Efrizal

Efrizal M.A adalah guru PAI di Kabupaten Agam...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengubah nasib
Usaha dengan maksimal nasib baik menunggu

Mengubah nasib

Mengubah Nasib

Siang itu suasana hari begitu cerah. Langit bersih tanpa awan, biru terang. Matahari seperti tertawa keluar dari peraduannya. Angin berhembus sepoi-sepoi. Menyejukkan mata hingga perasaan ngantuk menggelayut. Burung berkicau bersaut-sautan, dan terbang kian kemari. Cocok benar dengan keadaan hati Andika. Benar hari itu dia lulus di SMA PGRI di salah satu kota Bandung. Tidak sekedar lulus, malah namanya berada diurutan teratas siswa yang lulus.

“ Alhamdulillah aku lulus”, gumamnya dalam hati. Gimana dengan Randi ya?” matanya terus mencari nama dan nomor kelulusan di papan pengumuman sekolah. Ehm…., Ya ini dia..!wajahnya berbinar karena teman akrabnya juga lulus.

Andika bergegas mencari Randi. Biasanya anak ini mainnya di kantin sekolah, pikirnya, kakinya segera berbelok ke kantin. Benar saja Randi sudah nongkrong di sana. Merayakan kelulusannya dengan mentraktir makan bakso sepuluh teman-teman ceweknya. Gila benar si Randi, sepuluh mangkok bakso dia hamburkan uangnya. Ucap Andika dalam hati.

“ hei….Ka….! teriak Randi ketika dia melihat Andika masuk ke kantin. “Aku lulus Ka, sebagai teman, aku traktir kamu makan bakso. “Mbak satu mangkok lagi baksonya..! “pintanya kepada pelayan. Andika duduk ikut nimbrung dengan teman-teman Randi. Ya dapat makan gratislah dia hari ini. Bukankah hari ini sejak pagi belum satupun makanan yang masuk ke dalam perutnya. Randi memang anak orang berada. Papanya seorang pedagang eksportir kopra. Ibunya juga seorang yang ulet, sudah dua butik dia buka di kota Bandung. Maklum uang bukan yang susah bagi Randi. Sudah sekian kali dia ditraktir oleh Randi.

“pluk-pluk., dia terkejut ketika Randi menepuk bahunya. “Andika kok melamun, ayo makan baksonya. Nanti dingin, sapa Randi. Mestinya kamu hari ini gembira dong. Jangan melamun gitu...” nyerocos Randi pada Andika.

Setelah teman-teman Randi pergi, Andika menghampiri temannya itu. Randi…”! kamu ini baik banget sih. Tahu nggak.. ,sedari kita kelas satu hingga tamat, sudah tak terhitung berapa kali kamu nraktir Aku. Terimakasih ya. Mungkin aku tidak dapat membalas budi baikmu. Cuma aku doain semoga kamu baik dan sukses selalu. Randi terkejut mendengar tuturan temannya yang pintar ini. “Ah…..kamu Ka.! Jangan gitulah, seolah-olah kamu berhutang budi sama aku.

“Kitakan sahabat ,bila ada kesulitan kita mesti saling tolong menolong. Oh ya..sambung Randi lagi, kamu kuliahnya di mana besok Ka..?” ya itulah yang aku pikirkan sekarang. Aku sekarang menimbang mau tetap di Bandung atau ke Padang. Di sana juga bagus-bagus perguruan tingginya. Dan lagian pamanku juga tinggal di Padang. Orang tua aku tidak sanggup nguliahin aku Randi. Kamukan tahu kerja ayahku hannya petani kecil. Adik-adik juga banyak yang akan disekolahin. Di padang aku rencananya bantu paman sambil kuliah. Paman buka usaha peternakan ayam. Oh ya kamu sendiri gimana Randi..? mendengar Andika bertanya, wajah Randi sedikit murung, lalu dia menarik nafas dalam-dalam.

