PAK, BISAKAH KITA UPACARA HUT RI..?
Pukul 08.00 WIB , hari Kamis bulan Juli . Zoom meeting Pembina OSIM dan Pengurus OSIM akan dimulai. Telah hadir Pembina OSIM, Ketua OSIM dan beberapa pengurus lainnya. Hadir pula Kepala Madrasah dan Wakil Madrasah Kesiswaan akan hadir. Telah lewat 5 menit dari pukul 08.00 WIB. Pembina OSIM membuka kegiatan zoom meeting.
“Assallamu’allaikum warahmatullahi wabarakatuh semuanya”.
“Waaallaikum salam warahmatullahi wabarakatuh ”, sahut peserta zoom meeting.
“Semoga kita semua selalu dalam rahmat Allah SWT, juga selalu sehat. Amiin. Agenda pertemuan kita lewat virtual ini adalah musyawarah terkait upacara bendera HUT RI tahun ini. Terima kasih Bapak Kepala Madrasah dan Bapak Waka Kesiswan juga telah hadir. Kepada bapak Kepala Madrasah, mohon untuk menyampaikan sambutannya. Kami persilakan”, kata Pembina OSIM.
“Terima kasih Pembina OSIM. Biasanya HUT RI selalu ada upacara bendera dengan peserta seluruh warga madrasah. Saat ini berbeda .Adanya pandemi, membuat kita harus bijaksana dalam setiap kegiatan. Kegiatan berpedoman pada prokes..”.
Sebelum Kepala Madrasah selesai , ketua OSIM mengangkat tangan.
“Ada apa ketua OSIM?”, tanya Kepala Madrasah.
“ Maaf Pak, saya menyela uraian bapak. Saya usul, tetap upacara Pak. Tapi, kita tetap prokes”, jelas ketua OSIM
“ Mungkin ada usulan lain, sebelum saya menanggapi ?”, kata Kepala Madrasah.
Tampak Waka Kesiswaan mengangkat tangan.
“ Saya setuju dengan usulan ketua OSIM. Ada upacara di madrasah kita. Kita tetap mematuhi prokes dengan ketat. Agar rasa nasionalisme tetap ada. Petugas inti saja yang melaksanakan upacara di madrasah. Yang lain mengikuti dari rumah secara zoom meeting”, kata waka kesiswaan.
“Bagaimana yang lain? Pembina OSIM coba jelaskan berapa petugas upacara yang diperlukan!”, kata Kepala Madrasah.
Pembina OSIM menulis tentang jumlah petugas yang diperlukan. Pengurus OSIM yang lain sangat ingin upacara di tahun ini. Tahun kemarin sudah tidak ada upacara. Sehingga rasa peringatan HUR RI sedikit hambar. Mereka akan sangat bersemangat jika upacara dilaksanakan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.Kemudian Pembina OSIM menjelaskan jumlah petugas upacara ada 37 orang. Terdiri dari 3 pengibar bendera. Seorang pemimpin upacara. Seorang pembaca doa. Seorang pemimpin paduan suara. Seorang pembaca teks proklamasi. Seorang Pembina uoacara. 30 orang untuk paduan suara.
“ Banyak juga ya”, kata Kepala Madrasah
“Saya usul Pak. Jumlah itu bisa diminimalisir. Paduan suara bisa kita ganti dengan suara lagu dari sound sistem . Petugas doa dan pembaca teks bisa satu orang. Jadi kita hanya memerlukan 6 petugas. Untuk Pembina adalah Kepala Madrasah”, usul Waka Kesiswaan.
Peserta zoom terdiam sejenak. Mencoba mengerti usulan Waka Kesiswaan. Mencoba berfikir mencari solusi yang terbaik agar kegiatan dapat dilaksanakan dan tidak melanggar aturan dari pemerintah untuk membuat kerumunan.
“ Saya mendukung pernyataan Bapak Waka Kesiswan Pak. Kita masih memiliki waktu .Masih ada waktu satu bulan. Sehingga kalau kita mengambil kesepakatan mengadakan upacara, kita bisa latihan lebh awal. Dengan tetap mematuhi prokes. Misalnya latihan 2 hari sekali”, kata Ketua OSIM.
“ Iya Pak. Kita berusaha dan berjanji untuk tetap prokes. Jika latihan maka kita test dulu suhu setiap sebelum latihan .Juga kita akan komunikasi degan petugas terkait kesehatan mereka”, kata Sekretaris OSIM.
