LEARNING TO LIVE TOGETHER IN THE WORLD EDUCATION ( section 1)
LEARNING TO LIVE TOGETHER IN THE WORLD EDUCATION
( section : 1)
“ Four Pillars of Education “ menurut UNESCO antara lain learn to know, learn to do, learn to be, learn to live together.Maksud learn to live together adalah belajar untuk hidup bersama. Hidup bersama sebagai ciri bahwa kita sebagai mahkluk sosial. Yang hidup selalu membutuhkan orang lain. Saling melengkapi, karena setiap individu memiliki keunggulan dan kekurangan tersendiri. Saling melengkapi dan mengenal antar individu adalah suatu proses belajar untuk beradaptasi, agar memperkecil ruang perbedaan dan perselisihan.
Dalam dunia pendidikan, learn to live together merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan peserta didik yang lain, interaksi peserta didik dengan tenaga pendidik. Pun tenaga pendidik dengan tenaga pendidik yang saling. Siklus saling terkait antara satu dengan yang lain akan membangun suatu sistem saling melengkapi. Take and give terjadi. Hidup bersama akan berlangsung di manapun berada. Apalagi seorang peserta didik yang mulai memasuki suatu masa sosialisasi dengan lingkungan baru. Tempat baru untuk mereka mengenal dan mencari bekal untuk learn to live together di masa mendatang. Masa yang penuh dengan tantangan dan harapan.Perlu disikapi secara positif dalam live together.
Ada empat hal yang perlu dibangun dan dipersiapkan untuk learn to live together, yaitu communication, conflict resolution, culture sensitivity dan multi lingualism. Communication atau komunikasi , merupakan interaksi saling memberi dan menerima informasi. Bentuknya berupa informasi verbal dan non verbal. Saling memahami informasi yang disampaikan seorang kepada orang lain, mempermudah proses hidup bersama. Dalam kegiatan pembelajaran, seorang pendidik yang memiliki kemampuan baik dalam berkomunikasi akan memberikan hal menyenangkan bagi peserta didiknya. Respon dari peserta didik juga akan semakin baik. Penyampaian materi dengan gaya komunikasi yang santai, runtut, menyenangkan, gesture tenaga pendidik good looking, maka kehidupan kelas akan kondusif. Kondusivitas akan mempermudah pencapaian tujuan belajara yang mereka rencanakan.Komunikasi interpersonal dan intrapersonal penting bagi peserta didik. Proses peserta didik belajar di kelas dan lingkungannya, mereka saling interaksi. Komunikasi yang membangun pola pikir mereka akan menjadi bekal dalam masa depan mereka.
Diskusi dalam kelas, presentasi di depan peserta didik , bertanya dan menjawab pertanyaan dari peserta didik lain juga dari guru, merupakan tahap memberikan pondasi bangunan komunikasi peserta didik. Belajar mendengar dan menghargai pendapat peserta lain. Belajar memahami isi dan inti informasi yang tersampaikan. Melatih mengendalikan emosi dan ego individual. Berusaha positif thinking terhadap setiap ide dan pendapat peserta didik lain. Mencoba membangun alur komunikasi untuk menghindari problema semakin pelik. Hingga proses awal pendewasaan diri. Ini akan tertanam dalam diri dan pikiran siswa untuk bekal saat dewasa nanti di masyarakat dengan keberagaman cara orang berkomunikasi.Intinya kehidupan terbangun atas keharmonisan komunikasi di tengah keberagaman cara berkomunikasi. Komunikasi yang baik menghindarkan dari pengucilan.
Peserta didik kita adalah “Generation Z”. Generasi yang lahir di masa pesatnya piranti teknologi komunikasi. Electronik mailing, twitter, whatapps, zoom meeting menjadi media berkomunikasi. Mereka di stand by di suatu tempat , namun aktivitas mereka menembus dinding-dinding geografis. Mereka mampu berkomunikasi dengan beragai komuniats dan individu yang lain. Komunikasi memegang peranan penting bagi mereka untuk melakoni kehidupannya.Akrabnya mereka dengan berbagai media sosial, maka mereka akan memiliki bahasa-bahasa tersendiri ketika di dalam media tersebut.
Guru yang merupakan generasi X atau sebelumnya berhadapan dengan generasi Z maka harus berupaya menyamakan frekuensi pemikiran mereka. Jika sudah sama maka saling membangun komunikasi untuk semakin memudahkan pemahaman “bahasa komunikasi” mereka yang pasti ada perbedaan.Guru harus berusaha lebih keras untuk mengejar kemampuan peserta didik agar sinergitas komunikasi semakin solid.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus, Pak Edi. Salam literasi
Super sekali Pendidikan karakternya pak. Salam Literasi.