Edy Hermawan

Suka membaca dan kadang menulis...

Selengkapnya
Navigasi Web

ANJING PEMBAWA BERKAH

Sore itu Haji Karim duduk tercenung seorang diri di serambi masjid. Jemaah masjid yang lain sudah pulang setelah salat Asar. Berkali-kali dahinya mengerut. Jelas sesuatu tergambar menggumpal dalam pikirannya. Seperti ada beban berat yang menindihnya.

Tentu saja. Bagaimana tidak, satu bulan terakhir masjid yang dipimpin Haji Karim itu kecolongan kotak amal tiga kali berturut-turut. Dia merasa ini bukan sekadar pencurian, melainkan pelecehan terhadap Tuhan di rumah-Nya sendiri.

***

Tahun ini periode kedua Haji Karim terpilih menjadi ketua takmir masjid. Dan, pada periode kedua ini Haji Karim mendapat banyak ujian. Pertama, wabah korona. Sejak diumumkan secara resmi kalau negeri ini terserang wabah korona, jemaah masjid menurun drastis. Apalagi, ada aturan jarak sosial dan larangan berkumpul. Orang-orang sekitar takut kalau-kalau ada salah satu jemaah yang positif korona dan menyebar di masjid.

Meski demikian, sebenarnya Haji Karim sudah menerapkan aturan itu dalam proses pelaksanaan ibadah. Jarak harus satu meter antara satu jemaah dengan jemaah yang lain. Setiap jemaah harus membawa sajadah sendiri dan sudah mempunyai wudu dari rumah masing-masing. Haji Karim tidak ingin masjid yang dipimpinnya menjadi sumber penyebar wabah itu. Namun demikian, beberapa jemaah tetap khawatir sehingga beberapa dari mereka tidak lagi salat berjemaah di masjid.

Tapi, ujian yang membuatnya lebih gundah tentang kotak amal masjid yang hilang secara beruntun tiga kali selama musim wabah. Kejadian yang terakhir terjadi kemarin dan baru diketahui pada malam hari. Itu sebabnya sore ini Haji Karim duduk tercenung di serambi masjid.

Haji Karim tidak habis pikir, begitu beraninya pencuri itu mencuri kotak amal masjid. Pencuri itu tentu orang terlaknat berlapis dan bertingkat-tingkat. Kotak amal di rumah Tuhan berani dicuri. Kalau bukan orang yang sudah tertutup mata hatinya tentu tidak akan berani melakukan itu. Seandainya orang itu mencuri di rumah warga, toko, atau pasar, tentu masih bisa dimaklumi. Mungkin pencuri itu sedang khilaf. Pikir Haji Karim.

“Ini bukan hanya mencuri, tapi ini meledek Tuhan namanya. Masak harta di rumah Tuhan itu sendiri yang dicuri. Berani sekali. Ini tidak bisa dibiarkan. Pencuri itu harus berhasil ditangkap dan diadili,” gumam Haji Karim.

Belakangan ini sebenarnya Haji Karim sudah mendengar kabar maraknya pencurian di kampungnya, termasuk rumah dan toko yang ada di sekitar masjid. Bahkan pencurian juga banyak terjadi di luar kampung selama musim wabah. Tapi dia tidak berpikir kalau pencurian itu juga akan terjadi di masjid yang dipimpinnya. Di rumah Tuhan.

Yang membuat hati dan pikiran Haji Karim tambah gelisah, baik pencuri yang beraksi di tengah masyarakat maupun yang telah menggondol kotak amal masjid belum juga berhasil ditemukan dan ditangkap. Keamanan seakan-akan buta dan lumpuh menghadapi kasus ini.

Sebagai ketua takmir, Haji Karim tidak bisa tinggal diam. Dia harus melakukan sesuatu. Setidaknya, dia tidak akan dianggap mengkhianati amanah jemaah yang mengangkatnya sebagai ketua takmir. Dia harus berhasil menemukan pencuri itu. Namun, Haji Karim bingung. Apalagi yang harus dia lakukan? Sudah banyak yang dia lakukan meski belum juga membuahkan hasil.

