Lima Gaya Penulisan Tembus Media Massa Populer
"Lima Gaya Penulisan Tembus Media Massa Populer"
Oleh: Edy Siswanto
Banyak orang termasuk guru begitu susah untuk menulis. Terutama menulis untuk bisa tembus di media massa apalagi yang ternama. Untuk bisa tembus memang butuh perjuangan yang tak mudah. Memang berat dan susah. Namun bisa ditempuh dengan cara berusaha terus, mencoba terus berulang-ulang dengan gigih.
Selain media massa juga punya ciri khas dan gaya bahasa sendiri. Bersaing dengan dosen, pakar dan para guru besar dari perguruan tinggi yang sudah punya nama. Seringkali tulisan guru dianggap tak mutu. Mesti bisa menyelami gaya bahasa mereka yang sering dimuat. Juga mempunyai arah dan kecenderungan baca : media massa mainstrem.
Media mainstream adalah istilah dan singkatan yang digunakan untuk merujuk secara kolektif ke berbagai media massa besar yang mempengaruhi sejumlah besar orang, dan keduanya mencerminkan dan membentuk arus pemikiran yang berlaku dimasyarakat. Karenanya tak mudah apalagi jika "muatan" pesan tulisan kita bisa ditebak akan kemana arahnya, yang berbeda dengan arus pemikiran media "mainstream" seringkali tulisan kita akan ditolak dibuang dalam keranjang dan tong sampah.
Seringkali sebagai orang diluar "mainstream" yang mempunyai pemikiran diluar "out of box" tak bisa banyak berharap tulisannya bisa bertengger disana.
Sebagai sebuah keterampilan, ada yang bilang menulis bukanlah kepandaian. Bukan pula bakat seseorang dari lahir. Bukan. Namun skill yang mesti diasah setiap saat. Layaknya pisau jika tidak diasah akan tumpul dan tidak tajam lagi.
Menulis dimedia massa sebenarnya mudah. Hanya tahu permasalahan dalam topik atau tema sesuatu yang sedang trend. Khususnya yang sedang aktual dan faktual. Selanjutnya memberikan tawaran gambaran atau solusi memberikan kesimpulan atau penutup.
Itu yang dibahas dan diperdalam dengan gaya bahasa sesuai dengan media massa mainstream tersebut. Yang susah adalah menerbitkannya. Belum tentu yang tidak terbit atau tidak dimuat selalu jelek. Belum tentu. Pun demikian yang dimuat selalu baik. Tidak. Tidak seperti itu.
Sepandai apapun seseorang dalam ilmu pengetahuan. Jika kemampuan menulis tidak diasah maka akan hilang. Artinya siapapun bisa asal terus mencoba, mencoba, dan mencoba. Berlatih, berlatih, dan berlatih. Menulis, menulis, dan menulis. Begitu latihannya. Jika anda susah menulis? Tulislah "saya susah menulis".
Tidak ada persyaratan utama untuk bisa menulis sebenarnya. Selain hanya "bisa menulis itu sendiri". Jadi semua orang sebenarnya pasti bisa menulis. Karena itu adalah kebiasaan. Namun yang diketahui adalah cara dan teknik menulis agar bahasa tidak diulang-ulang. Teknik pilihan kata (diksi) yang tepat sehingga pas dan enak ketika dibaca itu saja, lain tidak ada. Dan itu memerlukan pembiasaan yang berulang-ulang.
Adapun kebiasaan membaca, mencatat, latihan dan kegigihan tidak putus asa oleh cibiran, celaan dan cemoohan. Bahkan bahan ketawaan karena dianggap tulisan kita jelek dan layak dibuang ke tong sampah. Tak pernah ada yang baca. Tak pernah ada yang comen apalagi apresiasi tak masalah. Itu hanyalah syarat pendukung saja. Penulis pemula mesti tebal telinga. Kritik setiap saat masuk telinga kanan keluar telinga kiri tak perlu marah maupun tersinggung. Dengarkan saja dan selalu perbaiki setiap saat.
Tjahjono Widarmanto dalam buku Pengantar Jurnalistik Panduan Awal Penulis dan Jurnalis. Menyatakan sedikitnya ada lima gaya penulisan untuk tembus media masa populer. Gaya penulisan seseorang berbeda-beda, tidak bisa dan tidak boleh disamakan. Tidak bisa memaksa orang lain untuk bergaya sama untuk menulis sesuai keinginan kita.
Pertama, gaya penulisan reporting (melaporkan) atau memberi informasi tentang kejadian atau peristiwa yang sedang berlangsung atau baru saja berjalan. Ini mudah sebenarnya siapapun bisa mereport tinggal membiasakan saja.
Kedua, gaya penulisan mengedukasi, menjelaskan pemikiran yang salah mengatasi masalah dan bagaimana solusinya seringkali dipakai dalam tulisan opini atau wacana pada media massa populer. Ini mesti punya bekal pisau analisa. Membandingkan pemikiran keliru dan mengungkap dan menjelaskan kekeliruannya dan memberikan solusi alternatif yang bisa ditempuhnya.
