Edi Salamat Ritonga, S.Pd.

Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Sei Bamban Kab. Serdang Bedagai Sumatera Utara. Penulis kelahiran Sipirok Tapsel hobby menulis dan seni. Dapat dihubungi mel...

Selengkapnya
Navigasi Web
Koneksi Antar Materi, Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 CGP
Koneksi Antar Materi - Kesimpulan & Refleksi Modul 1.1 Program Pendidikan Guru Penggerak A.11

Koneksi Antar Materi, Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 CGP

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam dan bahagia bagi bapak/ibu teman-teman CGP Angkatan 11 dan bapak/ ibu hebat yang yang sudah membaca artikel ini. Perkenalkan saya Edi Salamat, S.Pd penulis sekaligus salah satu CGP Angkatan 11 yang bertugas sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Sei Bamban Kab. Serdang Bedagai SUMUT, yang sudah mengikuti Pendidikan Calon Guru Penggerak (CGP) kurang lebih selama dua pekan dan saat ini dalam proses merampungkan modul 1.1. Dalam artikel  ini penulis akan memaparkan koneksi antar materi selama pembelajaran modul 1.1, kesimpulan serta refleksi. Untuk ide refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru sesuai Modul 1.1  tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara, kita dapat mengaitkan beberapa poin penting dari pemikiran beliau dengan instrumen refleksi dan modul projek penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Kegiatan ini dimulai dengan melakukan sebuah refleksi diri sejauh mana penulis mengenal dan memahami Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD). Satu kata kunci seperti budi pekerti, Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani  sudah sering kita dengar dan menjadi jiwa dari pendidikan nasional. Oleh sebab itu, pada tahap awal ini, penulis bercermin pada diri sendiri untuk menemukan pemikiran mendasar Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan peran  sebagai pendidik. Pada eksplorasi konsep penulis lebih  mendalami tentang  mengenal konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) dengan menyimak beberapa video menarik tentang, kondisi Pendidikan pada zaman kolonial, berikut beberapa catatan penulis.

Berdasarkan sejarah telah membuktikan bahwa seorang tokoh nasional yang telah dikenal mendunia yaitu Ki Hajar Dewantara (KHD) sebagai Bapak pendidikan nasional Indonesia telah meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional. Ki Hajar Dewantara (KHD) adalah bangsawan dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di  Pakualaman Jogjakarta. KHD adalah sosok kharismatik dan mendapat gelar bapak pendidikan karena jasa beliau dalam memberikan warna dalam dunia pendidikan di Indonesia. Konsep-konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi landasan dan kebijakan pendidikan nasional. Konsep profil pelajar pancasila, sebagaimana visi dan misi kementerian pendidikan yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinnekan global, bergotong royong, Mandiri, bernalar kritis, dan kreatif merupakan penjabaran dari konsepsi pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan. Oleh karena itu, setiap tanggal 2 Mei yang merupakan hari lahir Bapak Ki Hajar Dewantara kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Berbicara tentang pendidikan di Indonesia, dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang signifikan, tidak hanya dari kurikulum tapi juga dari kebijakan-kebijakannya termasuk siapa saja  yang berhak mengenyam pendidikan disekolah. Jika kita kembali pada zaman kolonial Belanda, pendidikan di indonesia bersifat gradualis dimana pemerintah Belanda memperlambat proses pendidikan di Indonesia, kalaupun ada yang mengenyam pendidikan itu hanya segelintir saja yang di persiapkan untuk menjadi pegawai pemerintah belanda. Dari diskriminasi pendidikan inilah kemudian lahir Taman Siswa pada tahun 1922 di Jogjakarta sebagai gerbang emas kemerdekaan dan kebudayaan bangsa.  

Menurut saya pribadi setelah mempelajari secara mendalam pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman baru dalam proses pembelajaran di kelas saya di SMP Negeri 1 Sei Bamban Kab. Serdang Bedagai, dari proses tersebut yang diperoleh diantaranya adalah Ki Hajar Dewantara memandang proses pendidikan merupakan proses menuntun segala kodrat pada anak menurut zamannya. Dari pemikiran tersebut dapat diartikan bahwa guru seharusnya menempatkan diri sebagai fasilitator, mediator pembelajaran, dan menjadi teladan dalam bersikap/pergaulan kehidupan sehari-hari. Asas Tut Wuri Handayani : Prinsip ini menekankan bahwa guru harus memberikan dorongan dari belakang, memberikan kebebasan kepada murid untuk belajar dan berkembang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Guru yang sesungguhnya bukanlah mengajar saja sebagaimana yang sering dipraktekkan saat ini di sekolah, bahwa guru dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan kemudian melalukan proses transfer pengetahuan yang dimiliki di depan kelas secara menoton kepada peserta didik tanpa memerhatikan karakteristik/bakat, minat dari peserta didik. Filosofi lain yang penulis dapatkan bahwa dalam menuntun perkembangan anak secara holistik, Ki Hajar Dewantara mengibaratkan peran guru sebagai seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak murid kita seperti biji tumbuhan yang disemai oleh pak tani. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit yang kurang baik dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak Tani.

Untuk menghubungkan materi pada Modul 1.1  tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan konteks yang nyata pada pembelajaran di kelas atau sekolah, penting untuk memahami beberapa poin kunci dari pemikiran Ki Hajar Dewantara dan bagaimana hal ini dapat diterapkan dalam perencanaan pembelajaran di kelas. Berdasarkan pemahaman penulis dalam mempelajari modul 1.1 ini, dapat penulis uraikan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :

1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?

