Effen Effendi

Lahir di Garut, saat ini menempati rumah impian di Kota Bekasi. Bertugas di Direktorat Dikdasmen YPI Al Azhar Jakarta. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

001. Murid Tidak Belajar Agama di Sekolah

Setelah menunaikan shalat Shubuh, tiba-tiba ada seorang jamaah yang meminta waktu "sedikit" berdiskusi. Dia menceritakan putrinya menyampaikan testimoni tentang sekolah yang dulu pernah belajar di dalamnya.

"Saya tidak belajar agama di sekolah saya". Sebuah ungkapan yang sangat jujur disampaikan kepada ayahnya tentang apa yang dialaminya. Bukan berarti di sekolah tidak diajarkan agama karena kurikulum agama lebih dari enam jam setiap minggu atau tidak ada guru yang mendampinginya, karena guru hadir di kelas, namun apa yang dirasakan selama belajar 12 tahun di sekolah, tidak merasakan layanan belajar agama.

Perkataan itulah membuat penulis mencoba untuk menganalisis apa yang diungkapkannya. Bisa jadi anak tersebut tidak merasakan suasana belajar di kelas karena cara guru mengajar tidak merangsang dirinya untuk berfikir dan berbuat sesuatu. Bisa juga, gurunya tidak menjadi teladan dalam berbicara, baik di kelas maupun di luar kelas. Kemungkinan besar ungkapan itu dilatarbelakangi dari sikap guru di kelas.

Sebuah ungkapan yang terkenal mengatakan bahwa metode itu lebih baik daripada materi, dan guru lebih baik daripada metode, tetapi ruh guru lebih baik dari segalanya. Pelajaran Agama itu sangat penting untuk pedoman hidup murid sepanjang masa, namun jika ruh guru tidak ada, ilmu yang disampaikan tidak didasari niat baik, hampa keikhlasan, dan penuh kesombongan, maka tidak ada proses pembelajaran di dalam kelas.

Jalaudin Ar Ruumi, dalam bukunya, Fiih MAA Fiih, seseorang berkata:" Guru kita tidak menyampaikan apapun". Rumi menjawab:"Demikianlah, orang ini telah muncul di hadapanku karena citra mental yang ada dalam diriku". Karena mental miliku tidak menanyakan kabar". (Buku Fii Maa Fiihi, hal: 11)

Seorang murid tidak akan merasakan belajar dengan gurunya karena kesenjangan hati antara keduanya yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Guru sebagai penentu keberhasilan aktifitas belajar di kelas. Bagaimana mungkin anak itu mengatakan tidak belajar agama kalau gurunya mengajarkannya dengan menyenangkan dan antusias.

Kata-kata guru masih sebuah bayangan, bisa hilang secepat mungkin. Namun perbuatan guru dapat menjadi teladan selamanya. Wahai guru, Perbanyak amal sesuai kata yang disampaikan. Perbaiki dirimu sebelum "memaksa" memperbaiki yang lain. Ruh guru lebih penting dari segalanya.

Bekasi, 5 Maret 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post