Menelusuri Jejak STA
"Bangsa yg besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya"
Siang itu Senin, 26 November 2019 aku dan suami menelusuri jejak makam pahlawan Sutan Takdir Alisjahbana. Tak begitu banyak orang mengenalnya termasuk jg anak-anak SMA ketika aku tanya siapa itu STA. Trus anak-anak juga cerita waktu zaman sekolah SD dan SMP pun tidak diperkenalkan siapa itu STA. Sayang sekali sastrawan Pujangga Baru itu harus dilupakan dari ingatan anak cucu kita.
Zaman sekolah SD dulu aku paling suka membaca buku. Terkadang waktu istirahat aku habiskan dengan membca buku di perpustakaan. Aku paling suka sekali membaca buku cerpen maupun novel. Seperti karya dari STA yang berjudul Layar Terkembang, Anak Perawan di Sarang Penyamun dan Dian tak Kunjung padam. Puisi-puisi karya
STA pun sangat indah.
Jadi rindu ingin baca buku beliau?
Sebelum meyambangi makam STA, aku meminta rekomendasi ke kantor Desa Tugu Selatan. Dengan bermodalkan kartu anggota mediaguru, aku disambut dengan baik. Disangkanya aku wartawan kali yah. Hahaha. Setelah beramah tamah dengan beberapa pegawai kantor desa, aku pun mulai melakukan wawancara bak wartawan saja. Dari situlah aku mendapatkan berita lokasi pemakaman STA.
Dengan diantar oleh petugas dari Desa Tugu Selatan, kami pun meluncur dengan menggunakan motor. Lokasi jalan masuk pemakaman adalah Departemen Perhubungan samping kiri kantor Desa Tugu Selatan. Kami menyusuri jalan yang tidak begitu bagus padahal sebelah kiri dan kanannya banyak terdapat villa.
Kami pun sampai di depan pintu gerbang sebuah villa keluarga tak bernama. Lokasinya tepat di belakang gedung MedcoEnergi Oil dan Gas. Kami disambut oleh seorang penjaga villa itu bernama Pak Oman. Dia mengajak kami menuju tempat STA dimakamkan.
Aku melihat sebuah rumah villa yang cukup tua, dan menurut penjaganya rumah itu berdiri sejak tahun 1949. Rumah itu akan ramai dikunjungi setiap hari lebaran maupun hari natal. Akhirnya kami pun sampai di makam beliau yang terletak di ujung rerimbunan pohon bambu. Aku dan suami seperti bermimpi bisa berdiri di depan makam sastrawan hebat itu.
Aku lihat batu nisan putih bertuliskan Sutan Takdir Alisjahbana, wafat Jakarta 17-7-1994. Aku usap batu nisan itu dan seuntai doa dan suratul fatihah aku berikan khususon buat beliau. Disamping kiri makam STA terdapat batu nisan istri kedua beliau Sugiarti Alisyahbana wafat 21-3-1952. Dan disebelah kanan terdapat makam istri ketiganya Margaret alisyahbana nee Axer lahir di Bonn 24-4-1924, wafat 15-8-1994. Didepan makam STA terdapat makam anak-anaknya Samiati Alisjahbana Amahorseya, lahir Jakarta 15-3-1930, wafat Honolulu 5-8-1966. Kemudian Iskandar Alisjahbana lahir Jakarta 20-10-1931, wafat Bandung 16-12-2008.
Ayo, kita viralkan makam beliau dan jadikan wisata religi. Ini merupakan salah satu program Bupati untuk menggalakkan program The City of Sport and Tourism. Perkenalkan pada anak cucu kita, siapa itu STA.
Selamat berwisata religi. Kalau ada yang perlu gaet, aku siap mengantar. Hehehe...


Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hebring bu edit...
Hatur nuhun Bu..
Keren Bucan, agar sejarah diketahui banyak orang. Sukses selalu dan barakallahu fiiik
Aamiin..makasih Bhnda. Doa ug sama buat Bunda
Mantaaaap
Nuhun Bu..