“Ya katanya mama dan papa ingin aku sekolah di luar negeri, ke Amrik. Awalnya aku nggak mau, berat ninggalan kota ini apalagi teman-teman. Mama akhirnya dapat meyakinkan aku”. Jelas Randi. “Oh hebat ya…”tukas Andika. “Nanti kabar kabari aku ya. Kalau dah pulang jangan lupa bawa oleh-oleh.” Itu gampang tukas Randi pula. Tidak terasa sudah sejam mereka ngobrol, kalau bukan pemilik kantin yang mengingatkan bahwa kantin akan tutup, tentu terus mereka nyerocos.

Hari itu senin tahun 1999 ijazah telah diberikan kepada siswa yang tamat. Termasuk Andika dan Randi. Kedua sahabat ini berpisah untuk menggapai cita-cita masing-masing. Segala kenangan di SMA tinggal dimemori para alumnus. Segala canda menjadi kenangan. Waktu dan kondisi menuntut mereka berpisah. Masa SMA memang waktu yang indah. Semangat berapi-api. Keinginan meluap-luap. Tenaga lagi segar-segarnya. Akhirnya segala kegiatan selalu menarik untuk dilakukan. Pramuka, PMI, kegiatan pecinta alam. Demo juga asyik untuk diikuti.

Andika termasuk siswa yang pintar dan aktivis di sekolahnya. Tinggi hampir 170 cm. postur tubuh padat berisi. Rambut ikal, hidung mancung, gigi putih berderet rapi. Kulit juga kuning langsat. Mata memancarkan semangat yang tinggi. Budi bahasanya halus. Karena supelnya sikapnya. banyak yang ingin bertemannya. Randi salah seorangnya,siswa yang satu ini sedikit malas. Wajah putih bersih, badan sedikit ramping karena suka olah raga sepak bola. Tingginya hampir sama dengan Andika. Berlesung pipit bila tersenyum di pipinya sebelah kanan. Tapi bila berdiri bergandengan sulit dibedakan mana yang ganteng di antara keduanya. Soalnya dua-duanya punnya kelebihan masing-masing. Randi Kadangkala mencontek PR matematika Andika. Sebab dia sering lupa membuatnya. Mereka berdua bertemanan. Jarang sekali mereka terdengar bertengkar. Hari tersebut sangat berat bagi mereka berpisah. Haru dan sedih menyesakkan dada masing-masing. Teman sejati memang susah dicari. Karena hadirnya dia menghilangkan duka. Bersamanya kegembiraan dipetik. Sedih dan senang adalah milik bersama.

Dua minggu kemudian Andika berangkat ke Padang. Dua hari dua malam, bersama Bus ANS melintasi bukit barisan. Oh alangkah indah dan eloknya negeri ini,Pujinya dalam hati. Gunung-gunung berjejer menambah indahnya tanah pertiwi. Kebun teh, sawit dan sawah tak lepas dari pandangannya. Oh begitu suburnya negeriku ini. Patutlah kiranya tanah air ini jadi rebutan bangsa penjajah. Begitu melimpahnya kekayaan alamnya. Terimakasih ya Allah, semoga rakyat negeri ini menyadari potensi alamnya. Jerit hati Andika sambil mengusap wajahnya.

Bangun jang..!” terdengar suara membangunkannya. “oaa….h, ehm..” Andika menguap, sambil mengusap matanya. “Sudah tiba di terminal andalas. Orang sudah mau turun!”. Sambung bapak setengah baya yang duduk di sebelahnya. Andika tersentak, “ makasih Pak”! bergegas dia ambil copernya yang terletak di atas tempat duduknya. Hari itu sabtu siang memang keadaan terminal sangat padat, maklum hari pasarnya kota Padang. Banyak pedagang grosir bongkar muat barang dagangannya. Keringat bercucuran ketika keluar dari bus. Cuaca Padang sangat panas. Apalagi tadi dalam bus, wah..terasa terpanggang rasanya badan.