Kepala Madrasah mengangguk-angguk. Besar sekali antusias dan semangat siswa-siswi ini untuk memeperingati hUT RI. Dia menyadari bahwa moment upacara bendera dengan diiringi lagu Indonesia Raya sebagai kebanggaan tersendiri bagi mereka. Apalagi setiap petugas juga mengenakan baju kebesaran paskibraka. Baju khusus upacara HUT RI yang hanya satu tahun sekali. Hanya siswa terpilihlah yang bisa memakai baju putih-putih tersebut.Peci ada lambing burung garuda dan merah putih, juga kain merah melingkar di leher meraka manjadi peompa semangat mereka. Sepatu kulit hitam ala TNI atau Polri semakin membuat langkah mereka mantap menjalankan amanah sebagi petugas upacara sakral . Setiap langkah mereka menjadi tumpuan ratusan pasang mata di lapangan. Setiap langkah mereka memberi arti nasionalisme. Setiap satu tahun sekali. Kepala madrasah menghela napas . Ada sesuatu mengganjal pada hari dan pikirannya. Dia bisa merasakan kobaran nasionalisme siswa siswinya. Tentu akan menjadi kisah tersendiri bagi mereka yang menjadi petugas upacara. Cerita luar bisa . Terpilih diantara seribuan siswa. Menjadi kebanggaan tersendiri. Hmm..desah Kepala Madrasah.
“ Maaf Bapak Kepala. Kira-kira bagaimana rencana kita?’, tanya Pembina OSIM mengejutkan.
“ Iya Pak. Bagaiman?”, susul tanya Waka Kesiswaan.
“Hmm..Baiklah. Baiklah. Mempertimbangkan berbagai masukan dan ide dari peserta zoom maka saya akan membuat keputusan sementara untuk acuan kegiatan tersebut. Sebentar..”.
Kepala Madrasah lalu mengambil kertas dan menuliskan beberapa kalimat . Peserta zoom meeting menunggu penuh harap. Ketua OSIM berharap, kepala madrasah mengambil keputusan yang sangat baik. Agar kegiatan bisa dilaksanakan di tengah-tengah keadaan yang memang kurang nyaman ini. Semua menunggu keputusan kepala madrasah.
Setelah beberapa saat , akhirnya Kepala Madrasah memberikan keputusan sementara untuk dasar kegiatan. Kegiatan direncanakan dilaksanakan. Waka Kesiswaan , Pembina OSIM dan Ketua OSIM memilih petugas upacara. Jumlah petugas upacara diminimalisir jumlahnya. Juga Beliau akan membuat surat izin kegiatan yang ditujukan keada bebrapa pihat terkait. Beliau juga merekomendasikan , bahwa jika kegiatn dilaksanakan maka peserta yag tida hadir di madrasah tetap mengikuti dengan zoom meeting dari rumah memakai seragam lengkap.
Plongg…Begitu perasaan semua peserta zoom. Akhirnya ada keputusan semnetara. Meskipun begitu telah membuat semangat peserta zoom untuk memperingati HUT RI tetap membara dan selalu bersemangat. Mereka berfikir, upacara bendera merupakan salah satu wujud berterima kasih kepada para pahlawan bangsa yangtelah membebaskan negar ini dari penjajahan. Saat mengangkat tangan dan menghormat bendera Merah Putih, darah mereka berdesir, hari mereka berdegup kencang. Rasa yang sulit dilukiskan , bagaimma jika mereka saat 17 Agustus 1945 berada di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Saat proklamasi dikumandangkan, Saat itu mereka di sana berada dalam suasana sangat berbahaya untuk menyatakan kemerdekaan. Bisa saja saat itu tentara musuh menyerang.. Sekarang kita juga dalam keadaan darurat. Maka peringatan sebisanya dilaksanakan dengan tetap semangat tinggi untuk mematuhi anjuran pemerintah. Sebagai upaya perjuangan bersama menghadapi situasi yang sulit ini.
“ Baiklah. Karena sudah ada kesepakatan dan keputusan dari Bapak Kepala Madrasah, maka zoom meeting ini kita akhiri. Mulai nanti Pengurus OSIM tolong, mulai memilih petugas upacara. Sampaikan kepada mereka yang terpilih, bahwa ini persiapn. Jika nanti dilaksanakan kita harus bersyukur. Namun jika tidak maka kita harus tetap semangat. Pasti ada cara lain untuk tetap menumbuhkan nasionalisme dan patriotism kita dibawah Merah Putih. Wassallamu’allaikum warohamatullahi wabbarukatuh. Semoga kita selalu sehat semua .Amiin”. kata Pembina OSIM mengakhiri zoom meeting.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bergiatan serupa apapun, tetap proporsi mengutamakan kesehatan yang utama. Salam patuhi prokes.