupan kepada Ani,” lanjut pak Kirno.

“Apa itu? Katakan saja, Kirno!”

Sejenak pak Kirno menarik napas panjang. Dipandanginya wajah istrinya. Seolah ia ingin minta persetujuan kepadanya atas apa yang akan dikatakannya.

“Ani! Seperti yang telah bapak katakan, bapak sebenarnya tidak suka kamu bergaul dengan teman-temanmu yang kecanduan narkoba itu. Meski alasanmu adalah untuk menolong mereka. Menurut bapak, apa yang kamu lakukan ini sungguh sangat berbahaya bagi dirimu. Bukan saja nilai ujianmu kelak yang terancam jeblok. Tapi lebih dari itu, tidak mustahil nyawamu sendiri yang akan jadi taruhannya. Orang yang tidak menyukai atas apa yang sedang kamu lakukan ini, tidak mustahil akan berusaha mencelakaimu. Meskipun setelah mendengarkan penjelasan kakekmu bapak bisa memahami apa yang sedang kamu lakukan, namun bapak mempunyai beberapa permintaan, yang mau tidak mau harus kamu penuhi, Ani,” ujar pak Kirno.

“Apa itu, Pak?” Ani tampak mulai bisa tersenyum.

“Pertama, bapak minta, apa pun alasannya, jangan sampai kamu terpengaruh mereka untuk ikut mengonsumsi narkoba. Selain karena hal itu akan bisa merusak dirimu dan masa depanmu, juga akan bisa mencemarkan nama baik kedua orang tuamu, termasuk kakekmu. Kedua, bapak minta agar dalam bertindak kamu harus selalu berhati-hati, karena apa yang sedang kamu lakukan ini memang mengandung risiko yang sangat tinggi. Orang yang tidak suka pada apa yang kamu lakukan, tidak mustahil akan berusaha untuk mencelakaimu. Ketiga, jangan lagi-lagi kecewakan bapak dan ibumu. Apa pun alasannya, bapak dan ibumu tidak ingin melihat hasil ujianmu nanti jelek. Bapak yakin kalau sebenarnya kamu bukanlah anak yang bodoh. Hanya karena kelalaianmu, maka nilai rapormu pada semester pertama kemarin jelek. Apakah kamu sanggup memenuhi permintaan bapak ini, Ani?”

“Insya Allah, Pak,” jawab Ani tanpa ragu.

“Mulai saat ini, berpikirlah dan kemudian ambillah tindakan yang kamu perlukan untuk dapat memenuhi keinginan bapak, Ani,” pinta pak Kirno.

“Kamu benar-benar sanggup untuk memenuhi permintaan bapakmu, Ani?” tanya kakeknya tampak ingin menegaskan kesanggupan cucunya.

“Insya Allah, Kek!” jawab Ani tegas.

Laki-laki tua itu kemudian menepuk-nepuk bahu cucunya. Beberapa kali ia tampak membelai rambut cucunya. Melihat adegan itu, pak Kirno dan istrinya hanya bisa saling pandang tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hati Ani kini betul-betul telah merasa lega. Untuk sementara permasalahan dirinya dengan bapaknya telah selesai. Namun demikian, ketiga permintaan bapaknya tadi benar-benar ia rasakan sebagai sebuah tantangan yang tidak mudah baginya untuk bisa memenuhinya. “Mampukah aku menjawab tantangan bapakku?” Ani bertanya pada diri sendiri.

Bersambung ke episode berikutnya....

Purbalingga, 8 April 2018.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post