Edi Prasetyo

Tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah. Sejak masih kuliah di IKIP Yogyakarta gemar menulis. Pernah menjadi guru di SMAN 1 Sokaraja, Banyumas 18 tahun, KS SMAN 1 S...

Selengkapnya
Navigasi Web

Dikeroyok Lima Perempuan Cantik

Meski sudah sepuluh tahun berlalu, aku masih ingat betul peristiwa itu. Ketika pulang dari sekolah petang itu, aku "dikeroyok" oleh lima perempuan cantik. Begini ceritanya.

Petang itu, kurasa waktu sudah hampir magrib. Aku yang sudah lebih dari setengah jam berdiri di pinggir jalan, tak juga mendapatkan angkutan umum untuk pulang. Selain karena hujan belum reda betul, angkutan umum yang lewat semuanya juga sudah penuh. Setiap kali aku mencoba menghentikan, selalu dibalas dengan lambaian tangan sebagai isyarat kalau kendaraan sudah penuh.

Beberapa kali aku mendesah. Hatiku pun mulai gelisah. Jika sampai waktu salat Magrib tiba aku tak juga mendapatkan kendaraan, akan lebih sulit bagiku untuk bisa pulang ke rumah. Bisa-bisa sampai di rumah istriku ngomel-ngomel karena marah.

Di saat kegelisahanku mulai memuncak, kulihat ada mini bus berwarna hitam yang kaca sebelah kiri depannya sedikit terbuka berhenti di depanku.

"Ayo naik, Pak!" seru penumpang yang duduk di samping pengemudi yang aku yakin perempuan. Tanpa menanyakan apa pun, aku segera melangkah dan masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibuka.

"Bapak mau ke mana?" Perempuan yang duduk di samping kananku dengan suara agak genit bertanya kepadaku setelah kendaraan mulai melaju.

"Mau pulang," jawabku singkat tanpa memerhatikan wajahnya. Sontak semua perempuan yang berada di dalam mobil tertawa lepas.

"Ya tentu mau pulang, Bapak. Masa sih sudah hampir magrib begini Bapak baru mau berangkat?" timpal pengemudi yang juga perempuan muda itu sambil melihatku dari kaca spion. Semua perempuan yang ternyata berjumlah lima orang itu pun kembali tertawa lepas. Aku hanya diam karena merasa jawabanku memang tidak salah.

"Maksud kami, Bapak ini mau pulang ke mana?" sambung perempuan yang duduk di samping pengemudi sambil menoleh ke belakang.

"Pulang ke rumah." Lagi-lagi aku menjawab singkat. Mereka pun kemudian tertawa sampai terpingkal-pingkal. Padahal, aku rasa jawabanku tidak salah.

"Ya ampun, Bapak! Namanya orang mau pulang tentunya ke rumah, bukan ke pasar," seloroh perempuan lain yang duduk di jok belakang. Kembali mereka tertawa terpingkal-pingkal. Aku pun tetap diam.

"Maksud kami, rumah Bapak itu di mana?" Perempuan yang duduk di jok belakang sebelah kanan menimpali.

"Karena belum tentu kendaraan kami ini akan melewati rumah Bapak. Ini kendaraan pribadi Bapak, bukan kendaraan umum," sambung pengemudi yang kembali melihatku dari kaca spion sambil tersenyum.

Ya ampun! Aku baru menyadari kalau sedang ikut kendaraan pribadi. Hanya karena mereka berbaik hati atau merasa kasihan kepadaku sehingga mau mengajakku naik ke dalam mobil mereka. Aku pun kemudian menjelaskan alamat tempat tinggalku dengan cukup jelas.

Kendaraan pun terus melaju. Meski tinggal rintik-rintik, hujan masih terus turun. Sayup-sayup suara azan pun mulai terdengar. Setelah melewati pertigaan, mobil pun belok ke kanan masuk ke jalan desa.

"Masih jauh, Bapak?" tanya pengemudi setelah melintasi jalan pinggir lapangan.

"Sebentar lagi, Mbak. Itu rumah kiri jalan yang pagarnya besi bercat kuning?" jawabku sembari menunjuk ke depan.

"Hah! Jadi Bapak ini bapaknya Tyas?" ujar perempuan yang duduk di samping pengemudi tampak kaget sambil menyebut nama anak sulungku.

"Benar, Mbak. Saya bapaknya Tyas. Kok Mbak tahu nama anak saya?"

Dia pun kemudian menjelaskan bahwa saat masih bersekolah di SMA dulu satu kelas dengan anak sulungku. Bahkan dia mengaku, dulu pernah dolan ke rumahku namun tidak bertemu aku.

Setelah beberapa kali aku ucapkan terima kasih kepada mereka atas tumpangannya, aku pun kemudian turun. Tak lupa teman anakku yang mengaku bernama Rina itu menitipkan salam untuk anak sulungku yang kini tinggal di Jogja. [*]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

wahhh pengalaman pribadi nopo ????

04 Jan
Balas

Hehehe... bukan, Bu. Untuk hiburan saja.

04 Jan



search

New Post