Efi Sufiah

Seorang pensiunan guru yang sedang asyik menggeluti hobby sebagai crafter sambil mengasuh cucu. Tertantang untuk menaklukan ketidakmampuan menulis, dengan mula...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tegas tak Terkendali

Tegas tak Terkendali

Oleh : efi sufiah

Pernahkah kita bertemu dengan anak didik yang berani mengatakan tidak? Ya, itu bagus. Tidak semua orang berani mengatakan tidak. Pada umumnya kita mengatakan ya meskipun hati kecil tidak setuju karena merasa segan kepada orang di depan kita.

Pernahkan kita mendengar anak yang menyampaikan pendapatnya dengan jelas, sementara orang lain memilih untuk diam, karena takut tidak disukai oleh orang atau takut menyinggung lawan bicaranya ?

Dua hal di atas menunjukkan kita sedang berhadapan dengan anak yang tegas. Ketegasan merupakan modal yang harus dimiliki seorang pemimpin. Ketidaktegasan membuat orang-orang tidak bahagia, karena membiarkan mereka menunggu dalam ketidakpastian.

Anak itu harus diberi apresiasi, diberi penguatan agar mereka tetap teguh dalam kebiasaaan baiknya.

Namun bila kita bertemu dengan anak yang mengatakan tidak, dengan nada tinggi, atau diteruskan dengan rentetan kalimat yang merendahkan, seolah-olah orang yang dihadapannya tidak berharga. Kita harus hati-hati

Kita pun harus hati-hati bila menemukan anak yang bicara dengan kasar baik secara verbal maupun secara fisik.tatapan mata yang menusuk, atau sinis, mengemukakan kritik dengan menyerang orang lain, sering menimpakan kesalahan kepada orang lain, bila orang lain bicara dia enggan mendengarkan.

Lihat bahasa tubuh mereka ketika sedang bicara,apakah menyiratkan orang lain salah,saya yang benar, menghina , mereka memaksakan kehendak tanpa menanggung konsekuensinya, dan merasa paling berhak, orang lain tidak.

Mary Clare Novak seorang Content Marketing Spesialis at G2 , menulis bahwa gaya berkomunikasi seperti itu disebut gaya komunikasi agresif.

Maksud saya harus hati-hati adalah, “ Hati-hati jangan tinggalkan mereka. “

Rengkuhlah mereka, karena biasanya mereka punya harga diri rendah, punya luka emosional yang belum sembuh di masa lalunya. Mungkin mereka pernah mengalami kekerasan fisik atau mental, dan mereka rentan pada penolakan dan rasa frustasi.

Sebenarnya komunikasi agresif yang ditunjukkan itu justru menunjukkan ketidakberdayaan mereka.

Yuk cari cara dulu bagaimana meningkatkan harga dirinya. Agar mereka menjadi calon pemimpin yang tegas bukan pemimpin yang egois.

Kutamaya, 8 Februari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sepakat Bunda..pemimpin yang tegas

09 Feb
Balas

Nuhuun Neng

14 Feb

artikel yang sarat onformasi. terima kasih Bunda. salam literasi

09 Feb
Balas

Terima kasiiih, salam literasi

14 Feb

trimakasih pencerahanya... salam sehat selalu

08 Feb
Balas

Keren Bunda....Salam sehat selalu

09 Feb
Balas

Makasih .salam sehat

14 Feb

Salam sehat ... nuhun Pak Sis

08 Feb
Balas



search

New Post