Edi Sumardi

Guru di SMPN 88 Jakarta semenjak tahun 1997,sejak tahun 2018 guru di SMPN 130 Jakarta, Lulus Jurusan Pendidikan Sejarah IKIP Jakarta/UNJ tahun 1995, Lulus...

Selengkapnya
Navigasi Web
Meneguhkan Jakarta Tangguh

Meneguhkan Jakarta Tangguh

Perayaan hari ulang tahun Kota Jakarta tahun ini yang ke -493, mengusung tema “ Jakarta Tangguh”. Berdasarkan situs resmi Humas Provinsi DKI Jakarta, Logo HUT Kota Jakarta memiliki makna Kota Jakarta yang tangguh, kolaborasi yang harmonis pemerintah kota Jakarta dengan setiap elemen masyarakat. Semangat pantang menyerah yang tak kunjung padam untuk menyongsong Kota Jakarta yang maju, tangguh, sejahtera dan terlepas dari pandemic Covid-19.

Adapun secara rinci makna logo tersebut yaiutu; Monas, merupakan ikon dan jati diri Kota Jakarta. MRT, perlambang dari kemajuan dan pelayanan masyarakat. Mentari, simbol dari harapan dan masa depan yang cerah. Masker, simbol dari suasana pandemi dan perlindungan. Tiga warna tangan Mengepal, simbol dari ketangguhan, kolaborasi, semangat yang tidak pernah padam dari unsur tenga medis (warna biru), Pemerintah Kota Jakarta (warna orannye) masyarakat (warna hijau). Lingkaran Garis Hitam, melambangkan ketegasan, dan usaha keras Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melokalisasi dan mencegah penyebaran Covid-19.

Kota Plurarisme

Jakarta sebagai kota yang tangguh ada beberapa indikator diantaranya; kota yang terbuka bagi semua bangsa yang dapat hidup secara dinamis. Daya tarik Jakarta sebagai sandaran penghidupan dalam memperbaiki nasib sesungguhnya telah berlangsung lama semenjak masih bernama sunda kelapa. Sebagai suatu pelabuhan yang strategis dekat dengan selat malaka telah terjadi interaksi yang intens dari semua bangsa dan tidak sedikit kemudian menetap, bahkan Sunda Kelapa telah menjadi rebutan Portugis, Ingris, Belanda, dan Demak kemudian Mataram Islam, yang saat itu bagian dari Kerjaan Pajajaran.

Kekhawatiran Kerajaan Pajajaran akan adanya ekspansi Kesultanan Demak bersama Cirebon, membuat Pajajaran bersekutu dengan Portugis dan terbukti di bawah pimpinan Fatahillah, Portugis berhasil diusir, kemudian Sunda Kelapa menjadi bagian dari Kesultanan Banten. Peristiwa terjadi pada tanggal 22 Juni 1527, Sunda kelapa kemudian diganti menjadi “Jayakarta”(kota kemenangan). Tanggal tersebut dijadikan sebagai Hari Ulang Tahun Kota Jakarta.

Diatas puing reruntuhan kota Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterzoon Coen mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia. Menurut Susan Blackburn, Jakarta: 400 tahun, Untuk membangun kota JP Coen mengalami kesulitan sumber daya manusia, karena kebanyakan orang Eropa, khususnya Belanda engan untuk tinngal di Batavia, sehingga VOC mendatangkan orang-orang dari Cina, para budak dari Asia Selatan juga berapa etnis atau suku-suku yang ada di Nusantara.

VOC kemudian membentuk kampung-kampung di Jakarta berdasarkan suku yang dipimpin oleh “Opsir”dari kelompok etnis atau suku mereka. Dari itu kita menemukan nama-nama wilayah di Jakarta, seperti Pecinaan, pekojan, Petojo, kampung Bali, kampung Melayu, Kampung Ambon, Manggarai dan sebagainya.

Sekat-sekat kampung yang dibuat VOC tidak bertahan lama, masih menurut Susan Blackburn, karena tingginya tingkat percampuran etnis, dengan demikian berkembanglah bahasa bersama di Batavia yang dijadikan perantara dalam perdagaangan (lingua franca) antar pulau yaitu bahasa melayu. Dari hal tersebut jelaslah Jakarta merupakan contoh kota yang tangguh dapat bertahan meskipun dalam pluralisme karena elastisitas dari para warganya berkolaborasi membangun kota secara Bersama-sama.

