Efi Yuliza Salim

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

'Takut tu Keatas!' (Tantangan Hari1)

Bag.1 Tuduhan Palsu

Pagi yang cerah, bel tanda masuk kelas melengking tinggi menandakan seluruh siswa masuk ke kelas masing-masing. Pagi ini kebetulan aku tidak bergegas masuk kelas karena belum jadwal mengajarku. Udara sejuk terasa menerpa wajahku, ketika ku buka jendela belakang kantor. Sejenak ku tatap pemandangan hamparan sawah yang mulai menguning dan nun jauh disana berdiri kokoh dan megah gunung marapi yang hari ini tak ditutupi awan sama sekali, sehingga aku bisa melihat puncaknya yang tandus.

Madrasah ku memang terletak di daerah pedesaan yang diapit oleh perbukitan dan dikelilingi sawah-sawah penduduk sehingga suasana belajar mengajar kami jauh dari kebisingan. Suara kicauan burung terdengar seperti nyanyian rutin pagi di alam sekolah ku.

Tak berlama-lama segera ku kembali ke meja kerjaku, kuperhatikan ada beberapa teman sejawat ku yang sedang asyik dengan kesibukannya sendiri-sediri. Aku pun membuka laptop dan mulai mengerjakan tugas sekolah yang masih tertunda. Ketika jari jemariku sedang asyik menari-nari di laptop, seketika pintu kantor di buka dengan agak keras, sehingga menarik perhatian ku melihat apa yang sedang terjadi. Kulihat salah seorang guru dengan wajah kesal dan mata memerah menuju ke meja nya. Aku menduga dia telah mengalami sesuatu di kelas nya karena pagi tadi aku melihat dia membawa beberapa peralatan mengajar.

Kuhentikan kegiatan ku dan segera menuju ke meja nya. “Ada apa Bu Yuni?” Aku bertanya dengan keheranan karena selama aku bergaul dengan beliau di Madrasah ini tak pernah sekalipun kulihat Bu Yuni mengeluarkan air mata karena ulah siswa. Dia guru yang pemberani dan tegas. Perawakannya yang tinggi dengan garis-garis ketegasan diwajahnya menandakan dia tak kenal takut dengan siswa. Tetapi yang terjadi pagi ini, jauh dari kenyataan yang sebenarnya. Pasti ada sesuatu yang begitu hebat dan membuatnya seperti ini.

Seketika dia melirik kepada ku ”Anak-anak kelas 9 ini sungguh keterlaluan”. Katanya memulai penjelasan. “Mereka kan mau tamat, jadi sebagai wali kelas, saya mencoba merundingkan apa rencana mereka untuk perpisahan kelas. Ditanya, mereka diam, diberi solusi malah membantah. Tetapi hal itu tak menjadi masalah bagi saya, yang menjadi masalah adalah saya dituduh korupsi” Bu yuni mencoba mengeluarkan uneg-unegnya.

“Korupsi bagaimana?” tanya ku penasaran. Dalam hati aku ikut merasa kesal kepada siswa kelas 9 karena tak wajar mereka berkata dan menuduh seorang guru seperti itu. Memang kelas yang satu ini agak berbeda dengan kelas yang lain. Mereka selalu kompak, tetapi kekompakan mereka sering tidak pada tempatnya, misalnya kompak cabut kelas, kompak tak mengerjakan PR, dan banyak lagi kekompakan mereka yang lain yang sering membuat kesal guru. Seakan-akan di kelas itu ada yang mengomandoi atau ada siswa yang mereka takuti, dan ketika ditanya siapa yang mereka takuti, sekali lagi mereka kompak untuk diam. Karena sifat-sifat mereka yang meresahkan tersebut, maka Kepala Madrasah menunjuk Bu Yuni untuk menjadi wali kelas.

“Masa saya dituduh mengambil uang Kas mereka yang tak seberapa itu” jelas bu Yuni memecah lamunan ku. Saya sudah mencoba menjelaskan apa-apa saja pengeluaran dan pemasukan kelas mereka, disertai dengan bukti-buktinya. Saya menyimpan uang mereka, karena bendahara kelas memohon karena dia tak sanggup memegang uang karena dia pernah kecurian di kelas. Tapi itulah, perkataan dan tuduhan mereka memang kali ini membuat saya tersinggung dan ini sungguh menyesakkan dada,” panjang lebar bu Yuni mengeluarkan kekesalannya.

“Sungguh keterlaluan mereka” kata ku menimpali. Anak-anak sekarang sungguh banyak yang tidak menghormati guru mereka. Mereka tak lagi mempunyai etika. Entah karena selalu dipengaruhi gadget dan internet, atau menonton sinetron-sinetron yang tak mendidik yang selalu ditayangkan di televisi.

Batusangkar, 11 Juni 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantul ni za

11 Jun
Balas

siap lanjutkan

11 Jun

Mantap niza.....lanjutkan

11 Jun
Balas

besok, ditunggu ya

11 Jun

mantap...tak sabar menunggu part duanya

11 Jun
Balas

jangan lupa ya ummi

11 Jun

Sinetron anak sekolah ada di antaranya yang tidak logis. Contohnya, siswa berani mengolok-olok gurunya. Ini tak logis. Tak sesuai akhlak yang seharusnya

11 Jun
Balas

iya ibu, ini adalah tantangan untuk guru sekarang.

11 Jun

Di tunggu lanjutannya ni

11 Jun
Balas

tomorrow ya..

11 Jun



search

New Post