114. Kasih Sayang dicabut
Jika kita ingin menguji diri apakah masih ada kasih sayang dalam hati kita, maka cobalah perhatikan seorang anak kecil yang menangis karena luka, apakah kita meneteskan air mata?. Air mata yang keluar merupakan bukti bahwa dalam hati kita masih ada kasih sayang.
Suatu hari Rasulullah SAW pernah melihat anak kecil sedang menangis karena terluka, kemudian beliau meneteskan air mata. Inilah kasih sayang yang diberikan oleh Allah SWT kepada hambaNya. Pertanyaan bagi kita, apakah pernah kita bersedih dan meneteskan air mata ketika mendengarkan atau menyaksikan seorang murid sedang dalam kesedihan atau terluka. Jika kita tidak memiliki sikap tersebut, maka apakah kasih sayang Allah SWT masih kita miliki?.
Pada waktu yang berbeda, Rasulullah SAW menyaksikan puteranya meninggal dunia, kemudian beliau menangis. Ada salah seorang sahabat bertanya kepadanya alasan mengapa menangis. Kemudian Rasulullah menjawab inilah Rahmat yang telah diberikan Allah SWT kepada seorang hambaNya.
“Sesungguhnya mata ini menitikkan air mata dan hati ini bersedih, namun kami tidak mengatakan sesuatu yang tidak diridhai Rab kami. Sesungguhnya kami bersedih dengan kepergianmu wahai Ibrahim.” (HR. Bukhari).Melihat air mata Nabi yang bercucuran, Abdurrahman bin Auf bertanya, "Engkau juga menangis Rasulullah?" Rasulullah menjawab ini adalah tangisan kasih sayang.
Setiap orang memiliki kasih sayang. Inilah anugrah Allah SWT yang dibagikan kepada setiap makhlukNya, termasuk di dalamnya manusia. Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa Allah SWT memiliki 100 kasih sayang, satu kasih sayang diberikan kepada seluruh makhluk di dunia dan 99 kasih sayang akan diberikan di akhirat. Setiap makhluk memiliki kasih sayang, binatang buas pun memiliki kasih sayang kepada anaknya.
Allah menciptakan 100 rahmat, lalu Allah meletakkan satu rahmat diantara para hambaNya dan Allah menyimpan 99 rahmat di sisiNya” (HR Muslim)
Kasih sayang atau dikenal juga sebagai secara harfiah adalah semacam status kejiwaan yang disebabkan oleh pengaruh eksternal. Istilah ini dalam bahasa Inggris sering digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua orang yang lebih dari sekadar rasa simpati atau persahabatan. (Wikipedia)
Orang tua memiliki kasih sayang kepada anaknya, demikian pula guru memiliki kasih sayang kepada muridnya. Guru yang memiliki kasih sayang dalam hatinya, ia akan selalu merasakan apa yang dirasakan oleh muridnya. Kasih sayang perlu bukti bukan janji. Karena kasih sayang tidak akan ada bagi orang yang mengabaikannya.
Rasulullah SAW berkata kepada seorang orang tua yang tidak pernah mencurahkan kasih sayangnya kepada anaknya, "Apakah aku bisa mencegah darimu jika Allah mencabut kasih sayang dari hatimu” (HR Al-Bukhari). Bagaimana akibatnya jika Allah SWT mencabut kasih sayang dalam hati kita. Orang tua yang tidak mencurahkan kasih sayangnya kepada anaknya akan mengakibatkan hilangnya kebersamaan di antara mereka, saling bermusuhan, bertikai, dan hilangnya kebahagiaan dalam hidupnya.
Apakah kita pernah mencium, memeluk anak kita. Konsep pendidikan kasih sayang dimulai dari sikap orang tua kepada anaknya. Abdul Muhsin Al-Badr dalam kitabnya "Ahaditsul Akhlak" menjelaskan dari kisah Aqra' bin Habis at-Tamimi yang menjadi musabab lahirnya sebuah hadits yang mulia. Aqra' merupakan seorang sahabat yang memiliki 10 anak. Namun, ia merasakan kekeringan hubungan dengan anak-anaknya. Ia adalah seorang bapak, yang memiliki tanggung jawab utama mencari nafkah.
Suatu ketika ia sedang berjalan dan bertemu dengan Rasulullah SAW. Beliau SAW sedang menggendong dan menciumi kedua cucunya, Hasan dan Husein. Aqra' berkata. “Ya Rasulullah, aku memiliki 10 anak, namun tak ada satu pun yang pernah kucium.” Mendengar sikap Aqra' terhadap anaknya, Rasulullah SAW lantas bersitatap tajam dengannya. “Ketahuliah,” sabda Beliau SAW, “Siapa pun yang enggan menyayangi, niscaya tidak akan disayang.”
Perhatian kepada anak merupakan bentuk kasih sayang. Pelukan dan ciuman bagian dari kasih sayang yang wajib ditunaikan. Anak perlu digendong untuk menumbuhkan kasih sayang kepadanya, nanti dia akan menyayangi kita di masa yang akan datang. Dalam kondisi zaman sekarang ini, jarak komunikasi orang tua dan anak semakin menjauh. Kesibukan orang tua dengan pekerjaannya membuat celah hubungan kurang tertata rapih dalam keluarga. Anak-anak sibuk dengan aktivitasnya karena mereka melihat orang tua yang tidak memperhatikannya.
Jika kerenggangan hubungan ini terjadi, maka Allah SWT akan mencabut kasih sayang dalam diri kita. Orang tua segera menyadari dan mengembalikan suasana kasih sayang dalam keluarga sebelum terlambat. Kasih sayang kepada anak dapat diwujudkan dengan sapaan, bertanya kabar, menanyakan kegiatan, dan ungkapan lainnya yang membuat mereka merasa diperhatikan. Kasih sayang dalam bentuk pendampingan mengerjakan tugas sekolah atau memfasilitasi sarana belajar dapat meningkatkan hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kasih Sayang dicabut, parenting penuh hikmah
Terima kasih bu Fitri.. salam literasi
Kereeen parentingnya, Pak. Sslam literasi
Terima kasih pak Dede. Salam literasi