Saat terjadi pencurian kotak amal pertama kalinya selama wabah korona ini, Haji Karim langsung mengambil keputusan tegas. Dia memasang kamera pengintai di setiap sudut masjid. Usulan itu disepakati oleh rapat. Mereka yakin dengan kamera pengintai pencuri akan mudah dideteksi, lalu ditangkap.

Satu pekan kemudian, pencurian itu terjadi lagi. Anehnya, pencuri dapat mengelabui kamera pengintai hingga identitasnya tidak jelas. Pencuri itu menutup dirinya dengan kain serupa jubah yang sangat longgar dan wajahnya ditutupi serban putih sehingga tidak dapat terdeteksi wajah dan ciri-ciri tubuhnya. Kamera pengintai gagal untuk mendeteksi si pencuri itu.

Haji Karim pun langsung mengumpulkan anggota takmir. Dia meminta yang lain mencermati percuri yang terekam kamera pengintai. Tapi hasilnya sama saja, nihil. Mereka tidak dapat mengenali siapa pencuri itu.

Akhirnya, Haji Karim mengadakan pertemuan dadakan untuk membahas persoalan itu. Solusi baru apa lagi yang bisa dilakukan untuk menangkap pencuri kotak amal itu.

Keputusan rapat didapat. Melaporkan kejadian itu kepada polisi dan menyewa satpam untuk berjaga. Selain itu, kamera pengintai tetap dioperasikan sehingga semua dapat saling melengkapi.

Kabar penyebaran wabah semakin masif. Daerah kabupaten Haji Karim masuk ketegori merah. Aturan jarak sosial dan larangan berkumpul semakin diperketat. Sosialisasi makin digencarkan. Bahkan, kantor desa menerima surat resmi tentang aturan-aturan untuk menekan penyebaran wabah.

Begitu juga dengan masjid pimpinan Haji Karim. Mendapatkan surat langsung untuk memperketat aturan peribadatan selama musim wabah. Haji Karim pun mematuhi semua aturan itu, bahkan menyediakan cairan pemusnah wabah di gerbang masjid sehingga setiap orang dengan mudah cuci tangan.

Satu pekan setelah satpam berjaga, Haji Karim dikejutkan lagi dengan pencurian di masjidnya. Isi dua kotak amal sekaligus raib. Taksirannya, uang yang hilang tidak terlalu besar. Tapi yang membuat Haji Karim kesal, pencurian itu dilakukan di rumah Tuhan. Rumah yang sangat dihormati.

***

Mata Haji Karim berbinar. Tanda dia sudah menemukan solusi untuk menyelasaikan masalah ini. Dia tak sabar untuk segera magrib dan isya. Dia akan melaskanan rapat bersama takmir malam itu juga.

“Saya sudah menemukan jalan untuk menghentikan pelecehan di rumah Tuhan ini,” tutur Haji Karim setelah semua anggota rapat berkumpul sehabis salat Isya berjemaah.

“Kita akan menyewa anjing pelacak untuk menemukan si pencuri. Dan, anjing itu juga nanti akan berjaga dari jarak jauh untuk mengawasi masjid ini kalau-kalau pencuri itu beraksi lagi.”

Jemaah melongo. Mereka heran dengan apa yang diputuskan Haji Karim. Mereka tidak bisa membayangkan ada seekor anjing mondar-mandir di halaman masjid. Sementara anjing itu sendiri termasuk hewan yang najis menurut mereka. Haji Karim mengerti pada keheranan mereka.

“Kalian tidak perlu khawatir, anjing ini sangat cerdas dan patuh. Belum pernah gagal mendeteksi pencuri dan belum pernah salah menangkap pencuri. Anjing ini bisa menjaga dirinya bila ada di masjid. Ia tidak akan masuk ke area masjid. Anjing ini akan mengawasi dari jarak jauh,” tutur Haji Karim meyakinkan anggota rapat.

Rapat berjalan seperti yang diharapkan. Anggota rapat setuju dengan ide Haji Karim. Menggunakan angjing pelacak untuk menemukan pencuri yang beraksi beberapa hari yang lalu dan menjadikan anjing itu juga sebagai penjaga masjid.

