Edi Sumardi

Guru di SMPN 88 Jakarta semenjak tahun 1997,sejak tahun 2018 guru di SMPN 130 Jakarta, Lulus Jurusan Pendidikan Sejarah IKIP Jakarta/UNJ tahun 1995, Lulus...

Selengkapnya
Navigasi Web
Terpikat Oleh Surat Pendiri Bangsa; Sukarno

Terpikat Oleh Surat Pendiri Bangsa; Sukarno

Membaca buku Pameran Surat Pendiri Bangsa hasil kerja sama Direktorat Sejarah, Kemdikbud dg Majalah Historia membawa prespektif baru bagi saya yg selama ini belum saya temukan di buku pelajaran IPS khususnya sejarah. Meskipun hanya menampilkan satu atau dua koleksi surat namun saya dapat memahami kondisi kebatinan para Pendiri Bangsa. Buku ini berisi beberapa koleksi surat Para Pendiri Bangsa antara lain; Sukarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Agus Salim, Kartini, Ki Hajar Dewantara/ Suwardi Suryaningrat, Tan Malaka, dan John Lie.

Pada Surat Sukarno yg ditujukan kepada Ali Sastroamidjojo, betapa naluri politik Sukarno begitu tajam. Semula Ali Sastroamidjojo akan ikut sebagai delegasi Indonesia dalam kunjungan ke India namun dibatalkan. India dipilih sebagai negara untuk beraktivitas pemumpin di luar negeri. Saat PM India Jawaharlal Nehru mengirim pesawat terbang untuk menjemput Sukarno di Yogyakarta, pesawat tersebut di tahan Belanda di Jakarta dan dilarang menuju Yogyakarta, dam benar saja tidak lama kemudian Belanda melakukan Agresi Militer II sekaligus menangkap beberapa pemimpin termasuk Sukarno.

Pada surat ke-2 yang ditujukan pada Samuel Koperberg (Tokoh ISDP sempalan ISDV, cikal bakal dari PKI), memperlihatkan betapa beliau dapat bergaul dari semua golongan dan beragam idelogi. Sukarno juga mempunyai hobi membaca dan menulis yg luar biasa. Beliau merasa berterimakasih mendapat hadiah buku dari Samuel Koperberg. Masih dalam surat tersebut, Sukarno sangat berhati-hati memenuhi permintaan Koperberg menulis Biografi HOS Tjokroaminoto yg juga guru politiknya, dan tidak kalah pentingnya analis Sukarno atas Petisi Sutarjo yg mengajukan hak otonomi Indonesia kepada Pemerintah Belanda yg dinilai belum tepat waktu karena tidak memiliki kejelasan jika dibandingkan negara Filipina.

Dari dua surat Sukarno setidaknya kita bisa belajar, untuk meningkatkan kapabilitas seseorang hendaklah bergaul dengan kalangan apa saja tanpa membedakan status dan ideologi, jadikan literasi sebagai pembiasaan sehingga menjadi budaya yang pada akhirnya menambah cakrawala berpiki, ketajaman menganalisa juga kepekaan pada liingkungannya

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Baru tahu ada surat-surat para tokoh yang terbukukan ..., ulasannya mantap pak guru ..salam literasi

11 Nov
Balas

Iya Bu Sri Ayu Sipah, saya juga demikian, tks

11 Nov

Tulisan yg keren ttg sejarah, sukses selalu dan barakallah

11 Nov
Balas

Aamiin..tks Bu Siti Ropiah sukses juga buat ibu

11 Nov

Seharusnya generasi kini tak gamang ketika berkomunikasi dengan komunitas manusia global, namun ternyata generasi terdahulu nampaknya lebih siap. Sebuah surat bisa dijadikan inspirasi untuk sebuah tulisan.Ternyata hebat.

11 Nov
Balas

Betul sekali Pak Kas Pani, Kekuatan berkomunikasi lewat surat mengasah logika, etika dan estetika berbahasa sekaligus. Dengan bekal budaya literasi membacs dan menulis salah satunya menghasilkan pemimpin yg berkarater dan berkualitas

11 Nov



search

New Post