Kata paman ke Belimbing naik angkot saja di petak. Uang Rp 2000, sudah sampai ditujuan. Dari terminal Andalas ke Petak tidak jauh. Empat menit berjalan sudah nyampai. Begitu terang pamannya dalam telepon. Wah kayaknya sudah siang betul nih, perut dah lapar. Shalat juga belum. Gumamnya dalam hati. Bergegas dia cari masjid, dan kebetulan dekat terminal ada masjid kampung jawa. Andika memang tidak pernah meninggalkan shalat. Sejak kecil orang tuanya sudah membiasakannya shalat. Andika memang anak yang patuh. Segala nasehat dari ibu bapaknya dia perhatikan betul. Sebisa mungkin dia menghindari bertengkar dengan mereka. Apalagi membuat hatinya sakit dan terluka. Kata gurunya di sekolah, orang tua adalah keramat hidup. Hati-hati terhadap mereka, jangan sekali-kali terkena sumpah atau kutukan. Bisa kuwalat kita. Begitu penjelasan guru agamanya di sekolah. Saat melepas kepergiannya, ibu bapaknya kembali mengingatkannya jangan tinggalkan shalat. Bagaimanapun keadaan kita hubungan dengan Allah harus terjaga dalam lima waktu shalat. Minta pertolongan kepada-Nya. Adukan keluh kesah kepada-Nya. Dia maha mendengar dan maha kuasa. Dia maha kaya. Dia maha berkehendak. Hannya kehendak-Nyalah yang berlaku terhadap hamba-Nya. Panjang lebar nasehat yang diberikan orang tuanya.

Sehabis shalat Andika bermohon kepada Allah agar jalannya dimudahkan oleh Allah. Agar diberi hidayah selalu. Khusyu’ betul dia berdo’a, tidak terasa olehnya jam makan makan siang hampir terlewat. Amii..n Ya Allah, begitulah dia menutup do’anya. Bergegas dia bangkit dan keluar masjid mencari kedai nasi. Akhirnya ketemu juga kedai nasi, maklum di Padang bertebaran kedai nasi, sehingga kita bisa memilih kedai mana yang kita inginkan.

XXX

Malam itu keluarga Subroto, asyik bercengkrama. Kelihatannya mereka menyambut Andika dengan tangan terbuka. Pak Subroto adalah adik Ibu Andika. Dia berperawakan tegar. Dari guratan wajahnya yang tenang dan meyakinkan, tergambar jelas bahwa begitu keras kehidupan yang telah dilaluinya. Senyumnya begitu ikhlas, alami. Namun satu yang membuat hati senang berbicara dengan beliau, suara teduhnya menyejukkan hati lawan bicaranya.

“ Dika… kamu adalah anak pertama…!, buktikan pada Ibu Bapak kamu kelak engkau anak yang berbakti, Nasehat Pak Subroto pada Andika. “ Ya Paman..maunya Andika juga seperti itu, ehm…bimbingan paman sangat Andika harapkan.” Ujar Andika. Sambil menghisap sebatang rokok yang tinggal separuhnya, Pak Subroto bertannya lagi, “ ambil jurusan apa di Unand?”uh..uh,” keluar batuk kecil pak Subroto. “ ekonomi Paman, jawab Andika. O…bagus..itu, Kalau begitu paman berdo’a semoga kamu lulus di jurusan tersebut. iya..lah Pa! itukan jurusan favorit.”sela Nina anak ke dua Pak Subroto sekaligus anak bungsu. Nina masih duduk kelas dua SMA di kota Padang. Sementara anak pertama Pak Subroto Syukri masih kuliah dijurusan hubungan internasional di UGM tingkat akhir. Nina sangat senang kalau Andika tinggal di rumahnya. Itu berarti dia dapat bertannya PR sama Adika. Ya ..apalagi Andikanya ganteng. Ehm…pasti asyik deh dekat sama dia.. pikirnya dalam hati.

Kamu tinggal sama paman saja dan bantu paman mengelola bisnis ini. Kamukan tahu tenaga paman sudah mulai berkurang. Lagian pula selama ini tidak ada yang bantu paman, mengelola usaha yang sudah bersusah payah membangunnya dari nol. Syukri tidak berminat dengan usaha yang paman rintis ini. Dia lebih tertarik dengan dunia diplomasi. Katanya ingin jadi diplomat. Ehm….sementara Nina seperti yang kamu ketahui, dia itu manja. Hobinya masak melulu dan dengar music. Kayaknya tidak ada bakat jadi pengusaha.

