Edi Prasetyo

Tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah. Sejak masih kuliah di IKIP Yogyakarta gemar menulis. Pernah menjadi guru di SMAN 1 Sokaraja, Banyumas 18 tahun, KS SMAN 1 S...

Selengkapnya
Navigasi Web

Yu Milah Kehilangan Daster

Siang kemarin, sebelum waktu salat Zuhur tiba, kudengar Yu Milah, tetangga sebelah rumahku, berteriak-teriak tidak karuan. Karuan saja, teriakan wanita beranak tiga yang memang suaranya keras itu mengundang perhatian banyak orang yang kemudian datang mengerumuninya.

"Ada apa berteriak-teriak seperti itu, Yu Milah?" Yu Darmi, tetangga sebelah kanan rumahnya bertanya sambil sedikit menyincingkan dasternya.

"Daster saya hilang, Yu! Daster yang tadi pagi saya jemur, ketika mau saya angkat ternyata sudah tidak ada! Entah siapa maling yang telah mengambilnya." Yu Milah menjelaskan dengan kesal mengapa dirinya sampai berulah seperti itu sembari menunjuk kawat jemuran yang telah kosong.

"Apa Yu Milah yakin kalau hari ini Yu Milah menjemur daster?" sela Yu Ningsih, tetangganya yang lain.

"Enak saja ngomong begitu!" sergah Yu Milah. "Biar saya orang jelek begini, setiap saya menjemur pakaian, selalu saya buat catatannya, baik tentang jenis, warna, maupun jumlahnya. Kalau tidak percaya, ini catatannya!" lanjut Yu Milah sembari menunjukkan kertas berisi catatan jemuran yang dipegangnya.

Orang-orang yang mengerumuninya secara hampir bersamaan tampak melongo seolah tak percaya. Mereka benar-benar keheranan atas tertib administrasi yang dilakukan tetangga mereka itu. Sampai soal menjemur pakaian pun ada catatannya.

"Bagaimana, apa kalian masih tetap tak percaya kalau daster saya hilang dicuri orang?"

"Sekarang kami telah percaya, Yu," ujar Yu Darmi. "Tapi ngomong-ngomong, apakah daster Yu Milah yang hilang itu masih baru?" lanjut wanita beranak satu itu.

"Bukan soal lama atau barunya, tapi daster ini daster penuh kenangan bagi saya."

"Memang ada kenangan apa dengan daster itu, Yu?" tanya Yu Ningsih.

"Daster itu saya beli saat saya hamil anak pertama. Daster itu pula yang saya pakai saat melahirkan anak pertama. Jadi, meski sekarang anak saya sudah tiga, saya tetap tidak bisa melupakan kenangan yang ada pada daster itu." Yu Milah menjelaskan kepada tetangganya yang langsung menyambutnya dengan senyuman. Mereka merasa heran, mengapa wanita itu tampak begitu bersedih atas hilangnya daster yang sudah dimilikinya setidaknya sejak tujuh tahun yang lalu? Sebab anak pertamanya kini sudah kelas 2 SD.

"Sudah diikhlaskan saja, Yu," bujuk Yu Darmi. "Kalau Yu Milah ikhlas, insyaallah Allah akan menggantinya dengan daster yang lebih bagus lagi," lanjut wanita yang suaminya bekerja sebagai tukang dokar itu.

"Diikhlaskan? Lalu bagaimana cara Allah akan mengganti daster saya?"

"Asal Yu Milah ihklas, akan sangat mudah bagi Allah untuk mengganti daster Yu Milah dengan cara yang kita tak akan bisa menduganya," lanjut Yu Darmi memberi penjelasan.

Mendengar penjelasan Yu Darmi tadi, wajah Yu Milah yang semula dipenuhi amarah sudah mulai tampak reda.

"Iya, Yu. Saya sudah mengikhlaskan."

Sesaat kemudian, sayup-sayup terdengar suara beberapa anak SD yang pulang sekolah sambil berulang-ulang menyebut nama seorang wanita kurang waras yang sering melintas di desa mereka.

"Mulyani cantik! Mulyani cantik!" Seru anak-anak itu berulang-ulang sambil berjalan di belakang wanita kurang waras bernama Mulyani itu.

Wanita kerempeng berusia sekitar 30-tahunan itu tampak kegirangan mendengar dirinya dikatakan cantik oleh anak-anak. Dengan daster kombor yang dikenakannya, ia terus berjalan melenggak-lenggok sambil berulang-ulang mengentak-entakkan kedua kakinya secara bergantian.

Mendengar suara anak-anak seperti itu, Yu Milah langsung bergegas keluar halaman menuju jalan desa di depan rumahnya. Ia sempat berpikir, "Jangan-jangan Mulyani yang telah mengambil daster saya?"

Setelah diamatinya secara saksama, ternyata dugaannya benar. Daster motif bunga berwarna merah miliknya sudah dikenakan Mulyani. Wanita itu pun kemudian bergegas hendak meminta daster miliknya yang telah dikenakan wanita kurang waras itu sebelum Bu Hajah Munawaroh yang tengah berdiri di depan toko miliknya mencegah niatnya.