Sebelum mempelajari Modul 1.1 tentang pemikiran KHD saya memandang murid itu harus mengikuti apa yang diinginkan oleh gurunya, sebagai contohnya yaitu :

-          Kegiatan proses pembelajaran selalu terpusat pelaksanaan di dalam ruangan kelas.

-          Murid wajib  menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dikelas maupun pekerjaan rumah.

-          Guru lebih sering  memakai metode ceramah.

-          Guru tidak pernah atau jarang melaksanakan diskusi dengan murid di kelas.

-          Terlalu serius memberikan materi sehingga murid menjadi mudah bosan karena hanya fokus mendengar.

-          Guru kurang memiliki sumber belajar  yang menarik, hanya fokus menggunakan buku paket.

-          Kurang memperhatikan kemampuan, minat, bakat dan latar belakang siswa yang berbeda.

2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?

Pemikiran atau perilaku yang penulis dapatkan  setelah mempelajari modul ini adalah mindset yang berubah khususnya dalam membangun suasana pembelajaran di kelas saya yang lebih bervariasi, mencoba inovasi-inovasi dalam pembelajaran yang tentunya menyenangkan bagi anak didik. Saya tidak ragu lagi dalam mengemukakan ide dan gagasan tentang metode belajar, lebih banyak berkolaborasi dengan rekan sejawat dan melibatkan alam sekitar. Adapun dari segi perilaku, penulis merasa lebih mandiri terutama dalam meng up-grade diri, memperbanyak sumber belajar dengan mengikuti berbagai pelatihan, webinar yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah  khususnya kementrian pendidikan dan kebudayaan untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam mengelola pembelajaran.

3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara?

Proses pembelajaran dan suasana kelas akan lebih mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara, yang menekankan pentingnya pembelajaran yang kontekstual, relevan, dan melibatkan murid secara aktif dalam eksplorasi lingkungan dan budaya mereka sendiri. Pilih tema-tema yang relevan dengan konteks lokal dan sosial budaya murid. Misalnya, murid di daerah pesisir dapat mempelajari tentang ekosistem laut dan upaya konservasinya, sementara murid di daerah pegunungan dapat mempelajari tentang konservasi hutan dan sumber daya alam.

Beberapa hal yang akan segera penulis terapkan tidak hanya di kelas saja tapi juga bersama rekan sejawat, kolaborasi antar mata pelajaran, bagi penulis kolaborasi ini adalah bentuk  kebebasan dalam berpikir dan mendesain pembelajaran yang menarik bagi murid. Selain itu pemetaan bakat dan  minat serta potensi siswa akan sangat membantu untuk menentukan differensiasi dalam pembelajaran, mulai dari proses, produk maupun content. Menjadi  pendidik dan pengajar yang ikhlas menuntun dan mendampingi muridnya dimanapun berada. Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya tiga pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ini berarti bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga di rumah dan dalam komunitas. Penulis melakukan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait yang ada di lingkungan sekolah, terutama dengan pimpinan sekolah yaitu kepala sekolah, rekan sejawat atau guru, murid-murid dan orang tua murid. Dengan adanya dukungan dari semua pihak, fasilitas yang tersedia serta kemauan diri untuk selalu belajar dan mengembangkan diri merupakan kekuatan untuk menerapkan pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam proses pembelajaran. Untuk menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut, maka perlu dilakukan perubahan-perubahan terutama pada pola-pola pembelajaran yang dilakukan selama ini. Proses menuntun anak harus diberikan porsi yang lebih diutamakan dari proses mengajar anak. Diskusi kelompok peserta didik yang merdeka belajar dan berkreasi sesuai dengan kodrad alam dan zamannya. Melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada murid untuk meningkatkan pola pikir peserta didik untuk lebih kritis. Membuat langkah-langkah konkret atau nyata yang perlu dilakukan pendidik sebagai bentuk perubahan paradigma pembelajaran dengan membuat rangcangan atau mendesain proses pembelajaran yang menginternalisasi pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam proses pembelajaran. Langkah ini perlu dilakukan secara efektif dan berkelanjutan secara bersama-sama di sekolah bahkan jika diperlukan menjadi bagian dari visi-misi dan tujuan pengajaran di sekolah.

Dari beberapa ulasan dan jawaban yang penulis paparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara menawarkan konsep pendidikan yang mengutamakan kasih sayang, membawa anak untuk lebih memahami dunianya karena setiap anak adalah individu yang unik dan tidak akan sama antara satu dengan yang lainnya. Dengan memahami dan menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan relevan bagi murid. Ini juga dapat meningkatkan kolaborasi antara guru, murid, dan masyarakat dalam pengembangan pembelajaran yang efektif. ****

Edi Salamat Ritonga, S.Pd.

Firdaus-Sei Rampah,  30 Juni 2024  09:50

#cgpangkatan11

#smpnegeri1seibamban

#serdangbedagaisumut

#tergerak,bergerak,menggerakkan

#gurupenggerak

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pendidik harus menjadi penuntun peserta didik

30 Jun
Balas

Pendidik harus menjadi penuntun peserta didik

30 Jun
Balas



search

New Post