“ ya paman, mudah-mudahan Andika tidak mengecewakan paman.” Tukas Andika. Hari sudah larut, tidurlah. Itu sebelah kiri dari ruang tamu kamar tidurmu Andika. Ujar pamanya. Nina antar mas Andika ke kamarnya bawa juga barang bawaanya sekaligus…! Pinta Pak Subroto pada putri semata wayangnya. “ok….Pa..” siap..! bergegas Nina ambil tas bawaan Andika, ayo… Bang...Nina antar ke kamarnya. Sambil mengumbar senyum memikatnya pada Andika. “wah,.makasih dek…tak usah repot-repot biar Abang bawa sendiri tas ini, kan berat. Ah….Abang ini nggak mau dibantu, ya udah.. mari aku antarin sambil berjalan duluan. Andika mengikuti langkah Nina. “ nah ini kamar Abang, semoga betah dikamar ini…

Ini saklar lampunya, “tak” bunyi suara tombol lampu ditekan Nina. Seketika kamar yang tadinya gelap jadi terang benderang. Andika melihat sekeliling kamar, terhampar kasur yang empuk. Lemari pakaian disebelah kanan pintu kamar. Ada meja belajar serta lampunya sekaligus. Kamar berukuran 4x4 m cukup luas. Melebihi kamarnya ketika masih di Bandung dahulu. Kamar yang bersih dan rapi gumamnya dalam hati. “Permisi Bang Nina tinggal dulu.” Ucapan Nina membuat dia tersadar dari lamunannya. Oh….ya Nina, makasih ya..” ok…! Pungkas Nina sambil berlalu.

XXX

Andika lulus dan diterima di fakultas ekonomi Unand. Dia termasuk mahasiswa yang terpandai seangkatannya. IPK-nya di atas tiga setengah terus. Tidak terasa sudah enam semester dia kuliah di Unand. Dia menjadi primadona di kampusnya. Pembawaan kalem dan lembut sangat disenangi oleh teman-temannya. Wajah gantengnya apalagi, sudah banyak mahasiswi seangkatan dan juniornya yang jatuh hati padanya, namun dia tetap berlaku sopan dan baik pada semua pemujanya itu. Banyak teman-temannya yang gerah dan gemas melihat sikap Andika yang tidak mau menerima salah satu mahasiswi yang menyukainya. Andika dalam persoalan cinta memang tertutup. Dan dia juga tidak pernah sekalipun menjalin cinta dengan para pemujanya tersebut. kalaupun ada yang mengemukakan cinta padanya, dia hannya tersenyum dan menolak baik-baik.

“ maaf ya Karin.., kamu wanita yang cantik. Cerdas..lagi pula anak orang yang berada. Adalah suatu kebanggaan bagi laki-laki yang dapatkan cintamu. Pasti banyak lelaki lain yang memujamu. Aku belum terpikirkan untuk itu Karin, ma..af.. suara Andika tercekat di leher. Dia kuatkan dirinya untuk mengemukakan perasaannya secara hati-hati“sekali lagi maaf", mungkin aku adalah lelaki bodoh menurut anggapan orang lain, namun perlu Karin ketahui, aku mempunyai amanat yang mesti aku emban. Dan waktu yang aku miliki sebagian besar tercurah untuk hal tersebut dan…..” kalimat Andika terputus melihat mata Karin berkaca-kaca.Remuk redam hatinya mendengar jawaban Andika yang tidak terduga tersebut. “kamu tidak punnya perasan…..u…u..u.ng…ung..ih..ih”. Tangisnya pecah.Kamu kejam..tidak berhati…..”maki Karin padanya. Itu adalah salah satu penolakannya terhadap wanita. Kejadian itu lama membekas dalam hati Andika, padahal sudah setahun yang lalu kejadianya. Ya Andika memang teguh terhadap pendiriannya, dia tidak ingin selama di bangku kuliah tidak akan membuang-buang waktu. Apalagi untuk pacaran, uh….harus disingkirkan itu jauh-jauh. Dia ingin fokus membesarkan usaha yang telah dirintis pamannya.

