Edi Prasetyo

Tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah. Sejak masih kuliah di IKIP Yogyakarta gemar menulis. Pernah menjadi guru di SMAN 1 Sokaraja, Banyumas 18 tahun, KS SMAN 1 S...

Selengkapnya
Navigasi Web

Turut Berduka Cita, Perlukah?

Ketika mendapat kabar ada orang meninggal dunia, umumnya orang (muslim) akan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Setelah itu, dia akan menyambung dengan ungkapan turut berduka cita atau turut berbela sungkawa atas meninggalnya Bapak/Ibu/Saudara...Selanjutnya, dia akan mendoakan agar almarhum/almarhumah husnul khotimah, diterima semua amal ibadahnya, diampuni dosa-dosanya, dan keluarga yang ditinggal diberi ketabahan dalam menghadapinya.

Ungkapan semacam itu memang sudah lazim dilakukan oleh kebanyakan orang dan seolah tidak ada yang salah. Tapi mari kita analisis. Benarkah ungkapan semacam itu tidak ada yang salah?

Menurut ajaran agama, ketika orang mendapatkan musibah (termasuk apabila keluarganya meninggal dunia), yang harus ia lakukan adalah menerima dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Bukan dengan bersedih. Karena keikhlasan dan kesabarannya itulah ia akan mendapat pahala dariNya. Sedangkan dengan bersedih, berarti orang itu tidak ikhlas menerima keputusan dari Tuhan. Karena itu, ia justru berdosa atas ketidakikhlasannya.

Dengan demikian, ketika mendengar kabar ada orang meninggal dunia, mengapa orang justru mengucapkan turut berduka cita atau berbela sungkawa? Ucapan semacam itu memang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa orang tersebut turut merasakan kesedihan atas musibah yang tengah menimpa orang lain. Tapi, mengapa harus ikut berduka jika berduka atas musibah itu tidak dibenarkan oleh ajaran agama?

Menurut pendapat saya, ada ungkapan lain yang lebih baik, yang tidak berpotensi menimbulkan dosa, tapi justru mendapatkan pahala. Ungkapan tersebut adalah: inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Turut mendoakan atas meninggalnya Bapak/Ibu/Saudara... Semoga almarhum/almarhumah husnul khotimah, diterima semua amal ibadahnya, diampuni dosa-dosanya, dan keluarga yang ditinggal tabah menghadapinya.

Saya rasa, ungkapan tersebut tetap masih bisa menunjukkan kepedulian orang terhadap orang lain yang sedang mendapatkan musibah. Cuma bedanya, ungkapan tersebut tanpa didahului dengan ungkapan turut bersedih, tapi langsung dengan doa. Bukankah yang dibutuhkan oleh keluarga maupun orang yang meninggal dunia itu doa bukan kesedihan?

Sangat mungkin pendapat saya ini berpotensi menimbulkan perdebatan. Tapi tidak mengapa. Dengan begitu justru akan diperoleh kebaikan untuk kepentingan bersama. [*]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih Pak Edi. Alhamdulillah, mendapatkan pencerahan luar biasa atas makna kalimat duka cita tersebut. Sudah berkali-kali dalam forum pengajian disampaikan oleh Mbah Kyai, tetapi sesuatu yang dianggap lumrah justru dianggap benar meskipun itu salah. Banyak dari masyarakat kita terjebak pada salah kaprah, yang membutuhkan cara tidak mudah untuk mengembalikannya ke aturan seharusnya. Tulisan Bapak akan menjadi salah satu pijakan dasar dalam cara penyampaian yang tepat, manakala mendengar kabar duka cita.

08 Dec
Balas

Iya, Bu. Para kiai sudah sering menjelaskannya, namun rupanya masih banyak orang yang tidak menghiraukannya.

08 Dec

Nderek bela sungkawa,...kata yang diucapkan! Nggih Pak.

08 Dec
Balas

Bukan, Pak. Nderek ndedonga...

08 Dec

Alhamdulillah... berarti apa yang saya tulis sudah benar. Terima kasih atas tambahan referensinya, Bu Fila.

08 Dec
Balas

Alhamdulillah... berarti apa yang saya tulis sudah benar. Terima kasih atas tambahan referensinya, Bu Fila.

08 Dec
Balas

Terimakasih sudah diingatkan Bapak, juga diberikan solusi yang tepat, terkadang saya pun masih begitu, turut berduka cita sebagai bentuk empati, tetapi solusi yang Bapak tuliskan sangat bijak dengan tetap menunjukkan empati kita. Semoga sehat dan sukses Pak Edi...barakallah

08 Dec
Balas

Iya, Bu. Meski itu cuma ucapan, usahakan kita pilih yang tepat. Terima kasih atas doa Bu Lupi. Semoga sehat dan sukses juga untuk Bu Lupi.

08 Dec

Jarang turut berduka cita Pak..biasanya langsung innalillahi..... Semoga khusnul khotimah..semoga selalu sehat...Pak Edi..

08 Dec
Balas

Ya, Bu. Begitulah sebaiknya. Amin. Terima kasih atas doa Bu Rini. Semoga Bu Rini juga selalu sehat.

08 Dec

Terbiasa mengucapkan innalilahi...dst disambung mendoakan, Pak. Tidak pernah mengucapkan ikut berduka cita...dst. Pernah ngaji disuruh seperti itu oleh Pak Kyai.Mksh,Pak .

08 Dec
Balas

Alhamdulillah... berarti apa yang saya tulis sudah benar. Terima kasih atas tambahan referensinya, Bu Fila.

08 Dec



search

New Post