EDI SUTIONO,S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

DERAP LANGKAH TREATMENT TERHADAP PSIKOLOGIS SISWA PASCA PANDEMI COVID -19 Mengutip pern

DERAP LANGKAH TREATMENT TERHADAP

PSIKOLOGIS SISWA PASCA PANDEMI COVID -19

Mengutip pernyataan Psikolog Intan Erlita, M.Psi, ada beberapa dampak psikologis pada siswa saat pembelajaran jarak jauh, antara lain jenuh,lelah,stress. Sementara Maryan Marsudi, M.Pd menyatakan demotivasi dan khawatir gagal ujian merupakan efek negative hal tersebut. Siswa merupakan mahkluk sosial. Butuh interaksi dan bersosialisasi. Mereka butuh teman main yang sebaya. Butuh teman dan guru untuk berdiskusi. Pandemi membuat mereka kehilangan masa-masa seperti ini, hubungan manusiawinya berkurang. Juga banyak tugas dan tuntutan belajar yang tinggi serta kurangnya waktu mengaktualisasikan diri, pemicu mereka menjadi lelah, jenuh dan stress. Berlanjut akan mengurangi mood dan motivasi belajar siswa. Mereka kurang termotivasi, apalagi orang-orang yang disekitar kurang mampu memberikan bantuan untuk menuntaskan materi-materi belajarnya. Juga saat menghadapi ujian. Mereka memiliki target nilai. Kejenuhan, kelelahan, kurangnya sosialisasi dengan teman dan guru maka rasa cemas muncul akan gagalnya mereka pada ujian

Pembelajaran tatap muka untuk tahun pelajaran 2021/2022 sangat ditunggu. Antusias calon siswa baru, siswa,pihak lembaga pendidikan dan orang tua sangat besar. Gayung bersambut kebijakan pemerintah mengizinkan. Beberapa lembaga penidikan telah mendapat izin dan diizinkan untuk kegiatan pembelajaran tatap muka “secara terbatas” .SKB 4 menteri telah menegaskan, pembelajaran tatap muka terbatas telah memperbolehkan. Protokol kesehatan harus dijalankan. Menurut Mendiknas, Nadiem Makarim, ada tiga syarat pembelajaran tatap muka yaitu pertama, kapasitas kelas hanya 50 % ( tiap kelas maksimal 18 siswa). Kedua Jarak antara bangku selebar 1,5 meter. Ketiga, tidak boleh ada kerumunan seperti makan bersama di kantin, maupun kegiaatn ekstra kurikuler. Setelah pemeblajaran langsung pulang. Dilakukan pelan-pelan berlatih adaptasi. Bahwa pembelajaran jarak jauh tidak akan memberikan hasil seoptimal pembelajaran tatap muka. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya generasi ” loss of learning”.

Saat awal-awal pembelajaran tatap muka, kesehatan dan keadaan psikologis siswa, idelnya merupakan prioritas utama. Hal ini harus disikapi oleh lembaga pendidikan. Apalagi bagi siswa baru, misalnya kelas 7. Kalu dihitung mulai Maret 2020 sampai Juni 2021 mereka selama satu tahun lebih 4 bulan tidak berinteraksi maksimal. Maka sebenarnya mental mereka adalah masih MI/SD kelas 5. Ketika masuk, mereka sudah kelas 7 .Jadi ada “time zonk”. Bagaimana psikologis mereka agar melompat dan menyesuaikan di tempat belajar baru? . Jadi psikologis dan mental siswa harus diupgrade. Selama mereka di rumah, melakukan pembelajaran jarak jauh, banyak terkontaminasi hal-hal yang menjauhkan mereka dari dunia pendidikan.

Di lembaga pendidikan, komponen pendidikan harus merumuskan langkah strategis untuk mengupgrade psikologis siswa. Beberapa langkah strategi upgrade psikologis siswa antara lain Pemetaan sumber daya lembaga pendidikan dan siswa, Komunikasi antara lembaga pendidikan dan orang tua siswa, Building Learning Class, Evaluasi kegiatan dan rencana tindak Lanjut. Pertama , Pemetaan sumber daya lembaga pendidikan dan siswa, merupakan pendataan sumber daya lembaga penddidikan untuk memberikan “ motivational activities and reset student”s mindset. Hal ini tentunya pengajar Bimbingan Konseling dan Pengajar Agama, atau lembaga pendidikan bisa mengundang lembaga konseling khusus. Dengan jumlah tatap muka siswa terbatas, maka tim ini akan mengembalikan psikologis siswa menjadi diri siswa sendiri yang menyadari tugas dan kewajibannya sebagai siswa yang sedang belajar. Untuk data siswa, lembaga pendidikan bisa memberikan angket kepada siswa dan orang tua untuk mengetahui aktivitas siswa saat di rumah. Sehingga ada data untuk membuat treatment yang sesuai kepada siswa. Hal ini memang perlu suatu rencana yang bagus dan intensif. Perlu disadari mindset yang baik dan tertata akan mempermudah pelaksanaan kegiatan lain dan tercapainya kegiatn pembeajaran.