XXX

Pak Subroto sangat bangga dengan Andika. Dia cakap dalam mengembangkan usaha ternak ayamnya. Dia yakin bahwa keponakannya ini sangat berbakat dalam berbisnis.Tidak terasa waktu berjalan kian cepat. Bulan demi bulan telah dilalui, dan berganti menjadi tahun. Sudah empat tahun Andika kuliah, dia menyabet gelar sarjana ekonomi. Tidak tanggung-tanggung dia lulusan summa cumlaude. Lulusan terbaik dalam angkatannya. Berbekal ilmu pengetahuan yang telah diraihnya, mulailah dia secara penuh mengendalikan usaha pamannya. Pamannya sudah menyerahkan usaha yang telah dirintisnya tersebut pada dirinya. Apalagi sejak pamannya sering sakit-sakitan. Karena penyakit mag kronis yang dialaminya. Pamannya merasa tidak sanggup lagi mengurus usaha tersebut. jadilah Andika pimpinan usaha tersebut.

XXX

Berbekal pengalaman selama empat tahun membantu pamannya, Andika tidak canggung mengoper semua tugas-tugas pamannya. Mulailah ia terapkan ilmu ekonomi yang didapat di bangku kuliah. Dia mencoba terobosan baru. Bagaimana usaha ini merambah pasar lebih luas lagi, tidak hannya terbatas di Padang dan kota-kota di sekitarnya. Dia berupaya meningkatkan produksi. Seiring bertambah banyaknya rekanan yang memesan, mulai dia kawalahan untuk menyuplai permintaan yang masuk. Dia bergerak cepat, untuk membuka cabang usahanya di berbagai kabupaten. Dalam hal ini dia berhasil sudah enam kabupaten berhasil dia dirikan usaha ternak ayamnya. Tidak hannya ayam potong saja dalam layanannnya, tapi juga ayam petelur dan bibit ayam buras. Waw….Andika berhasil menjadikan usaha yang dulunya sehari menghasilkan Ratusan ayam. Namun kini dalam sehari melalui usahanya tidak kurang dari lima ribuan ayam potong dia pasok untuk berbagi daerah. Belum lagi telur dan bibit ayam buras.

Dalam bisnis peternakan ayam Andika sudah berhasil. Dengan izin pamannya dia buka usaha studio photo. Tanpa kesulitan yang berarti usaha ini juga sukses. Tampaknya tangan Andika memang dingin. Kemampauannya melihat peluang sangat jeli dan tepat. Dia memiliki kemampuan memimpin yang baik. Tampilan tidak sombong, ramah dan halus budinya. Dia tidak sungkan-sungkan turun tangan membantu karyawannya yang kerepotan melayani pelanggan. Orangnya low profile. Ehm… siapa yang tidak senang dipimpin oleh orang seperti itu.

Ya Andika memang sudah sukses dalam berbisnis. Anak-anak pamannya juga sudah bekerja. Syukri menjadi diplomat di Srilangka. Nina simanja, anak kesayangan Pak Subroto tidak di sangka menjadi dokter. Ya, sejak Andika menjadi bagian keluarga Pak Subroto, Nina seolah-olah berobah prilakunya. Dia lebih rajin belajar. Apalagi belajar bersama dengan Andika. Dia semangat sekali. Andika mampu mengarahkan bakat Nina. Segala saran Andika diikutinya. Ya ketika tamat SMA dia sudah mantap masuk Fakultas kedokteran. “Ehm….si imut-imut sudah jadi dokter sekarang..!” canda Pak Subroto suatu hari menggoda Nina. “ah…Papa bisa aja. Emang Nina anak siapa dulu dong….?” Sekarang senyum pak Subroto bertambah lebar. “ya.. tentu anak papa dong…”! Pak Subroto sangat bangga sekali perobahan dan kemajuan yang dicapai oleh anak bungsunya ini. Dia berniat mencarikan jodoh buat anak gadis semata wayang tersebut. jodoh yang terbaik, dan bertanggungjawab. Tentu juga dicintai Nina. Ini perlu, sebab ikatan keluarga tanpa cinta dan kasih sayang akan hambar. Bangunan rumah tangga akan cepat bubar tanpa ada rasa cinta. Cinta adalah perekat dua jiwa. Ibarat semennya yang digunakan untuk membuat dinding rumah. Tanpa semen yang bagus, maka rumah yang sudah dibangun akan cepat roboh, bila digoyang sedikit oleh gempa atau hembusan angin.

