Edi Sumardi

Guru di SMPN 88 Jakarta semenjak tahun 1997,sejak tahun 2018 guru di SMPN 130 Jakarta, Lulus Jurusan Pendidikan Sejarah IKIP Jakarta/UNJ tahun 1995, Lulus...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jembatan Merah Yang  Menyimpan Nilai Sejarah
Jembatan Merah dg latar Kalimas, Surabaya

Jembatan Merah Yang Menyimpan Nilai Sejarah

Saat saya bekunjung ke Surabaya menyempatkan diri untuk sekedar keliling kota termasuk ke jembatan Suramadu. Tidak disangka rute jalan yang saya lalui melewati jembatan legendaris sampai-sampai maestro keroncong Pak Gesang membuat lagu untuknya, Jembatan Merah (bhs Belanda; Roode Brug).

Sekilas Jembatan Merah secara fisik tampilannya tidak berbeda dengan jembatan lain pada umumnya tiang pembatas jembatan terbauat dari besi yang di cat merah, berada di jalan Kembang Jepun no. 192, Nyamplungan, Pabean Cantian, Surabaya. Jembatan Merah merupakan penghubung Kalimas antara wilayah barat yang dulu mayoritas di huni oleh Bangsa-bangsa Eropa dan sebelah timur oleh bangsa-bangsa Asia.

Dari literature yang saya baca, kawasan Jembatan Merah merupakan daerah perniagaan yang mulai berkembang sebagai akibat dari Perjanjian Paku Buwono II dari Mataram dengan VOC pada 11 November 1743. Dalam perjanjian itu sebagian daerah pantai utara, termasuk Surabaya, diserahkan penguasaannya kepada VOC. Perubahan fisiknya terjadi sekitar tahun 1890-an, ketika pagar pembatasnya dengan sungai diubah dari kayu menjadi besi yang menghubungkan Jalan Rajawali dan Jalan Kembang Jepun di sisi utara Surabaya.

Di sebelah barat Jembatan Merah, atau Jalan Jembatan Merah (Willenstraat) dan Jalan Rajawali (Heerenstraat), dipenuhi pedagang besar Eropa. Maskapai dan bank-bank kebanyakan berada di wilayah ini, bahkan sebagian besar gedung masih digunakan aneka perusahaan dan keasliannya relatif terjaga.

Sementara kawasan timur jembatan diperuntukkan bagi warga Asia, seperti Tionghoa, Arab, dan Melayu. Kala itu kawasan Jembatan adalah kawasan elit yang menjanjikan banyak keuntungan bagi para pengusaha asing khususnya tionghoa. Tak heran jika gedung keresidenan Surabaya saat itu dibangun tepat di ujung barat jembatan, agar pemerintah bisa langsung mengawasi kebersihan, keamanan dan ketertiban di sekitarnya.

Di masa revolusi fisik jembatan merah menjadi saksi heroik arek-arek Surabaya melawan sekutu tahun 1945. Bahkan sekitar 50 meter sebelah barat dari Jembatan Merah tempat tewasnya Brigjen A.W.S. Mallaby, Pimpinan tentara sekutu di Surabaya. Lokasi meledaknya mobil dan tewasnya Mallaby kini dijadikan Taman Jayengrono berada di depan Jembatan Merah Plaza.Peristiwa tewasnya Bigjen A.W.S Mallaby pula yang membuat Inggris marah dan menghukum rakyat Surabaya dengan mengepung dan membombardir Kota Surabaya dari tiga penjuru, darat, air dan udara.

Sudah selayaknya bagi guru IPS untuk mengajak para peserta didik khususnya yang ada di Surabaya untuk menanamkan nilai-nilai patrotisme dan nasionalisme dengan studi lapangan salah satunya ke Jembatan Merah.Belajar langsung ke lapangan membuat peserta didik tidak bosan disamping medekatkan peserta didik ke sumber belajar langsung. Begitupun untuk guru IPS di daerah yeang punya obyek Sejarah, dengan mengajak ke lokasi langsung diharapkan dapat menggugah kesadaran peserta didik dan terinternalisasi untuk cinta tanah air.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Membaca judul artikel pak guru, saya langsung bernyanyi (tapi pelan...hehehe). Betul pak, tempat-tempat bernilai sejarah wajib dijaga kelestariannya. Sehingga orang akan selalu ingat bahwa tidak mudah memperjuangkan kemerdekaan di negeri ini. Terutama tentu pada siswa-siswa kita sebagai penerus bangsa, harus ditumbuhkan rasa cinta dan memiliki negeri ini. Salam sehat dan sukses selalu...pak guru. Barakallah.

26 Sep
Balas

Aamiin..tks Bu Raihana untuk nyanyiannya...he..he...

26 Sep



search

New Post