***

Anjing itu memang cerdas. Satu kali diperintah, langsung beranjak, mengendusi jejak-jejak pencuri. Haji Karim bersama beberapa takmir yang lain mengikutinya dari belakang. Mereka yakin, kali ini akan berhasil meringkus si pencuri kotak amal masjid itu. Apalagi, tuan anjing ini menyampaikan kalau anjingnya tidak pernah gagal. Dalam benak mereka menari-nari hukuman yang akan diberikan kepada si pencuri. Hukuman itu harus setimpal, bahkan bila perlu dilebihkan agar jera karena sudah melecehkan Tuhan di rumah-Nya sendiri.

Anjing itu terus berjalan. Mengendus-ngendus. Dalam hitungan menit, satu menit, dua menit, lima menit, anjing itu berhenti. Dia menggonggong tepat di halaman rumah seorang warga di sebelah barat masjid. Sangat dekat. Tuan si anjing mendekati Haji Karim. Menyampaikan kalau pencuri yang dicarinya berada di dalam rumah itu. Rumah kuno yang tampak kusam karena sudah tak pernah lagi dicat. Haji Karim sangat tahu siapa pemilik dan penghuni rumah itu, Pak Karman. Lelaki dengan usia kepala lima dengan istri yang sudah sakit menahun dan tiga orang anak.

“Kita kembali!” ucap Haji Karim tiba-tiba.

Mereka yang mengikutinya terkejut. Kenapa Haji Karim tidak langsung saja meringkus penghuni rumah itu, padahal petunjuk sudah jelas. Tapi wibawa Haji Karim terlalu kuat sehingga tidak ada yang protes, kecuali menahan heran dalam hati. Semua mengikut saja apa perintah Haji Karim.

“Sekarang, biarkan anjing ini berjaga di masjid ini. Kita lihat apa yang terjadi kemudian,” kata Haji Karim setelah tiba di depan gerbang masjid.

Tak perlu menunggu lama. Satu minggu kemudian, semua jemaah saat selesai salat Asar dikagetkan oleh anjing yang menggonggong dan seorang lelaki yang berteriak-teriak. Lelaki itu jatuh tersungkur di belakang masjid karena dikejar anjing penjaga itu. Bahkan, kaki lelaki itu sudah berhasil digigit oleh si anjing. Lelaki itu bernama Pak Karman.

***

Malam itu Haji Karim memutuskan untuk tidak pulang ke rumah. Dia akan beriktikaf di masjid selama tiga hari. Pikirannya tak tentu. Dia mengutuki dirinya yang telah alpa terhadap keadaan warga di sekitar masjid. Pengakuan Pak Karman sebagai sumber mula kesadarannya.

“Saya benar-benar minta maaf. Saya khilaf. Saya akan ganti uang itu setelah keadaan ini kembali normal dari wabah dan saya dapat bekerja lagi. Sungguh saya terpaksa melakukan itu,” ucap Pak Karman mengiba kepada takmir masjid, khususnya kepada Haji Karim, saat diadili.

Haji Karim menyadari itu. Sejak wabah menyerang dan diberlakukan peraturan pembatasan sosial, banyak pekerja dirumahkan, termasuk Pak Karman harus rela tak mangkal lagi sebagi tukang ojek. Sepi. Keadaannya diperparah oleh istrinya yang sudah sakit menahun dan butuh pengobatan. Biaya hidup juga makin bertambah karena ketiga anaknya harus belajar dari rumah dan tentu menghabiskan banyak kuota internet.

Bayangan penderitaan warga yang lain juga berkelabat di benak Haji Karim. Pak Rudi, tukang becak. Pak Ruto, pedagang buah di pasar Bangkal yang ditutup karena wabah. Dan deratan orang-orang serupa yang putus kerja karena wabah ini.

Haji Karim benar-benar terpukul. Dia terus melafalkan istigfar. Dia berjanji akan mengubah arah kebijakan dan program masjid yang dipimpinnya. Dia tidak hanya akan menjadikan masjid sebagai saluran ritual yang nyaman, tapi juga aksi sosial yang memberdayakan jemaah dan warga sekitar. “Ini hikmah anjing dan wabah,” kata Haji Karim pada dirinya sendiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salut dengan tulisan ini pak, bagus sekali

18 Aug
Balas

Terima kasih, Pak.

18 Aug



search

New Post