“ini tugas aku untuk mencarikan pasangan buat Nina” gumam Pak Subroto dalam hati. Agama juga mengajarkan mencari pasangan yang utama adalah akhlak atau agamanya. kecantikan atau ketampanan saja tidak cukup, itu hanya bertahan dalam beberapa tahun. tiga kali bongkar mesin bagi seorang perempuan itu udah kedodoran semuanya. kekayaan yang diimpikan, kalau tidak bisa mengelola bisa habis semua warisan. ah....'' sudah larut rupanya hari, gumam pak Subroto. dia baringkan badannya di paraduan. lama matanya untuk terpicing. hingga menjelang shubuh baru dia tertidur.

XXX

Nina alias Rina Mardiah Subroto sekarang sudah bekerja di salah satu Puskesmas di kota Padang. dia mewarisi kecantikan dari ibunya. Ibunya Sarlimah, wanita Sunda berkulit putih dan tinggi. hidup mancung. Dengan ibu seperti itu Nina melebihi kecantikan ibunya, apalagi Pak Subroto ayahnya ganteng pula. Bagi Nina banyak lelaki yang ke pincut padanya. Tapi...bagi laki -laki yang tidak bernyali dia hanya bisa berangan-angan memiliki gadis ini. waw....gadis cantik bertitel dokter pula..., wah nggak level aku. itulah kepikiran bagi laki-laki yang mengenal Nina. walaupun Nina orannya supel dan ramah banyak pemuda yang ragu untuk menyatakan cinta padanya. hemmm, ya itula laki-laki yang bermental kerupuk.

sore itu Nina pulang kerja. Dia pulang mengendarai mobil kijang pemberian ayahnya. dalam perjalanan menuju rumah dia melamun. "kapan yah...aku bisa berani menyatakan cinta pada bang Andika", gumamnya dalam hati. Jangan-jangan selama ini dia hanya menganggap aku sebagai anak paman saja, tidak lebih. oh....ya Rab... berilah aku petunjuk" rintihnya. tidak terasa air matanya menetes di sudut matanya yang bening.

XXX

Andika Pratama terlahir dari orang tua yang hidupnya pas -pasan. Ayahnya petani penggarap, menerima upahan dari orang lain. jadi yang membantu ekonomi ibunya selama ini ya paman satu-satunya ini, kakak dari ibunya. Selama ini yang membiayainya pendidikannya adalah pamannya. dia tidak ingin mengecewakan pamannya. dia ingin memberikan yang terbaik untuk pamamnya tersebut. Dari prestasi akademik dia lulus dengan lulusann terbaik, dari pekerjaan dia kembangkan usaha pamanya itu. Tiga hari yang lalu dia bertemu dengan teman semasa kuliahnya, teman cewek, namanya Tika Andini. Pertemuan itu tidak di sengaja. pulang meninjau usaha peternakannya di Pariaman, dia berhenti dan makan di sebuah restoran di jalan Pariaman-Padang. Menunggu pesanan datang, dia terkejut pundaknya ditepuk, hei... Andika..! terdengar suara lembut dan bau parhum yang wangi, khas parhum cewek. Saat dia noleh di depanya sudah berdiri perempuan cantik rambut sebahu. Beberapa detik dia terpukau sebelum suara perempuan itu kembali mengagetkannya," aku Tika, sambil menjulurkan tangannya pada Andika.

