Sebagai PNS wanita yang sudah menikah, ada ketentuan harus memiliki kartu suami. Biasanya kami menyebutnya KarSu. KarSu ini kelak menjadi bukti bahwa si suami memiliki isteri sebagai PNS.

Beberapa hari yang lalu, pak Yanto TU kami meminta untuk mengumpulkan KarSu. Saya sibuk mencari KarSu tetapi, tidak ditemukan.

Saya merasa selama ini suami yang menyimpan. Ya, namanya juga kan kartu suami. Tetapi suami bersikukuh tidak memegang KarSu. Ini memang bisa dimaklumi karena hampir 28 tahun KarSu dibuat tetapi belum pernah dipergunakan. Jadinya hanya dipegang-pegang saja.

Kami bisa membuat Karsu baru, tetapi untuk mengurusnya saya agak malas, karena ada ketentuan yang agak sulit dilaksanakan. Kami harus melegalisir surat nikah di tempat kami menikah dulu.

Kami dulu menikah di desa yang jaraknya puluhan kilo dari tempat tinggal kami sekarang. Hal itulah yang membuat kami mengurungkan niat untuk membuat KarSu baru.

Beruntung saya masih memiliki fotocopy KarSu yang lama. Pak Yanto tidak mempermasalahkannya. Karsu tersebut bisa saya gunakan.

Ternyata masalah KarSu sedang menjadi perbincangan hangat di ruang guru.Bu Ros yang sudah menikah lama dan anaknya sudah dewasa bahkan ada yang sudah menikah, baru mau membuat KarSu.

"Tapi suami punya kan bu Ros?" kata bu Euis. Guru pindahan ketika melihat bu Ros teman saya sedang sibuk mengurus KarSu.

"Suami saya? ya...ada di rumah" jawab bu Ros dengan wajah serius.

"Oo..ibu mah masih beruntung suaminya ada. Coba saya..punya KarSu tetapi suaminya gak ada! Jadi selama ini saya hanya megang-megang KarSunya saja. Suaminya mah dipegang-pegang orang lain." Kata bu Euis yang suaminya menikah lagi, dengan wajah kocak. Membuat kami yang mendengarnya jadi tertawa.

"Hey..masih mending atuh! Saya mah KarSu gak ada suami juga gak punya." Kata bu Irma berteriak dari belakang. Mendengarnya kami semua tertawa terpingkal-pingkal.

^_^