Kedua, Komunikasi antara lembaga pendidikan dan orang tua siswa. Merupakan poin penting sebagai kontroling kegiatan yang akan, sedang dan telah dilaksanakan. Walaupun sedikit informasi dari orang tua ke lembaga pendidikan atau sebaliknya , akan menjadi catatan agar kegiatan semakin baik. Perlu suatu kejujuran, komitmen, saling percaya dan rasa memiliki. Sinergitas kedua belah pihak semakin memberikan energy untuk rekondisi psikologi dan mental siswa. Bisa diadakan kegiatan parenting, sebagai upaya agar orang tua siswa juga ikut andil dalam kegiaatn ini. Bisa secara tatap muka langsung maupun virtual. Sebagai wadah saling membangun .

Ketiga, Building Learning Class. Jika tatap muka terbatas, BLC bisa dilaksanakan sebelum pembelajaran tentang materi pokok. Pengenalan diri, teman, bermain bersama akan membuat motivasi mereka bangkit. Kejenuhan, kelelahan, stress mereka selama belajar jarak jauh akan hilang sedikit demi sedikit. Mereka akan kembali menemukan pola belajar. Interaksi sosial akan hidup kembali. Pertemuan secara nyata dan fisik dengan teman baru dan guru baru akan memberikan suasana dan energi poitif bagi mereka. Lebih dari itu meereka akan membangun komitmen bersama untuk belajar dengan adaptasi dan pola baru, dengan tidak mengurangi essensi dan hakikat belajar itu sendiri.

Keempat, , evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjut.Evaluasi bisa berupa laporan secara lisan atau tertulis dari pihak lembaga pendidikan kepada orang tua. Bisa juga wawancara langsung kepada siswa dan tercatat hasilnya. Atau evaluasi dari orang tua ke lembaga pendidikan. Informasi ini sangat penting untuk melihat kemajuan program kegiatan. Sebagai sarana untuk meningkatkan hal-hal yang belum maksimal. Rencana tindak lanjut dari berbagai evaluasi dan nformasi, bisa dirumuskan oleh lembaga pendidikan , bisa juga oleh lembaga pendidikan dan orang tua. Tentu saran dan pendapat orangtua pasti ada.

Pengaruh dari Pandemi Covid-19 yang kuat maka siswa sebaiknya atau harus memiliki “ student well-being”. Merujuk pada pendapat Nobile dan McGrath (2013), yaitu suatu keadaan emosional berkelanjutan yang menunjukkan suasana hati dan perilaku yang positif dari siswa , hubungan yang positif dengan teman dan guru, memiliki resiliensi diri dan sikap yang optimis serta kepuasan siswa pada pengalaman belajarnya di sekolah. Dapat dirangkum menjadi empat aspek yaitu positivity, resilience, self-optimisation dan satisfaction. Positivity merupakan perasaan positif siswa yang bersumber dari rasakoneksi mereka dengan teman, guru, komponen lembaga pendidikan lainnya. Perasaan nyaman yang ada akan meningkatkan motivasi belajar mereka. Menjadikan psikologs mereka kembali sehat. Menjadikan insan-insan dan pribadi yang tanggguh. Resilience adalah kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan tekanan internal dan eksternal. Tekanan ini bisa diartikan tekanan possitif dan negative. Saat sekarang ini siswa difasilitasi untuk mengekspresikan diri dan talenta mereka dengan pembatasan yang baik. Sesekali mereka bermain bersama di lapangan dengan pengawasan dan pembatasan waktu, ruang belajar yang nyaman, lingkungan yang baik. Self Optimisation, merupakan rasa bangga pada dirinya. Setiap siswa memiliki hal yang dibanggakan. Penghargaan bagi mereka sangat berarti bagi psikologis mereka yang selama ini terhimpit jenuh dan banyaknya tugas di rumah. SIswa harus dibangkitkan self-optmisation-nya. Ini untukmembangkitkan rasa percaya diri mereka. Untuk langkah awal menuju target pembelajaran mereka. Satisfaction merujuk pada kepuasan akan suatu hal. Siswa akan merasa puas jika keinginan belajarnya tercapai, kegiatan ujian mendapatkan nilai bagus. Maka orang tua, guru, lembaga pendidikan harus berupaya mendorong rasa kepuasan mereka dalam kondisi pandemi ini. Salah satuanya adalah memberikan lingkungan yang kondusif, memberikan soal-soal ujian yang sesuai perkembangan keadaan intekkegensi dan psikologis mereka yang up and down. Sementara Noddings (2003), menyandingkan ilmu pendidikan dengan kebahagiaan. Bahwa pendidikan dan kebahagiaan, bukanlah hal yang sama, tetapidapat berjalan beriringan. Saat suatu kenyamanan jasmani dan rohani. Jasmani dan mental pada setiap insan pendidikan akan menunjang kesehatan psikologis dan mental siswanya, maka pendidikan akan mengalir secara dinamis positif. Kegiatan akan lancar, tujuan akan tercapai dengan sedikit hambatan.

Jadi comfortable, happy, motivation, trust yourself, social interaction, merupakan hal penting bagi pemulihan kesehatan mental dan psikologis siswa akibat Pandemi Covid-19. Lembaga pendidikan, tenaga pendidik dan kependidikan, orang tua, masyarakat, dan siswa harus open mind and open heart, bersinergi untuk mengembalikan pskologis siswa. Kapal besar pendidikan di Indonesia harus terus bergerak. Pandemi sebagi pelecut untuk memperkuat mental dan psikologis. Generasi Emas Indonesia akan semakin kuat dan tangguh untuk melanjutkan kapal besar pendidikan Indonesia menghadip gangguan, ancaman, hambatan dalam menuju Insan Indonesia yang cerdas dan sehat jasmani maupun rohani.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post