" oh ya.. Tika" jawab Andika, dia tersenyum, seolah baru tersadar dari bius kecantikan Tika. wah udah lama ya, kita tidak bertemu", lanjut Andika. "ya... sejak kita wisuda, tiga tahun yang lalu. eh....Andika sendirian? tanya Tika. " ya nih, ayo kamu gimana? tanya Andika. wah aku nih sama rombongan, tuh lihat baru turun dari bus, aku kerja di PT Pakanbaru. lagi jalan-jalan, sama rombongan, timpal Tika.

" ayo makan bareng sama aku.. ajak Andika. Tika tersenyum..," makasih yah Andika, lain kali aja, nggak enak sama rombongan. boleh minta nomor HP nya?. minta Tika. Ok.. nih kartu namaku. Andika memberikan satu lembar kartu namanya pada Tika. trimakasih ya, Andika nanti Tika hubungi. kata Tika sambil berlalu dari tempat duduk Andika, sambil mengerlingkan mata indah dan senyum manisnya yang menawan.

sejak pertemuan itu, Andika dan Tika saling berbalas pesan, dan meningkat telponan. suatu hari Tika minta pada Andika tentang kejelasan hubungan mereka. Andika sadar bahwa tidak boleh lama-lama pacaran, kalau yakin itu sebagai calon terbaik dia akan lanjut. Persoalannya sekarang, Andika baru sebatas komunikasi di HP. Dia belum selidiki bagaimana keluarga Tika, perangai Tika dari orang-orang sekitar. Lagi pula ini baru sebulanan ini mereka komunikasi. Andika juga belum menyampaikan pesan kepada ibunya untuk memasuki jenjang pernikahan. Tambahan lagi dia belum menyampaikan pada pamanya. " Aku harus tuntaskan satu-satu", gumam Andika.

XXX

Hari Minggu, sengaja Andi tidak pergi keluar kota, walaupun sama-sama tinggal di kota Padang, sejak menjadi mengurusi usaha pamanya, Andika tinggal di sebuah ruko, tempat usaha studio foto yang didirikannya. Dia mau minta pendapat pada pamanya. Orang tua tu banyak pengalamannya. asam garam kehidupan sudah dilaluinya. Pahit manisnya kehidupan sudah banyak dirasakan. Kalau tidak minta pendapat kualat nanti sebagai anak. Kebetulan pamanya hari itu dalam keadaan sehat sedang duduk di teras rumah dengan secangkir kopi menemani, sambil membaca koran.

" Assalamu'alaikum paman", Wa'alaikum...Oh... Andika. Mari duduk" silah pamannya. Sehat paman? ya... seperti ini keadaan paman, kadang sehat kadang sakit, tapi banyak sakitnya, he..he... jawab pamanya." wah pagi-pagi udah nyampai, kayaknya ada urusan penting ya? selidik pamannya. oh ya... sebentar, Nina...nina...!! teriak Pamannya. Ini Mas Andikamu datang kaksih minum! ya.... pap..! jawab Nina. Hati Nina bergetar mendengar nama Andika. Ada apa gerangan ya, tumben pagi benar Mas Andika sudah nyampai di rumah? gumam Nina. Nina bergegas mengambilkan air minum. Hatinya tidak sabar melihat Mas Andika.Sudah tiga mingguan tidak mampir ke rumah. " ini mas Andika, silahkan minum", sambil mencuri pandang pada wajah Andika. " Makasih Nina, oh ya bagaimana kerjaan Buk dokter nih, asyik nggak jadi doker, nggak takut lihat darah? tanya Andika sambil bergurau. dicanda begitu Nina jadi tersipu malu, maklum dia grogi benar kalau di depan Mas Andika, cinta berat gitu lho..., ehm... ya Mas pokoknya asyik deh, tukasnya menjawab candaan Andika. " Gimana kabarnya Mas, sehatkan?tanya balik. alhamdulillah sehat Nina, jawab Andika. silahkan minum Mas, Nina ke dalam dulu.

