Efi Sufiah

Seorang pensiunan guru yang sedang asyik menggeluti hobby sebagai crafter sambil mengasuh cucu. Tertantang untuk menaklukan ketidakmampuan menulis, dengan mula...

Selengkapnya
Navigasi Web

Di Bawah Pohon Bugenvil

Beberapa siswi menghampiri saya, yang sedang pura-pura membaca buku di bawah naungan pohon bogenvil yang menyerupai payung persegi. Saya senang, kalau mereka berani menghampiri dan mengajak berbincang. Biasanya perbincangan berupa curhat. Ada yang curhat tentang dirinya, temannya bahkan protes tentang cara guru mengajar. Kadang curhatnya berupa kritik pada kebijakan sekolah. Ramai pokoknya. Beberapa siswi mengadu , " Buuu , kami nggak suka sama Ibu Anu." Ganti dong Bu ! " rengeknya manja. " Kami kan mau ujian, " Sambung mereka.

" Waduhhh. Mengapa ?" tanya saya.

" Ngajarnya nggak bener Bu !"

" Nggak bener gimana ? "

"Soal-soal yang ada di soal latihan, banyak yang nggak diajarkan , Buu, ".

" Kosa kata yang muncul di soal , nggak ada dalam pelajaran Buu ," kata mereka saling timpal.

" Kalo nanya nih, dia nggak langsung jawab, dia bilang ntar minggu depan jawabnya, masa sih Bu, kok guru kayak gini "sambung mereka. " Oke...oke..", saya mencoba menghentikan aduan mereka. " Nak, Ibu Anu , kata ibu sih guru yang baik, sabar, rajin, selalu setia dampingi kamu di kelas." Anak -anak gelisah, karena saya tidak merespon baik aduan nya.

" Kalau Ibu Anu harus memberikan semua ilmunya tentang Bahasa Indonesia, kamu siap menampungnya di otakmu ? Kasian dong otak kita." Telunjuk saya menempel di dahi.

"Kalau semua kosa kata harus diajarkan oleh gurumu, berarti kamu harus mempelajari kata-kata setebal Kamus Bahasa Indonesia lho, kamu mau ?" Mereka mulai mengangguk.

" Sebenarnya Bahasa Indonesia bukan hafalan, kalo kamu rajin baca, rajin mendengar, suka nulis, suka bicara, lihat deh, tanpa sadar kamu bisa jawab soal-soal Bahasa Indonesia dengan mudah dan benar. " Kata saya meyakinkan mereka. Mata mereka masih tidak percaya.

" Nak, ini berlaku untuk seluruh mata pelajaran juga sebenarnya. " Lanjut saya.

" Kalo guru tidak langsung menjawab, itu sebenarnya memberi kesempatan dulu, setiap

siswa menemukan jawaban yang berbeda. Nanti didiskusikan di kelas." Sambung saya.

" Itulah cara guru memintarkan kamu, berani-beraninya anggap guru mu bodoh, mereka sarjana lho." Canda saya.

Tawa mereka berderai, mengakhiri obrolan kami.

Sumedang, 10 Januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, bahagianya siswa bisa berbincang dengan Bu Guru yang bijak. Salam bahagia selalu, Ambu! Yeay ... senengnyaaa Ambu udah berhasil menulis di Gurusiana. Lanjuuut!

10 Jan
Balas

Hehehe... siapa dulu yang ngajaknya

28 Jan

Paling seru bahas cara guru mengajar

10 Jan
Balas

Makasih ya Neng ..

28 Jan

Makasih ya Neng ..

28 Jan

Yeah guru yang bijak, memberi teladan untuk anak didiknya. Mendengar dan mengarahkan ketika kekeliruan itu datang. Keren deh ulasan bunda kita ini. Salam kenal ya, Bun. Sehat selalu.

10 Jan
Balas

Makasih ya .. maaf ya baru bisa balas

28 Jan

Mantap bunda..salam kenal ya..

10 Jan
Balas

Makasih ya ..maaf baru bisa balas

28 Jan

Wah

10 Jan
Balas

Terima kasih ya... bahagia dikunjungi.

10 Jan
Balas



search

New Post