BANTU CARI PLOT, DONG!
Sudah dua hari ini saya tidak mem-posting tulisan di Gurusiana. Alasannya, bukan karena saya tidak menulis – saya menulis setiap hari – tapi, karena saya di awal menetapkan untuk menulis cerpen, bukan yang lain maka saya ingin cerpen saja yang di-posting. Temanya pun tentang “perempuan”.
Jujur saja, saya enggan untuk berpindah dari tema itu. Tapi ketika cerpen tidak selesai maka saya pikir perlu memaksa diri untuk menulis dan mem-posting tema yang lain. Namun, saya tidak akan menulis cerpen, melainkan artikel atau opini populer sebagai pilihan, seperti tulisan ini. Saya tidak mau merusak imajinasi saya tentang perempuan.
Kali ini, saya sedang menggarap cerpen tentang perempuan dari sudut pandang kapitalisme. Tapi saya masih bingung membuat plot dan penokohannya yang menarik. Saya tulis ini, barangkali ada dari kawan-kawan yang dapat membantu saya menemukan plot dan penokohan yang subhanallah.
Cerpen “perempuan dalam sudut pandang kapitalisme” yang sedang saya coba tulis ini, saya rasa masih relevan untuk saat ini. Perempuan di sini tidak dibidik hanya sebagai objek produk atau konsumen kapitalis, seperti bagaimana kapitalis menciptakan mitos kecantikan, melainkan bagaimana kapitalisme mengonstruksi perempuan sebagai pelayan. Ya, seperti pelayan di minimarket atau mal-mal.
Cerita ringkasnya begini. Ada seorang perempuan desa yang terpaksa mengadu nasib ke kota karena menjadi tulang punggung keluarga. Bapak si perempuan sedang sakit, sedangkan ibunya tidak mungkin meninggalkan suaminya untuk bekerja. Si perempuan itu, sebagai anak, memilih untuk bekerja ke kota.
Setiba di kota, perempuan itu memasukkan lamaran ke beberapa minimarket. Hasilnya, dia diterima di salah satu minimarket. Perempuan ini cukup menarik, hanya saja perlu sedikit perawatan.
Ketika dia sudah aktif bekerja, direktur minimarket itu menegurnya dengan kata-kata yang sangat kasar. Intinya, kenapa dia tetap “kusam” padahal sudah dikatakan bahwa dia harus berperawatan dan tampil lebih menarik. Dia merasa terhina, apalagi itu dikatakan di hadapan kawan-kawannya.
Dia ingin berhenti, tapi tidak mungkin karena dia satu-satunya harapan keluarganya. Kalau dia berhenti, siapa yang akan memenuhi kebutuhan keluarganya karena dia anak tunggal. Intinya, dia gelisah.
Akhirnya, dia memutuskan untuk tetap bekerja sebagai pegawai minimarket itu. Namun, dia segera menemui kawannya yang dulu sempat menawarinya untuk suntik pemutih. Sekarang dia akan melakukan suntik pemutih itu. Dia berpikir harus tampil maksimal karena cewek tidak menarik sangat tidak dihargai di tempat kerja seperti minimarket itu. Perempuan menarik itu pun didefiniskan dan ditampilkan dengan kulit yang putih bersih.
Singkat cerita, perempuan itu benar-benar melakukan suntik pemutih. Tidak perlu menunggu lama, beberapa hari kemudian kulitnya pun putih dan bersih seketika. Di tempat kerja, dia pun diterima dengan baik.
Persolannya, belum sampai satu tahun, perempuan itu sudah gagal ginjal dan satu ginjalnya harus diangkat. Ironisnya, dia tak punya pilihan lain kecuali tetap bekerja di situ. Maka, dia pun terus bekerja di situ dan tetap menggunakan suntik pemutih agar tetap dipertahankan di tempat kerjanya. Hingga pada akhirnya, ginjalnya yang tersisa pun harus diangkat.
Namun, diam-diam ibunya mendonorkan ginjalnya demi anak semata wayang itu. Tapi sayang, setelah donor ginjal itu dilakukan, perempuan itu hanya bisa bertahan selama beberapa bulan. Parahnya lagi, saat itu dia juga sedang hamil di luar nikah karena dipaksa berhubungan dengan atasannya demi pekerjaan.
Perempuan itu hilang hidupnya dan keperawanannya karena diperkosa kapitalis. Tentu, kapitalis di sini dalam kerangka yang lebih luas. Artinya, dia menjadi sedemikian rupa untuk memenuhi kepetingan pemodal, yaitu akumulasi modal kaum kapitalis. Jadi, apa yang terjadi pada perempuan itu saya pahami sebagai dampak dari perilaku kapitalis, baik langsung ataupun tidak.
Nah, itu kerangka yang coba akan saya tulis menjadi cerpen dengan judul Perempuan yang Diperkosa Kapitalisme. Tapi sayang, sampai sekarang saya belum dapat plot dan penokohannya yang pas. Barangkali ada kawan-kawan yang bisa bantu. Saya tunggu. Oke!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
nah, akhirnya ketemu juga, beranda Andah yaa
Saya akan mencoba membantu menginspirasi calon cerpen yang akan ditulis. Kalau menurut saya, judul itu diganti dengan _Menukar Keperawanan di Minimarket_ Tokohnya adalah seorang pemuda yang sekaligus atasannya ternyata teman sewaktu sekolah dahulu..Berikutnya adalah si gadis yang diperkosa ini dia selidik punya selidik ternyata sudah bukan rahasia lagi bahwa pada umumnya para penjajah kecantikan di minimarket itu sudah hilang perawannya. Rata-rata mereka menukar kesucian dirinya demi diterimanya sebagai pramuniaga di minimarket tersebut. Meskipun tidak semua. Karena masih ada yang kokoh keimanannya.Coba ceritakan juga, tokoh perempuan itu bertanya kepada sesama pelayan minimarket di tempat lain. Sebab tidak menutup kemungkinan cara-cara seperti itulah mereka kaum kapitalis seenaknya merampas kesucian para gadis muslimah khususnya.Hal ini juga terjadi dikalangan artis yang ingin menjadi terkenal harus rela mengorbankan kesuciannya kepada produser-produser nakalBukan rahasia lagi para TKW yang bekerja di luar negeri, juga terjadi pemerkosaan di tempat-tempat penampungan mereka sebelum berangkat bekerja.Ini saja dulu yang bisa saya sumbangkan pemikiran baru, mungkin bisa menjadi tambahan alur cerita. Mohon maaf terima kasih.
Ouwh. Ngeri oh ngeri.. Tapi keren.ini.. lanjuuuttttt!!!!
Siap!!!!