Paman.., Andika mau minta pendapat paman, Andika memulai misinya. Ya... pendapat apa Andika? tanya pamanya. Begini Paman, saat ini Andika sudah kepikiran untuk berumah tangga. Kira-kira paman setuju nggak? Ehmmm,,,, oh ini rupanya tujuanmu ke sini". Jawab Pamanya. Paman setuju aja, lagian pula kamu sudah layak dan amat pantas. Paman kira ibumu juga akan setuju". jelas pamanya. " Tapi apakah kamu sudah punya calon? selidik pamannya. ya.. paman kalau calon belum pasti, tapi saat ini ada yang dekat sama Andika, teman kuliah dulu, sekarang tinggal di Pakanbaru. Tapi belum kenal dekat baru ke mengarah serius" Jawab Andika.

"Kalau begitu, pastikan hatimu dulu, pastikan calon kamu itu sudah tepat". Nasehat pamanya. "Ya paman", jawab Andika. Trima kasih paman. Andika izin dulu paman. " ya ...makan dulu di sini, ajak pamanya, " udah kenyang paman. lain kali aja" jawab Andika.

XXX

selama 6 hari Andika mengumpulkan informasi tentang Tika. dia tanya sana sini pada teman-teman saat kuliah, teman kantor Tika, tetangga tempat tinggal tika. semua itu dia lakukan secara diam-diam. Jejak digital di internet, facebook dan media laiinya diseliki oleh Andika. Akhirnya semua Informasi didapat oleh Andika.

Asal tahu aja, Tika pernah menikah, cerai hidup dengan satu anak. Anaknya dia titip pada orang tuanya di kampungnya Solok. Tika dikenal suka gonta ganti paca sewaktu kuliah. Lebih tragisnya dosen dia pacari juga. Dalam masalah belanja, Tika hobi shopping. Kalau penyakit shoppingnya kambuh, habis deh tabungannya. waww.... Tika juga nggak ragu dibooking om-om. Idih....amit-amit, untung saya tahu cepat. ujar Andika dalam hati.

Satu menggu kemudian, Andika sudah memutuskan hubungannya dengan Tika secara baik-baik dan halus. Setelah berakhr hubungannya dengan Tika, Andika kembali menemui pamannya. Dia ceritakan kejadian yang telah dia lalui selama dua minggu yang berat tersebut. " Syukurlah Andika, Allah masih sayang padamu" kata pamannya membesarkan hatinya. Sedari tadi Nina menguping pembicaraan antara ayahnya dengan Mas Andika. Nina begitu senang Mas Andika tidak jadian dengan perempuan yang telah diceritakanya tersebut, yang berarti ada peluangnya, oh...oh tuhan, tolong hamba, rintihnya.

kembali dia dengar ayahnya bicara. " Oh...ya..., Andika, apalagi rencanamu? " Andika minta tolong paman carikan saya jodoh yang baik". Jawab Andika dengan memelas. Nina yang mendengar permintaan Andika tersebut jantungnya deg-degan, dia berharap ayahnya menyodorkan namanya kepada Andika. " oh.. ya, mengapa kamu susah -susah mencari jodoh, di sini ada bidadari yang cantik lagi pintar menunggu cintamu. " goda pamanya. " maksud paman? ya.... Nina cocok sekali untukmu..." bagaimana? dia terkejut pamanya menyodorkan nama Nina. Sementara Nina begitu senangnya ayahnya menjawab kata hatinya. " ya paman..., apakah Nina mau? Mau........mau...., jawab nina lirih, sambil air matanya menetes, terharu. Paman rasa mau. Nina berlari ke kamarnya dia sujud syukur. akhirnya doa'ya dikabulkan tuhan

XXX

Andika mempersunting Nina, alangkah bahagianya Pak Subroto. Anak dipangku kemenakan di bimbing. Anak selamat kemenakanpun jadi orang. Diambil pula mejadi menantu. Begitulah rahasia Tuhan yang tidak bisa di duga. Usaha sangat dianjurkan, kekuatan do'a untuk menyempurnakan. Manusia hanya bisa merencana dan kehendak Tuhan yang berlaku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post