Kota Patriotisme

Jakarta dikatan tangguh berkaitan dengan sejarah perjuangan bangsa sebagai kota patriot. Patriotisme dapat diartikan sebagai sikap yang berani, pantang menyerah, rela berkorban. Jakarta sangat layak dikatan sebagai Kota Patriotisme antara lain dari beberapa bukti peristiwa yang terjadi di Jakarta, antara lain:

Budi Utomo

Organisasi modern pertama yang digagas para pelajar STOVIA lahir di Jakarta. Menurut sejarawan, MC Ricklefs. Budi Utomo, lahir pada tanggal 20 Mei 1908, di jalan Abdulrahman saleh, no. 26, Jakarta. Gedung STOVIA sekarang menjadi Museum Kebangkitan Nasioal, sebagai peringatan terhadap bangkitnya kesadaran nasional bangsa Indonesia melawan kolonalisme.

Sumpah Pemuda

Peristiwa Sumpah Pemuda di ikrarkan di di Jakarta, pada tanggal 28 Oktober 1928, di Jalan Kramat Raya, no. 106 kini menjadi Museum Sumpah Pemuda, sebuah rumah kost milik Sie Kong Liang yang dijadikan tempat berkumpulnya para pemuda pergerakan nasional merumuskan format perjungan bangsa.

Gedung Pancasila

Di Gedung Pancasila ini pernah digunakan sebagai Volksraad (sejenis DPR) masa Belanda, kemudian masa pendudukan Jepang digunakan sebagai Badan Pertimbangan Pusat (Chou Sang In) dimana di masa akhir pendudukannya, Para Pendiri Bangsa merumuskan dasar negara di Gedung tersebut, yang kita kenal dengan Badan Penyelidik Usaha Persiapak Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Gedung Pancasila berada di jalan Pejambon,no. 6, Jakarta.

Proklamasi Kemerdekaan

Kita semua tahu bahwa baik perumusan naskah Proklamasi maupun pembacaan proklamsi dilakukan di Jakarta. Perumusan Naskah Proklamsi dilakukan di jalan Imam Bonjol, no.1 yang sekarang menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi, sedangkan pembacaan Proklamsi, dilakukan di Jalan Pegansaan Timur, no. 56, sekarang Tugu Proklamasi.

Rapat Raksasa IKADA

Sebulan setelah Indonesia merdeka diadakan Rapat Raksa di lapangan IKADA, Jakarta, pada tanggal 19 September 1945. Sekarang lapangan IKDA (Ikatan Atletik Djakarta) menjadi lapangan Banteng, dikatan rapat raksasa, karena dihadiri sekitar 300.000 orang dalam kedaan tertib. Rapat tersebut mempunyai makna mempertemukan rakyat dengan pemimpinnya, dukungan rakyat terhadap proklamsi kemerdekaan

Peristiwa G.30 S/PKI, Tahun 1965

Peristiwa G,30 S/PKI yang terjadi pada tahun 1965 terjadi di Jakarta, puncaknya terjadi penculikan kepada tujuh jenderal AD oleh PKI yang disiksa dan di kubur dalam satu smur di daerah Lubang Buaya, Jakarta. Berkat kesigapan dan semua elemen masyarakat yang setia kepada Pancasila, niat PKI mengganti ideologi negara dapat digagalkan.

Peristiwa Reformasi

Peristiwa Reformasi yang terjadi juga bermula dari jakarta, dan puncaknya demonstrasi besar-besaran yang digerakkan oleh mahasiswa terjadi tanggal 21 Mei 1998 dengan menduduki Gedung DPR?MPR, kemudian diikuti lengsernya Presiden Suhato dari kursi Presiden setelah menjabat selama 32 tahun

Berdasrkan peristiwa-peristiwa tersebut, mustahil warga Jakarta tidak terlibat baik langsung maupun tidak langsung mengingat peristiwa tersebut terjadi di wilayah Jakarta dan menjadikan modal spririt membangun Jakarta. Sudah sepantasnya di masa pandemi Covid-19, bahu membahu berkolaborasi dengan segenap elemen masyarakat bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun kota yang maju, tangguh, dan sejahtera

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selamat Ulang Tahun Kota Jakarta

22 Jun
Balas

Siap Bu Nur Amalia, mari bersinergi membangun Jakarta

22 Jun

Selamat Ulang Tahun Kota Jakarta

22 Jun
Balas

Mantap pak, salam literasi

22 Jun
Balas

Terimakasih bu Aniita

22 Jun

Bagus banged pak edi.... maju terus n sukses selalu....

22 Jun
Balas

Tks Bu Hikmah, support nya

22 Jun



search

New Post