KATA AL-QUR'AN TENTANG TULISAN
“Menulis adalah sebuah keberanian....”
~ Pramoedya Ananta Toer ~
Saya tidak ingin mengatakan ini dilupakan, cukup kurang atau belum disadari saja, khususnya oleh umat Islam. Bahwa, tulis-menulis itu adalah sesuatu yang amat penting. Bahkan, demi tegak dan berlangsungnya agama Islam itu sendiri hari ini hingga masa mendatang.
Kita tidak bisa membayangkan, bagaimana agama Islam yang kita anut hari ini seandainya dulu para sahabat tidak menuliskan wahyu Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Atau, dibukukan dan dijadikan mushaf seperti yang ada sekarang ini. Mungkin, ajaran Islam yang kita dapat sudah jauh dari orisinalitasnya.
Jelas dan lugas, salah satu bukti betapa pentingnya tulis-menulis itu adalah Al-Qur’an itu sendiri. Bila Al-Qur’an tidak ditulis maka sudah dipastikan hanya segelintir orang yang dapat memanfaatkannya. Dan, ini akan lebih jelas lagi ketika kita membuka isi kitab suci Al-Qur’an ini pada surah al-‘Alaq ayat 4, (الذي علم بالقلم), “Yang memberitahu dengan pena”.
Muhammad Ibn ‘Umar Ibn al-Husain Ibn al-Hasan Ibn ‘Aliy, yang dikenal dengan nama Ar-Razy dan bergelar Fakhruddin (kebanggan agama), dalam kitab tafsirnya, Mafatih al-Ghaib, menafsirkan “qolam” dengan tulisan atau naskah. Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab tafsir Marah Labid Likasyfi Maknal Qur’an, menafsirkannya dengan “tulisan” dengan pena. Bahkan, menurut Syekh Nawawi, tanpa itu agama tidak akan tegak.
Dalam kitab tafsirnya, Ar-Razy juga mengutip percakapan Nabi Sulaiman As dengan Ifrit tentang kalam (ucapan). Menurut Ifrit, kalam hanyalah angin yang akan berlalu atau tidak akan abadi, sementara tulisan adalah pengikat kalam dan pena (qolam) ibarat pemburu yang akan menangkap ilmu atau pengetahuan. Lebih dari itu, ditegaskan bahwa dengan bergeraknya pena maka ilmu akan abadi melampau waktu, siang dan malam.
Bila demikian, begitu pentingnya tulisan hingga Allah SWT mewahyukan dan mengabadikannya dalam Al-Qur’an. “Yang memberitahu dengan pena (tulisan), memberitahu manusia apa yang tidak diketahuinya”. Umat Islam memang sudah seharusnya menjadi umat yang paling gemar literasi (baca-tulis) sebab ini sudah jelas tertera dalam kitab suci Al-Qur’an. Terlebih, perintah pertama tuhan sebelum perintah-perintah yang lain seperti shalat dan puasa adalah membaca (Iqro’).
Namun demikian, kita tidak akan pernah menemukan satu bab atau satu bagian khusus dalam kitab klasik, baik fiqih, tasawuf, apalagi tauhid yang membahas tentang baca-tulis ini. Bahkan, sekarang pun kita akan kesulitan mencari fatwa tentang baca-tulis ini sekalipun sudah jelas ada dalil dan begitu besar manfaatnya.
Meski demikian adanya, bukan berarti kita harus menyepelakan kegiatan membaca dan menulis tersebut. Fakta sudah ada di hadapan kita semua bahwa membaca dan menulis merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi kita. Banyak pengetahuan yang kita dapat dari tulisan atau buku. Tentu saja kita juga ingin menjadi orang yang bermanfaat. Maka, berbagilah pengetahuan dan kebaikan dengan menulis dan menulis.
Negara hari ini juga sudah mengeluarkan kebijakan khusus terkait baca-tulis, secara umum literasi. Upaya tersebut dikenal dengan Gerakan Literasi Nasional (GSN) dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Tentu ini karena pemerintah sudah sadar betapa pentingnya kegiatan literasi tersebut.
Sebelum diakhiri, saya ingin kutipkan apa yang dikatakan Pramoedya Ananta Toer tentang menulis. “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Lalu, apa kita masih ragu untuk menulis? Atau kita masih punya alasan untuk tidak menulis? Saya pikir bukan itu pertanyaannya, tapi kapan kita akan mulai menulis kalau bukan sekarang? Taqobbalallah minna wa minkum. Anta maksudi wa ridaka matlubi. Aamiin.
Salam Literasi...!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan di atas cukup berbobot. Sy memandang dari sisi penulisan kata 1. Al-Qur'an sesuai dan baku. Meskipun ada polemik diganti dengan Alquran. Saya tidak setuju. 2. SWT, sangat sutuju meskipun yang baku Swt. Alasannya, kalau bahasa Arab Subhanahu Wa Ta'ala. Jadi huruf itu berdiri sendiri.3. SAW sebaiknya tidak disingkat, _Shalallahu 'Alaihi Wasallam_ 4. kata Tuhan selalu huruf kapital 't' - nya Tapi ini saya rasa salah pendek saja.5. Kata 'dan' tidak menjadi awal kalimat.Itu saja dulu koreksi dari Al fakir yang ssna- sama belajar. Mohon koreksinya juga dari yang lain, mungkin koreksi saya juga ada yang salah.
Semangat untuk menulis...
Semangat...!!!