Ketiga, gaya penulisan untuk mempengaruhi atau mengajak seringkali dipakai untuk tulisan publikasi dan informasi atau promosi terhadap suatu produk. Bagaimana tulisan bisa membawa kealam tanpa sadar sehingga pembaca tidak hanya hanyut dalam buaian sang penulis namun akhirnya mau mengikuti alur pikirannya. Kalaupun ada produk sampai mau membelinya.
Keempat, gaya penulisan yang untuk merespon fenomena sosial dan alam sekitar. Seringkali untuk seorang pemerhati dan para pengamat. Berisi kritik saran dan usulan. Namanya masukan saran tak mesti bisa dijalankan oleh pemegang kebijakan hanya bisa menjadi rambu-rambu dan acuan dan sebagai pengingat.
Kelima, gaya penulisan sebagai media penghubung bercakap-cakap antara pemikiran satu dengan lainnya bahkan bisa diolah dalam sebuah cerita baik fiksi (rekaan) maupun non fiksi (nyata) bisa disebut novel atau cerpen (cerita pendek). Pandai merangkai kata. Yang khayal bisa menjadi kenyataan selain bersifat rekreatif.
Nah urutan gaya penulisan inipun hemat penulis tidak menggambarkan tingkatan kesulitan dalam menulis. Tak ada paksaan mau mengikuti atau tidak. Dan tak usah merasa bahwa kita dilevel mana dalam gaya penulisan. Tidak usah.
Nah setelah kita mengetahui masing-masing dari gaya penulisan masuk kategori manakah gaya penulisan kita? Bagaimana jika kita bisa menguasai kelima gaya tersebut? Hebat tulisan kita hidup tak pernah bosan membacanya. Mengalir bak air sungai brantas.
Menulis sebenarnya soal rasa. Tak bisa dipungkiri kecenderungan orang bisa dibaca model gaya tulisannya. Nah yang sudah bisa membaca apakah kita menguasai lima gaya diatas atau tidak adalah yang telah menguasai lima gaya penulisan diatas.
Jika kita belum bisa menguasai lima gaya penulisan diatas, apalagi secara bersamaan dalam sebuah produk tulisan, minimal berawal dari satu gaya saja sudah cukup bagi pemula, dipastikan kita belum bisa menilai seorang menguasai lima gaya diatas. Pun sebaliknya. Setidaknya gaya penulisan diatas dalam pengamatan penulis yang sering dipakai tembus media massa populer semoga.. selamat mencoba..
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
pancerah bagi yang ingin nulis.... sangat bagus
Trims pak.. sama2..
enak masuk yang mana,yha? Yang jelas posisi itu dalam perjuangan. Salam Pak!
Ya pak mempertahankan dan menyebarkan virus kebenaran dalam perjuangan itulah yang utama.. he..
ok.. pak ! salam sukses
Alhamdulillah, sang Suhu sedang mengeluarkan ilmu-ilmu andalannya dalam menulis, Barokallah Pak Edi
Wauw.. ini semua.. krn ketularan virus yai syech.. he.. joss..
Terima kasih share tulisannya Bapak, sangat bermanfaat dengan gaya penulisan dan tipsnya....semoga sehat n sukses Pak...
Terima kasih bu.. sama2.. amiin..
Trimakasih Pak, telah berbagi ilmunya... Sangat bermanfaat.
Sama2 bu trima kasih..
terima kasih dengan pencerahannya dlm masalah penulisan.Sangat bermanfaat
Terima kasih bu.. sama2..
Sungguh pencerahan yang sangat bermanfaat sekali. Trims pa
Sama2 semangat selalu..#selalu sama2 menyemangati..hehehe..barakallah..sdh mapir di lapak kami..oke..
Lima gaya dalam penulisan, informasi, edukasi, mempengaruhi, merespon dan media penghubung, dapat menjadi pilihan dalam menulis. Tulisan saya termasuk yang mana yah Pak, hehehe. Maaf Pak tatatulis masih terdapat beberapa kesalahan, seperti PREPOSISI DI yang masih seringkali seharusnya dipisah ternyata disambung, seperti kata DI MEDIA, masih ada yang ditulis DIMEDIA. Kata yang benar DIMUNGKIRI bukan DIPUNGKIRI. jangan ada kata DAN diawal kalimat. Maaf. Sukses selalu dan barakallah
Wauw... he... luar biasa bu ropiah yang sangat jeli dan teliti...itu ketika belum sampai pada lima gaya penulisan akhirnya banyak salahnya.. he.. trims..
Saya suka pak. Dan mantap. Terima kasih.moga sukses
Terima kasih pak.. sama2..
Waduh.... senang sekali bisa bergabung dengan guru2 hebat.... banyak hal yang bisa didapat.
Sama2 pak.. sukses selalu..