Setelah yang Pertama
Ku jalani musim ini dengan tabah,
sebagaimana tanah menciptakan
kesabaran ketika tangis langit
tak juga bersenandung.
Kecemasan memeluk, bermacam
rasa tak pernah lahir sia-sia,
hingga lahir Narasi Semesta.
Ia menjadi semacam candu bagi jiwa;
keinginan melahirkan ungkapan rasa
kedua. Meski belum kutahu, tajuk apa
yang bakal kusematkan pada kitab
yang kini benih-benihnya mulai tumbuh.
Bandarlampung, 16042021
#TantanganGurusiana
#Tantangan Menulis Hari ke-344
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Puisi yang memesona. Keren Pak. Salam sehat dan sukses Pak
Terima kasih apresiasinya, Bu Yessy. Salam sehat dan sukses kembali, Bu.
Hmmmm, puisinya Pak Edi bagus-bagus semua. Saya bisa belajar nih buat puisi nan indah seperti ini. Salam literasi.
Cakeep ...puisinya Pak.Edi. Buku juga kereen. Salam sukses.
Terima kasih apresiasinya, Bu Cicik. Salam sukses kembali.
Keren selalu puisinya Pak Edi, pilihan diksi yang indah, salam sukses selalu
Terima kasih apresiasinya, Pak Purcahyono. Salam sukses kembali.
Keren, Bapak, puisinya. Sukses selalu untuk Pak Edi Purwanto
Terima kasih apresiasinya, Bu Umi. Sukses juga untuk ibu.