"Tidak perlu kamu minta kembali dastermu yang sedang dikenakan Mulyani, Milah. Ikhlaskan saja! Kamu justru harus merasa bersyukur dan insyaallah akan mendapatkan pahala, karena secara tidak kangsung kamu telah membuat Mulyani mau berpakaian. Selama ini, seperti yang sering kita lihat, dia sering berjalan mondar-mandir bertelanjang dada hanya mengenakan celana kolor sehingga membuat malu kita kaum wanita. Tapi alhamdulillah saat ini dia telah mau mengenakan daster milikmu," ujar Bu Hajah Munawaroh memberi nasihat.

"Apa benar begitu, Bu Hajah?" ujar Yu Milah.

"Iya, benar!" jawab Bu Hajah Munawaroh. "Ayo ikut ibu masuk ke toko!" ajak Bu Hajah Munawaroh seraya menuntun tangan Yu Milah.

"Untuk apa, Bu Hajah?"

"Kamu bisa memilih sendiri daster sesukamu di toko ibu, sebagai ganti daster milikmu yang telah dipakai Mulyani," Bu Hajah Munawaroh memberi penjelasan.

"Ini benar, Bu Hajah?" Yu Milah sempat merasa ragu.

Bu Hajah Munawaroh sama sekali tak menanggapi pertanyaan Yu Milah yang mengandung keraguan itu. Wanita kaya itu langsung meminta Yu Milah memilih sendiri daster yang disukai yang ada di tokonya.

Dengan cekatan Yu Milah segera memilih dua daster bermotif bunga. Yang satu berwarna merah, yang satu lagi berwarna ungu.

"Kok kamu memilih dua daster, Milah? Bukankah dastermu yang diambil Mulyani cuma satu?" Bu Hajah Munawaroh bertanya sambil tersenyum.

"Iya, Bu Hajah. Kan tadi Bu Hajah sendiri yang telah menyuruh saya untuk memilih daster yang saya sukai. Karena saya menyukai dua, maka saya mengambil dua. Boleh kan, Bu Hajah?"

Wanita dermawan itu hanya tertawa sambil menyalami Yu Milah. Sesaat kemudian, Yu Milah pamit meninggalkan toko Bu Hajah Munawaroh dengan wajah cerah.

"Kapan-kapan kalau jemuran saya ada yang hilang lagi, saya akan langsung lapor kepada Bu Hajah saja!" ujar Yu Milah yang langsung disambut dengan anggukan dan acungan dua jempol wanita salihah itu. [*]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masyaallah Yu Milah hehehe..., daster penuh kenangan pastinya menyimpan sejuta cerita. Harus berakhir tragis membungkus tubuh Mulyani yang kurang waras. Alhamdulillah, keikhlasan Yu Milah meski agak dipaksakan dapat berbuah manis. Daster gombrong penuh kenangan tergantikan dua lembar daster baru dari Hajah Munawaroh. Yu Milah dan Hajah Munawaroh ajarkan kami arti berbagi. Terimakasih Bapak Edi.

11 Dec
Balas

Iya, Bu. Setiap muslim dan muslimah harus yakin bahwa setiap keikhlasan yang ada pada dirinya, tak akan ada yang lepas dari perhitungan Allah subhanahu wataala. Dengan cara yang sering tidak diduga manusia, Allah akan menggantinya. Sama-sama, Bu.

11 Dec

Terimakasih, Bapak. Atas segala ilmu menulisnya. Terutama pada "Mawar Merah Ini Mestinya Untuk Dia".

11 Dec

O ya. Sudah berapa judul yang telah Ibu baca? Maaf kalau cerpen-cerpen saya kurang bagus.

11 Dec

Alhamdulillah, semuanya sudah dilalap habis sejak pertama tiba, Pak. Cerpen yang luar biasa, tapi agak bingung kenapa 49 judul, takgenap 50. "Mawar merah" selalu ada di dalam tas kerja, bersandingkan dengan "Ayah" Andrea Hirata, terkadang juga bercampur "Hujan" Tere Liye. Subhanallah, sekali lagi matursembahsuwun atas kirimannya, Bapak. Ayu belajar banyak ilmu menulis dari mawar merah.

11 Dec

Apa iya? Berarti saya yang salah menghitung, Bu.

11 Dec

Untuk jimat,Pak. Maaf kuambil diam2.

11 Dec
Balas

Hehehe...apa masih perlu jimat, Pak?

11 Dec

Ada deh... Biar kian menggelegar ,Pak!

11 Dec

Wah, Pak Tanto langsung punya ide untuk menulis ya?

11 Dec

Milah...milah. Cerita sore yang inspiratif.

11 Dec
Balas

Semoga ada manfaatnya, Bu.

11 Dec

Ringan namun pesan yang tersirat begitu dalam...mantaaap Pak...terima kasih sudah diingatkan agar ikhlas berbagi, lebih perhatian ke lingkungan sekitar yang jelas membutuhkan....sehat dan sukses untuk Pak Edi dan keluarga

13 Dec
Balas

Sama-sama, Bu Lupi. Selamat berkarya.

13 Dec

Cerita lucu namun sarat hikmah, yaitu ikhlas. Sukses selalu dan barakallah

11 Dec
Balas

Amin. Sukses pula untuk Bu Ropiah.

11 Dec

Cerita sederhana. penuh hikmah, pelajaran bermakna mengendalikan diri dari marah menjadi ikhas LUAR BIASA Jazakullah khoir

12 Dec
Balas

Amin. Ya, Pak. Terima kasih sekali atas apresiasi Pak Pudji.

12 Dec



search

New Post