Tahun Hitam putih
Tahun hitam putih telah pergi.
Kita meninggalkannya tanpa paksa.
Hanya selembar gambar
yang masih dapat kita baca.
Tentang kemarau yang selalu menyediakan
petak-petak sawah, tempat kita bermain bola.
Tentang sungai kecil di belakang rumah,
tempat kita melarungkan perahu kertas,
kecemasan, dan kesedihan
hingga kebahagiaan berpinak di tubuh kita.
Tentang orang-orang tercinta
yang kini tinggal sebagai ingatan.
Bandarlampung, 30112020
#TantanganGurusiana
#Tantangan Menulis Hari ke-207
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Puisinya keren
Terima kasih apresiasinya, Bu Fitri. Sehat dan sukses selalu.
Renungan masa lalu seringkali melahirkan puisi-puisi menggigit ya Pak Edi. Salam puisi selalu Pak
Pak Tosfayana, terima kasih apresiasinya. Saya masih banyak belajar, Pak. Salam puisi kembali.
Mantul.puisimya,Pak Edi. Salam sukses
Terima kasih apresiasinya, Bu Cicik. Sehat dan sukses selalu.
Indah sekali puisinya, Pak. Salam literasi.
Bu Siti,terima kasih apresiasinya. Salam literasi kembali. Sehat dan sukses selalu.